Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 20
Selama Alby pergi, selama itu pula Nadira terus gelisah, perasaanya tak karuan. Ada rasa cemas yang tiba-tiba saja muncul di hatinya. Dira mengkhawatirkan keadaan Alby. Apalagi Alby pergi sendiri dan mengendarai mobil. Di saat kondisinya yang tidak sehat. Nadira tak dapat memejamkan mata walau sedetik juga. Lalu Dira pun mengambil wudhu, dan melakukan sholat malam, dan di ujung sholatnya, ia tak lupa mendoakan suaminya agar terlindung dari marabahaya.
Hampir pagi, Dira baru bisa memejamkan mata. Suara adzan subuh kembali membangunkan dirinya, yang baru saja terlelap. Dengan melawan rasa kantuk dan setelah berperang dengan dirinya sendiri. Akhirnya Dira bangun dari tidurnya. Dirinya melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah. Saat akan meninggalkan kamarnya. Handphonenya pun berbunyi. Satu panggilan dari Alby.
" Hallo, Mas?"
" Hallo, nyonya Nadira, saya Bram, asisten pribadi tuan Alby."
Nadira mengeritkan keningnya. Untuk apa Bram menelponnya sepagi ini, dan yang Bram menggunakan ponsel Mas Alby, ada apa sebenarnya? Batin Nadira.
Belum sempat Dira bertanya, Bram langsung mengatakan apa yang terjadi. Tanpa terasa air mata jatuh begitu saja.
" Aku akan segera kesana. Tolong jaga dia."
Dengan secepat kilat, Nadira mengganti pakaian dan mengambil kunci motornya. Lalu ia pun pergi ke rumah sakit yang katakan oleh Bram.
Setibanya di rumah sakit, ternyata Bram sudah menunggu di dekat resepsionis.
" Maaf suster, ruangan dengan nama Alby Ferdian ada di mana?"
Nadira bertanya pada suster yang berada di meja resepsionis. Bram yang mendengar nama Alby di sebut langsung berdiri, dan menghampiri Dira.
" Maaf, apa nyonya istrinya Tuan Bram?"
Nadira menoleh lalu mengangguk kan kepalanya.
" Silahkan ikuti saya nyonya."
Nadira pun berjalan mengikuti kemana arah Bram berjalan. Mereka tiba di sebuah ruangan,dimana terlihat Alby yang sedang di bantu dengan alat pernapasan. Hati Nadira hancur seketika. Walau bagaimana pun, Alby adalah suaminya.
" Bagaimana bisa sampai seperti ini, Pak? Apa yang terjadi dengan Mas Alby?"
Bram pun dengan berat menceritakan semua yang terjadi. Nadira yang mendengarkan pun hanya bisa menarik nafas, lalu membuangnya secara pelan. Hatinya sakit. Nadira tak tahu, apa dia mulai jatuh cinta pada Alby?
Nadira duduk di kursi dan terus menatap wajah Alby yang di penuhi memar, kakinya patah, dan tulang rusuknya ada yg retak. Kecelakaan yang di alami Alby cukup parah. Sampai saat ini Alby belum juga sadarkan diri. Dokter telah melakukan operasi demi menyelamatkan nyawa nya.
Suara pintu ruangan yang terbuka, mengalihkan pandangan Nadira ke arah pintu. Ternyata mama dan papa Alby telah tiba. Mereka yang berada di Sydney untuk melakukan perjalanan bisnis, harus pulang karena mendengar Alby kecelakaan. Mama Alby terlihat histeris. Nadira hanya mampu memeluk serta berusaha menenangkan nya. Begitu pun dengan Papanya. Mereka berdua tampak terpukul.
" Bagaimana ini bisa terjadi, Sayang? "
Mama mencoba bertanya setelah tenang. Nadira pun mulai menceritakan apa yang terjadi. Tentu tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Bahwasannya, Alby pergi dalam keadaan sakit karena ingin menemui Syifa. Nadira tidak ingin membuat kedua orang mertuanya ini semakin bersedih. Kini mereka bertiga menemani Alby yang masih belum sadarkan diri. Nadira mengingat perkataan Bram, Dira pun mohon izin kepada kedua orang tua Alby, untuk pergi sebentar.
" Kamu mau kemana, Sayang?"
Mama Alby bertanya sambil menatap bingung pada menantunya ini.
" Dira ingin menemui seseorang dulu, Ma. Dira janji gak akan lama."
Dengan berat, akhirnya Mama melepaskan Nadira untuk pergi. Nadira langsung menelpon Bram. Dan mengajak ketemu, karena Nadira ingin tahu secara detail mengenai Alby dan Syifa.