Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Beberapa hari kemudian di gedung perusahaan Ardonio Corporation.
"Nona Davina, Tuan Kevin ada di sini untuk menemui anda." Olafia melaporkan melalui interkom.
Davina mengernyitkan dahinya. "Kevin ada di sini? Apa lagi yang dia inginkan sekarang?." Monolognya.
"Apa dia sudah memberitahumu apa yang dia inginkan?." Tanya Davina, menekan tombol di interkom. Dirinya sedang tidak ingin bertemu dengan Kevin.
"Dia bilang ini tentang pesta peluncuran perhiasan yang akan datang," Olafia melaporkan.
Davina menggigit bibir bawahnya. "Ya sudah. Biarkan dia masuk."
Karena Davina sudah berjanji untuk membantu proyek tersebut. Ia tidak bisa menolak kedatangan Kevin jika pria itu sudah datang di sini untuk membicarakan pekerjaan.
Beberapa menit kemudian, Kevin masuk ke dalam ruang kerja Davina dan duduk di seberangnya. Kevin menatap Davina dan hatinya seakan berhenti sejenak. Dirinya slalu dapat melihat bahwa Davina terlihat menarik ketika sedang bekerja.
Wanita itu mengenakan setelan feminin berwarna merah muda pastel dengan rambut cokelat gelapnya dibiarkan terurai di satu sisi bahunya.
"Apa yang bisa saya bantu, Tuan Kevin?." Tanya Davina, ia sangat menyadari tatapan panas dari Kevin padanya.
'Kenapa dia menatapku seperti itu?.' Batin Davina.
Kevin bergedip guna menjernihkan pikirannya. "Saya sedang mempersiapkan pesta peluncuran beberapa hari terakhir ini dan saya yakin desain anda akan membantu perusahaan ini meraih popularitas."
Davina mengangguk, mengerti. "Tentu saja, ketertarikan mereka pada desain ku akan membuat popularitas perusahaan meningkat. Bentuk perhiasan itu di ambil dari desain yang di buat oleh Nona D sendiri." Kata Davina dengan angkuh.
Kevin tertawa kecil. Ia meraih saku bagian dalam jasnya yang berpotongan biru tua dan mengeluarkan kartu undangan sebelum akhirnya menaruhnya di atas meja Davina.
"Saya datang ke sini untuk mengundang anda secara pribadi ke pesta peluncuran." Kata Kevin.
Davina mengangkat sebelah alisnya. 'Kevin sendiri yang mengantar kartu undangan untuk ku? Bukankah dia mestinya sedang sibuk?.'
"Anda bisa saja mengirim asisten anda, Tuan Kevin." Kata Davina
"Tidak, anda tamu VIP kami. Jadi, saya sendiri yang datang untuk mengundang anda." Jawab Kevin, lalu menyeringai.
Sebenarnya Kevin sengaja mencari alasan untuk bertemu dengan Davina dan mengirimkan kartu undangan kepadanya adalah kesempatan yang sempurna.
Davina tidak percaya pada Kevin, tetapi ia tidak menegur pria itu. Ia meraih kartu undangan dan buka suara. "Saya pasti akan hadir. Karena saya ingin melihat karya saya di pamerkan."
Tiba-tiba Davina terpikirkan sesuatu. Acara itu tentunya akan di hadiri oleh orang-orang terkenal. Jika Sonia bisa ikut hadir, dia bisa mendapatkan banyak tawaran untuk bekerja sama dengan perusahaan mereka. Paparan itu juga akan membantu karier modelling-nya.
Melihat kearah Kevin, Davina kembali buka suara. "Bisakah saya memiliki kartu undangan tambahan?."
Kevin mengernyitkan dahinya. "Untuk apa?."
'Apakah Davina mencoba mendapatkan kartu undangan lagi untuk Aksa?.' Batin Kevin.
Kemarahan dan kecemburuan menyerbu dirinya. Kevin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak semua orang memenuhi syarat untuk menghadiri pesta peluncuran ku. Aku tidak bisa begitu saja memberikan undangan kepada sembarang orang.
Sebelum Davina menjawab, Kevin telah lebih dulu beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruangan Davina dengan amarahnya.
"Kenapa dia terlihat sangat marah? Dia bisa saja mengatakan kalau dia tidak punya kartu undangan lagi untuk di bagikan." Monolog Davina. Ia merasa heran sekaligus bingung dengan reaksi Kevin.
***
Sementara itu, di seberang kota. Aiden masuk ke toko pakaian olahraga Maddie dan berjalan menuju area di mana dirinya mendengar suara "Ckrik" dari kamera.
Sebuah senyuman tersungging di bibir Aiden ketika dirinya melihat Sonia berhenti beberapa kali saat fotografer mengambil gambarnya. Sonia mengenakan pakaian tenis terbaru dan Aiden tidak bisa tidak berpikir bahwa Sonia terlihat sangat cantik. Pakaian itu begitu memeluk tubuhnya, memperlihatkan kakinya yang panjang dan berwarna putih susu.
Bagi Aiden, Sonia melambangkan kecantikan, rambut pirangnya di kuncir rapi, memperlihatkan leher indahnya. Aiden terpesona oleh wanita itu seolah-olah dirinya baru saja melihat Sonia untuk pertama kalinya.
Sejak pertemuan singkat mereka di toko pakaian beberapa hari yang lalu, Aiden sepertinya tidak bisa melupakan wanita muda itu.
Saat sesi pemotretan selesai. Sonia dapat merasakan jika ada tatapan penuh nafsu sedang mengarah padanya. Ia kemudian menoleh dan mengernyitkan dahi ketika mendapati Aiden yang tampaknya telah mengamati dirinya selama beberapa waktu.
Sementara itu, Aiden tersenyum dan berjalan mendekati Sonia. "Wah... aku tidak tahu kalau kamu sangat ahli dalam pekerjaanmu."
Sonia mengangkat sebelah alisnya. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau memang sengaja mengawasi ku karena aku tahu kau orang yang aneh?!."
Aiden jutsru tertawa kecil. Wanita itu suka mengejeknya tanpa alasan.
Apakah Sonia marah pada Aiden karena pria itu adalah teman Kevin?
"Kamu salah, Sonia. Ini tokoku...Maddie dinamai sesuai nama ibuku yang manis," jawab Aiden.
Sonia tersipu. Ia berdehem untuk menghilangkan rasa malunya. "Mungkin benar, toko ini milikmu. Tapi, aku melihat memperhatikan ku dengan tatapan aneh, kenapa?."
"Ya, aku hanya ingin memastikan kalau iklan-iklan itu di buat dengan benar." Aiden menyeringai.
Pria itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya kepada Sonia. "Dan karena aku menyukai karyamu, ini kartu undangan ke pesta peluncuran Perhiasan Mewah MIRAVIN, aku ingin kamu ikut denganku."
Sonia mengambil kartu itu dan melihatnya. Sebelah alisnya terangkat. "Kenapa kamu mengundang ku?." Sembari menatap Aiden dengan tatapan curiga, Sonia kembali buka suara. "Apa yang kau inginkan dariku?."
Aiden menyeringai, lalu buka suara. "Kamu adalah wanita tercantik yang pernah aku lihat di kota ini... jadi, aku ingin kamu datang ke acara itu bersama ku."
Sonia mengernyitkan dahinya. Aiden sama sekali tidak pernah kekurangan wanita. Pria itu memiliki selusin wanita pilihan jika dia butuh seseorang untuk menemaninya. Jadi, bagaimana dia bisa mengundangnya?
Mengetahui jika Aiden adalah sahabat Kevin, membuat Sonia tidak dapat menahan diri untuk tidak mempertanyakan tujuan Aiden mendekatinya. Apa yang sedang Aiden lakukan?
"Ini juga salah satu kesempatan yang bagus untukmu... kamu akan bertemu dengan banyak orang yang membutuhkan jasamu." Kata Aiden. "Jawab saja 'iya' dan aku akan menjemputmu dengan senang hati."
Sonia menatap mata gelap Aiden, mencari sesuatu yang mencurigakan tentang pria itu. Tetapi, karena dirinya tidak bisa mengetahui apa yang dia inginkan di pesta itu, dirinya tidak punya pilihan selain menerima undangannya.
"Baiklah, aku akan menghadiri pesta bersama mu."
Mendengar balasan Sonia, senyum sinis tersinggung di bibir Aiden.
~Jangan lupa tulis komentar kalian dan ulasan tentang novel ini.
~Terima kasih sudah mampir dan membaca sampai sejauh ini.
~Jangan lupa juga untuk mampir di cerita author yang lain.