Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
500 Million Dollar
Mereka saling bertatap lama, kemudian Hana tersadar, Leon menunjukkan smrik nya.
"500 juta dollar, ada di depanku" terang Leon membuat Hana bertanya-tanya apa maksud dari perkataan nya.
"Apa?" Bingung Hana.
"Akan ku pastikan kita akan bertemu lagi, karena kau menarik" tutur Leon yang merogoh kantong jas mengambil ponselnya yang bergetar.
Leon mengangkat ponselnya lalu pergi dari sana begitu saja.
"Apa dia sudah tidak waras??" Tutur Hana.
Beberapa jam kemudian, Hana yang selalu bersiap untuk membantu direktur ia selalu disampingnya bahkan berada di lift yang sama dengan para petinggi lain nya.
Hana terdiam didalam lift yang bergerak turun hanya memandang lurus ke depan, pantulan kaca lift yang nampak jelas membuat Leon melihat pantulan terlihat Hana sedang diam.
"Anda ingin makan siang?" Tanya Direktur James.
"Entahlah.. Apa sekertaris mu punya rekomendasi restaurant bagus?" Tanya Leon tiba-tiba.
Direktur James langsung menoleh ke arah Hana berdiri. Hana langsung kikuk kemudian mengangguk.
"Tentu.. Anda menyukai daging?" Tanya Hana.
"Bosan" singkat Leon.
"Kalau begitu, rasa otentik tradisional tempat yang bagus" terang Hana.
"Baiklah, tapi.. Anda harus ikut" jawab Leon yang langsung ke luar saat pintu lift terbuka.
"Apa? Aku?" Hana kaget sambil keluar dari lift, lalu melihat direkturnya dan atasan nya itu mengangguk artinya ia disuruh mengikuti perintahnya.
Saat diluar, didepan sudah ada mobil terparkir, Hana melihat Jey sudah menunggunya dengan motor sport, tatapan nya sudah menunggu Hana, namun Hana menggeleng memberi sinyal untuk pergi.
Namun bukan itu jadi perhatian Jey ia melihat pria dengan tampilan rapihnya, yaitu pimpinan Hana ternyata mereka saling melempar tatapan tajam. Meski hanya beberapa detik Leon menunjukkan smirk nya lalu menyuruh Hana duduk didalam samping penumpang.
Hana hanya menurut dan masuk dalam mobil, disamping nya Leon juga duduk tenang dengan seatbelt yang terpasang di bahu nya.
Diperjalanan Leon meminta Hana menjelaskan proyek terbaru real estate nya.
Hana mengeluarkan tablet seukuran buku, dan mulai menjelaskan setiap detail rencana proyek.
Bahkan pandangan Leon lurus tidak memperhatikan setiap Hana menjelaskan, namun kupingnya selalu mendengarkan.
"Proyeknya bagus, memang tim perencanaan sudah sangat bekerja keras" puji Leon namun wajahnya tetap datar.
Hana menutup tabletnya dan mengangguk.
"Tapi.. Kau yakin restoran ini bagus?" Tanya Leon.
"Ya.. Biasanya banyak pejabat yang datang makan disana, dan mengadakan rapat disana" terang Hana.
Wajah Leon tetap datar namun mengangguk kecil.
"Tadi.. Apa teman mu?" Tanya Leon.
"Siapa?" Pura-pura tidak mengerti.
"Ku lihat sepertinya kau sangat dekat" terang Leon.
"Aaa.. Itu.. Hanya teman" terang Hana yang berusaha tidak menoleh ke arah pimpinannya itu.
Semenit tidak ada yang bicara tiba-tiba.
Ciiittttt...
Mobil berhenti hingga menimbulkan suara decitan ban, tangan Leon sigap memblokir tubuh Hana agar tidak membentur kursi depan saat terjadi rem mendadak karena ada mobil hitam menghadang laju mobil mereka.
"Maaf bos, ada mobil didepan" ucap sopir yang nampaknya anak buah nya.
Terlihat lah pria keluar dari mobil yang menghadang dengan membawa pisau lipat.
"Kita harus bagaimana bos?" Tanya lagi anak buah Leon.
"Tidak perlu, biar aku yang turun" ucap Leon yang membuka seatbelt dan keluar dari mobil.
Hana tercengang terlebih pria di luar itu memegang pisau, Hana mengambil ponselnya dan memencet dial polisi.
"Bukankah kita harus lapor?" Panik Hana.
"Diam lah, jangan berbuat apapun" perintah pria yang duduk di kursi supir. Sedangkan di luar Leon sedang membicarakan sesuatu dengan pria yang menodongkan pisau lipat pada Leon.
"Kau hanya diam? Pimpinan bisa ter-"
Krrraaakk
Leon memelintir tangan pria tersebut membuat nya kesakitan bahkan membuat pisau ditangannya jatuh.
Duuuakk
Leon membenturkan kepala pria tersebut, di dasbor mobil di luar membuat pipi pria tersebut menempel pada dasbor panas. Sembari tangannya memelintir ke belakang tubuh pria tersebut.
Dengan tatapan nya ia melihat raut wajah terperangah Hana didalam mobil.
Leon pun melepaskan pria itu yang kesakitan.
"Ini bukan lelucon" ucap Leon dengan tatapan dingin pada pria yang habis dihajar olehnya. Pria tersebut langsung bangkit dan membungkuk 90° pada Leon.
"Ketua, selamat datang" ucapnya lalu bangkit dari membungkuk dan tersenyum.
Leon yang enggan menjawab, hanya memasukkan tangan nya ke saku celana nya.
"Bagaimana dengan sambutan menegangkan ini? Tuan??" Tanya yang ternyata adalah anak buahnya.
"Bisnis berjalan lancar kan? Aku mau ke suatu tempat dulu, nanti aku akan mampir" singkat Leon yang langsung menuju pintu mobil.
"Ya! Tuan, saya mengerti, Hati-hati dijalan" jawab pria tersebut lagi-lagi membungkuk.
Yang didalam Hana yang banyak pertanyaan apa yang barusan yang ia lihat? Bahkan ia sudah memegang ponselnya sejak tadi, di layarnya pun sudah terketik 112, nomor yang tertuju adalah kepolisian. Mereka saling mengenal? Sebenarnya siapa pria ini??
Saat didalam mereka melanjutkan laju mobilnya, bahkan suasana menjadi hening kembali.
"Kondisi anda bagaimana?" Tanya tiba-tiba Hana.
Leon hanya mendelik dan menatap lurus.
"Apanya?" Singkat Leon.
"5 menit yang lalu aku hampir saja menghubungi polisi, dan barusan itu apa? Anda mengenal orang itu? Mereka gangster" itu terucap begitu saja bahkan Hana mengigit bibir dalamnya.
"Mereka tetap manusia, kenapa?" Jawab Leon yang singkat dan memang masuk akal.
"Tentu saja, jika terjadi sesuatu aku yang akan disalahkan" bela Hana.
"Aku tidak perlu perlindungan dari manapun, khawatirkan dirimu sendiri" jawab Leon yang raut wajah nya tetap sama bahkan tidak melihat ke arah Hana yang menjadi lawan bicara nya.
'Apa-apaan pria ini? Sangat tidak sopan' batin Hana yang kekesalannya ia pendam.
Hana masih belum paham dengan karakter pimpinan nya ini, Hana pun hanya diam sampai tujuan nya yaitu sebuah restaurant.
Restaurant khas dengan rumah hanok, meja privat adalah pilihannya, duduk di lantai dengan bantalan duduk menambah kesan korean tradisional style.
Leon hanya diam sambil satu persatu makanan disajikan dimeja. Setelah semuanya selesai ia mulai mengambil sumpit dan mengambil salah satu hidangan.
Tanpa bicara ia makan bahkan saking serius nya makan, Hana hanya diam melihat pimpinan nya itu makan bahkan tidak menawarkan sama sekali.
"Kenapa kau tidak makan? Kau menemaniku hanya ingin melihatku makan?" Tutur Leon yang makanan sudah hampir setengah.
Hana hanya mendengus kesal pelan dan mengambil sumpitnya dan mulai makan juga. Namun saat ia ingin mengambil sepotong galbi, Leon sudah menghadangnya bahkan menjauhkan sumpit Hana dengan sumpitnya ia mengambil galbi nya.
Mengalah Hana pun menaruh sumpitnya.
"Makanlah yang banyak" ucap Hana lalu menenggak air putihnya.
Setelah selesai Leon ia mengelap bibir tipis nya dengan lap, lalu menatap Hana yang sedang melakukan sesuatu dengan tablet nya.
"Maaf Tuan, kapan tugas ku selesai?" Tanya Hana yang menaruh tab nya.
Belum menjawab, Leon melihat jam tangan nya memang waktu sudah menunjukkan jam 6 sore namun langit masih terlihat terang.
"Apa ini waktu mu pulang?" Tanya Leon.
"Iya" angguk Hana, berharap pimpinan nya pengertian.
"Aku akan membayar mu lebih, untuk menemaniku mengunjungi tempat bagus malam ini" lugas Leon.
"Denganku?" Tanya Hana untuk memastikan.
"Lantas dengan siapa aku bicara??" Singkat Leon yang bangkit dari duduk dan segera keluar dari ruang makan resto.
Hana yang terperangah pun langsung bangkit mengikuti pimpinan nya itu.