Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 : Pembicaraan Panjang Alfaro dan Kayyisa
Kafe yang nyaman dengan suasana hangat, aroma kopi yang menggoda, dan musik lembut mengalun di latar belakang. Kayyisa dan Alfaro duduk di meja kecil di sudut kafe, masing-masing memegang cangkir kopi.
Kayyisa terlihat sedikit canggung saat mereka baru saja bertemu. Dia mengamati Alfaro yang tampak santai dan ramah. "Hai, Alfaro. Senang bertemu denganmu." Sapa Kayyisa dengan suara yang lembut dan pelan.
Alfaro membalas sapa dengan senyum lebar "Hai, Kayyisa! Senang juga bertemu denganmu. Aku dengar kamu bekerja di bidang IT. Itu keren!"
Kayyisa pun merasa lebih nyaman "Iya, aku bekerja di sana. Dan aku tahu kamu adalah sekretaris Elvano. Itu pasti pekerjaan yang menantang!"
Alfaro pun mengangguk "Betul! Menjadi sekretaris itu memang menantang, tapi aku suka. Setiap hari ada hal baru yang harus dihadapi."
"Apa tantangan terbesar yang kamu hadapi sebagai sekretaris?" Tanya Kayyisa dengan rasa ingin tahu. Alfaro pun berpikir sejenak "Hmm, salah satu tantangan terbesar adalah mengatur jadwal yang padat dan memastikan semua orang mendapatkan informasi yang tepat waktu. Kadang-kadang bisa sangat sibuk!"
Kayyisa tersenyum "Aku bisa bayangkan itu. Di bidang IT, kami juga sering harus berkoordinasi dengan banyak orang untuk menyelesaikan proyek." Mereka berdua mulai berbagi cerita tentang pekerjaan dan pengalaman masing-masing, menciptakan suasana yang lebih akrab.
"Jadi, proyek apa yang sedang kamu kerjakan saat ini?" Tanya Alfaro dengan semangat.
Kayyisa menjawab dengan antusias "Saat ini, aku terlibat dalam pengembangan aplikasi mobile. Kami sedang mencoba untuk meningkatkan antarmuka pengguna agar lebih ramah."
Alfaro pun tertarik "Itu terdengar menarik! Aku selalu ingin tahu lebih banyak tentang pengembangan aplikasi."
Kayyisa merasa lebih nyaman dan mulai menikmati percakapan. "Terima kasih! Mungkin kita bisa saling berbagi tips dan trik di bidang kita masing-masing."
"Tentu! Aku senang bisa belajar dari pengalamanmu." Balas Alfaro dengan senyuman manis.
Setelah berbincang-bincang selama beberapa jam, Kayyisa dan Alfaro merasa semakin akrab. Kayyisa melihat jam di ponselnya dan menyadari sudah cukup larut.
Kayyisa menengok arloji di tangannya dengan sedikit terkejut "Wah, sudah sore ya? Rasanya waktu berlalu begitu cepat!"
Alfaro menjawab dengan tersenyum "Iya, kita sudah mengobrol cukup lama. Tapi aku senang bisa berbincang denganmu."
"Aku juga! Ini adalah pertemuan yang menyenangkan." Jawab Kayyisa dengan senyum manisnya.
*Setelah beberapa saat, Alfaro berinisiatif. Ia berkata dengan nada lembut "Kalau begitu, izinkan aku mengantarmu pulang. Aku tidak ingin kamu pulang sendirian." Kayyisa membalas dengan senyuman kagum. Ia pun menerima tawaran Alfaro. Mereka berdua berdiri dan berjalan keluar dari kafe.
Mereka melanjutkan percakapan, berbagi cerita tentang hobi dan minat masing-masing selama perjalanan. Kayyisa merasa semakin nyaman dengan kehadiran Alfaro.
Kayyisa berkata dengan senyum manis "Terima kasih sudah mengantarkanku. Ini membuatku merasa lebih aman.
Tentu saja! Bahkan aku senang apabila bisa terus mengantarmu pulang. Jawab Alfaro dengan tulus. Alhirnya mereka tiba di depan rumah Kayyisa.
"Apakah kamu ingin masuk dulu? Kebetulan aku memiliki ramen dan kue yang enak. Kamu harus coba masakanku." Tawar Alfaro.
Rumah Kayyisa yang cukup mewah dengan desain modern. Di dalam, terdapat ruang tamu yang luas dan nyaman, dihiasi dengan perabotan elegan. Setelah memasuki rumah Kayyisa, Alfaro terlihat terkesan dengan interior yang indah. Alfaro berjalan sambil mengagumi "Wow, rumahmu sangat indah, Kayyisa! Kamu pasti merasa nyaman tinggal di sini."
Kayyisa pun tersenyum "Terima kasih! Ini memang rumah keluargaku. Aku sudah tinggal di sini sejak kecil." Kayyisa menuju dapur untuk mengambil kue dan ramen yang sudah disiapkan. Ia pun mengangkat piring kue "Ayo, kita coba kue ini dulu. Ini resep keluarga yang sudah turun-temurun." Alfaro mengangguk dengan antusias "Tentu! Aku sangat suka kue."
Setelah mereka duduk di ruang tamu dengan piring kue dan mangkuk ramen di tangan, suasana terasa hangat dan akrab.
"Enak sekali! Kue ini luar biasa." Puji Alfaro setelah memakannya dengan beberapa suapan. Kayyisa sangat senang mendengar pujian, "Senang kamu suka!"
Setelah beberapa saat berbincang, Alfaro menyadari ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Alfaro pun bertanya dengan nada hati-hati. "Kayyisa, aku ingin bertanya. Tentang orang tuamu... Aku mendengar dari teman-teman di kantor bahwa mereka meninggal akibat Tsunami Aceh. Apa kamu ingin berbagi tentang itu?"
Kayyisa terlihat sedikit terkejut, tetapi kemudian mengangguk dengan tenang. Ia pun menjelaskan dengan suara lembut. "Iya, itu benar. Mereka pergi saat aku masih kecil. Tsunami itu sangat menghancurkan, dan kehilangan mereka adalah hal terberat dalam hidupku." Alfaro berkata dengan empati "Aku sangat menyesal mendengar itu. Bagaimana kamu bisa melewati masa-masa sulit itu?"
Kayyisa menghela nafas "Awalnya sangat sulit. Tapi aku beruntung memiliki teman-teman dan anggota keluarga lain yang selalu mendukungku. Mereka membantu aku untuk bangkit dan terus melangkah." Alfaro mendengarkan dengan seksama, merasakan kedalaman cerita Kayyisa. "Kamu sangat kuat, Kayyisa. Itu tidak mudah, tetapi aku bangga mendengar bagaimana kamu bisa mengatasi semuanya."
Kayyisa pun tersenyum dengan lembut "Terima kasih, Alfaro. Berbicara tentang ini sedikit membuatku merasa lebih baik." Mereka melanjutkan percakapan, berbagi cerita dan mendalami lebih jauh tentang kehidupan masing-masing. Suasana semakin akrab dan saling mendukung.
...****************...
Shereny lahir di sebuah kota kecil, di mana kehidupan sehari-hari dipenuhi dengan harapan dan impian. Dia adalah anak yang ceria dan penuh semangat, tetapi segalanya berubah ketika dia masih sangat kecil. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sosok pelindung dan panutan, memilih jalan hidup yang penuh masalah.
Ibu Shereny adalah wanita yang kuat dan penuh kasih. Meskipun hidup mereka sulit, dia berusaha memberikan yang terbaik untuk putrinya. Namun, seringkali, Shereny menyaksikan pertengkaran antara ibunya dan ayahnya. Ayahnya yang sering bermain judi menghabiskan uang keluarga dan mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah.
Akhirnya, ketika Shereny berusia enam tahun, ayahnya pergi meninggalkan mereka. Dia tidak kembali, dan Shereny hanya bisa merasakan kekosongan yang ditinggalkan. Mendiang ibunya berjuang untuk menghidupi mereka berdua, tetapi kehilangan ayahnya membawa dampak yang mendalam bagi Shereny.
Setelah kepergian ayahnya, Shereny dan ibunya berusaha membangun kembali hidup mereka. Meskipun hidup dalam kesulitan, ibunya selalu mengajarkan Shereny untuk menjadi kuat dan mandiri. Dia mengingatkan putrinya bahwa mereka layak mendapatkan cinta dan kebahagiaan, meskipun dunia terkadang tidak adil.
Shereny tumbuh menjadi remaja yang penuh semangat dan tekad. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dia fokus pada pendidikannya dan berusaha keras untuk mencapai impiannya, bertekad untuk mengubah nasibnya dan tidak membiarkan masa lalunya mendefinisikan masa depannya.