Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Utama
Kenan terdiam, rasanya sungguh menyakitkan memiliki wanita yang begitu dicintainya berada didekatnya, tetapi dia tidak bisa mengobrol dengannya, apa lagi memeluk setelah sekian lama.
Dua puluh menit telah berlalu sejak makanan telah disajikan dan mereka juga hampir selesai makan malam. Bella memperlakukan Kenan, seolah lelaki itu tidak ada disana. Sementara Kenan terus memperhatikan Bella ketika wanita muda itu dengan sopan menjawab pertanyaan Malvin dan Elena.
'Bagaimana aku bisa membuat dia memaafkan aku?.' Batin Kenan, mencengkram kuat sendok garpu ditangannya.
Lelaki itu kesal dan merasa patah hati ketika mengetahui Bella telah memiliki seorang anak dengan pria lain. Pemikiran bahwa Bella telah memberikan dirinya kepada orang lain, membuat darah Kenan mendidih. Namun hal itu, tidak membuatnya berhenti untuk menginginkan Bella kembali.
Kalau bukan karena cara dia mengakhiri segalanya enam tahun yang lalu, Bella mungkin tidak akan mencari kenyamanan dalam pelukan lelaki lain. Kenan tidak bisa menyalahkan siapapun selain dirinya sendiri.
Dia rela berjuang keras demi untuk memenangkan hati dan kepercayaan Bella kembali dan menerima Stevia sebagai putrinya.
Jadi, ketika Elena menelponnya dan memberitahunya bahwa mereka mengundang Bella untuk makan malam bersama, Kenan langsung setuju untuk bergabung dengan mereka, karena tahu orang tuanya merencanakan ini hanya untuk membantu dirinya agar dapat kembali bersama seperti dulu.
Orang tua dan bahkan seluruh keluarganya tau jika Kenan belum bisa melupakan Bella selama enam tahun terakhir. Lelaki itu telah menunggu dan mencari keberadaan Bella. Sekarang setelah dia kembali, Kenan tidak akan melewatkan kesempatan untuk dekat dengan Bella.
"Baiklah, sekarang sudah larut malam." Kata Elena tiba-tiba.
Saat Kenan mendongak, Ibunya mengedipkan sebelah matanya pada Kenan. "Bella, Ibu dan Ayah harus segera pulang. Jadi, ibu akan meminta Kenan untuk mengantar kamu pulang."
"Itu tidak per—"
"Jalanan sudah tidak aman lagi. Biarkan Kenan mengantarmu." Desak Elena, dia pun beranjak dari duduknya dan menoleh kearah suaminya. "Apa kamu sudah siap, sayang?."
Malvin menganggukkan kepalanya. Dia berdiri dan meletakkan tangannya di punggung Elena. "Ayo kita turun!."
Elena menoleh kearah putranya. "Selamat bersenang-senang." Dia tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
**
Ketika mereka telah berada diluar gedung hotel, Elena mendekati Bella dan memegang tangannya, dia menatap matanya. "Bella, kami semua merindukan kamu. Jangan lupa pulang kerumah ibu ketika kamu punya waktu luang nanti. Ibu akan memasakkan sesuatu untukmu. Atau mungkin, kamu bisa menikmati kue coklat yang kamu sukai?."
Kedua pipi Bella terlihat memerah. Kue coklat yang dia sukai adalah kue buatan Kenan. Lelaki itu telah belajar memasak ketika remaja dan masakannya tidak kalah dengan chef sungguhan.
"Aku akan mencari waktu kosong, Bu." Jawab Bella, memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
Tetapi jauh dilubuk hatinya. Bella tahu jika dirinya tidak akan pernah bisa mengunjungi kediaman Narendra lagi. Karena dia kembali dan ada di kota ini hanya untuk menjatuhkan mereka. Bukan untuk membentuk ikatan atau memakan makanan lezat bersama dengan mereka.
Elena tersenyum hangat. Dia menoleh kearah putranya. "Kenan, Mommy titip Bella. Pastikan kamu sendiri yang mengantar dia pulang. Kamu jangan membawa mobil dengan kebut-kebutan dan luangkan waktu kamu untuk slalu main kerumahnya." Saat Elena mengatakannya dia tersenyum dan memberikan kode pada Kenan.
Sementara itu, Kenan yang berkali-kali mengerti dengan isyarat yang ibunya tunjukan, diam-diam tersenyum. Elena kembali menoleh kearah Bella. "Kamu tidak keberatan kalau Kenan mengantarmu, kan?."
Jantung Bella berdegup kencang. Dia tidak ingin berdua bersama Kenan didalam satu mobil. Tetapi, dia juga tidak bisa menolak permintaan Elena.
"Iya, Ibu. Dia boleh mengantarku." Jawab Bella pada akhirnya, meski nyatanya itu sangat berat sekali baginya.
"Bagus!." Elena tersenyum dan merangkul lengan suaminya. "Kami pulang dulu, kalian hati-hati dijalan." Kata Elena lalu dia dan Malvin berjalan menuju mobil yang telah menunggu mereka. Dalam benaknya, Elena merenungkan sesuatu. 'apa aku akan segera menjadi seorang nenek?.'
Sementara itu, Bella melayangkan tatapan tajamnya kearah Kenan.
Setelah mobil yang membawa Malvin dan Elena pergi. Bella berjalan mendekati mobil Kenan, menuju ke kursi belakang dan hendak membuka pintu, tetapi tiba-tiba Kenan menahan pintunya.
"Apa aku terlihat seperti sopirmu, Bella?." Tanya Kenan, bola mata birunya menatap kearah Bella.
Sudah lama sejak Bella mendengar nada seperti itu darinya. Kenan berbicara dengannya seolah-olah mereka masih bersahabat. Padahal sekarang mereka bukan siapa-siapa lagi bagi satu sama lain. Mengapa Kenan bertingkah seolah-olah mereka selama ini memiliki hubungan yang baik, sehingga bisa mengatakan apa pun sesuka hatinya? Bella hendak melontarkan perkataan yang ada didalam pikirannya, tetapi Kenan telah lebih mengalahkannya.
"Duduklah didepan atau aku akan menganggap mu ingin bermalam disini bersama ku." Kata Kenan dengan suara puraunya. "Aku akan sangat senang untuk memenuhi keinginan kamu."
Perasaan Bella mendidih karena marah saat dia melayangkan tatapan tajamnya pada Kenan. Tetapi Bella menyadari jika dirinya tidak punya pilihan lain, itu karena ponselnya hanya tinggal memiliki beberapa persen baterai yang tersisa dan dompet beserta kartunya pun tertinggal di rumah.
Sialnya, seharusnya dirinya meminta Nita untuk menunggunya jika pada akhirnya ternyata harus pulang bersama dengan Kenan.
"Bagus sekali! Suatu hari nanti dirusak oleh bajingan kaya ini." Gumam Bella dan beralih duduk di kursi penumpang depan, tanpa berkata apa pun lagi pada Kenan.
Namun, kedua pipinya bersemu merah karena perkataan Kenan yang terus terngiang-ngiang di telinganya. Sementara jantungnya berdebar kencang karena posisi mereka berdua yang duduk berdekatan.
Bella memalingkan pandangannya kearah jendela yang sengaja dia buka untuk menenangkan diri. 'Fokus, Bella. Ingat tujuan kamu kembali ke kota ini!." Batin Bella mengingatkan dirinya sendiri.
Tiba-tiba, Kenan mengulurkan tangannya, sedikit mencondongkan tubuhnya didekat tubuh Bella saat lelaki itu meraih sabuk pengaman, mencoba memasangkan nya untuk Bella. Saat Kenan mendekat, mata mereka saling bertatapan.
Bella menahan napasnya, jantungnya berdegup kencang. Wanita muda itu mengelap bibirnya dengan lidah, tubuhnya tegang. Pandangan Kenan turun kearah bibir Bella yang lembab dan dia menelan salivanya, melawan keinginan untuk menyentuh bibir wanita itu dengan bibirnya sendiri.
Kenan mempertahankan kontak mata saat dia mengarahkan sabuk pengaman ke dada Bella dan memasangkan sabuk pengaman tersebut.
Barulah setelah itu, Kenan kembali pada posisi duduknya yang benar. Dan Bella menghela napasnya.
Mengetahui hal itu, Kenan menyeringai dan mulai menyalakan mesin mobil dan berkendara. Saat itulah, Kenan mulai membangun obrolan diantara mereka. "Kemana saja kamu selama enam tahun terakhir ini? Apa yang terjadi padamu?."
Mendengar hal itu, pikiran Bella seakan-akan dibawa untuk sadar kembali dengan dunia nyata. Kupu-kupu yang menggelitiknya secara liar, tiba-tiba menghilang, digantikan dengan rasa kebencian yang muncul menjadi sepuluh kali lipat, apalagi ketika mengingat bagaimana Kenan menghancurkan hatinya enam tahun yang lalu.
Tanpa menolehkan kepalanya kearah Kenan, Bella menjawabnya dengan nada bicaranya yang dingin. "Aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan mu. Karena itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jangan bertanya atau membahas tentang kehidupan pribadi kita."
Keheningan menyelimuti mereka berdua setelah Bella menjawab pertanyaan Kenan dengan kasar..
Sementara itu, Kenan mencengkram dengan erat kemudi mobil. Bahkan sampai kulit bagian kukunya memutih, karena begitu kuatnya dia mencengkram.
"Apa maksudmu, kamu tidak ingin berurusan denganku?." Tanya Kenan, suara bicaranya rendah.
"Aku hanya ingin kita memiliki koneksi kerja, tidak lebih." Balas Bella. Nadanya bicaranya begitu datar.
Membuat Kenan terdiam, tidak ingin menjawabnya. Tetapi jauh didalam lubuk hatinya, Kenan tahu masih ada jalan yang panjang sebelum akhirnya Bella bisa memaafkannya. Karena mau bagaimana pun juga, dirinya sendirilah yang menghancurkan hati Bella enam tahun yang lalu.
Ya— Kenan tahu dan menyadari hal itu. Namun, semuanya sudah terlanjur terjadi dan saat ini yang dirinya perlukan adalah mencari jalan agar Bella mau memaafkan nya.
"Siapa lelaki itu? Ayah dari anakmu?." Tanya Kenan, sembari memegangi kemudi dengan satu tangannya.
"Sepertinya kamu sangat tertarik dengan kehidupan pribadi ku? Kenapa kamu ingin tahu keberadaan lelaki ku?." Tanya Bella, menoleh kearah Kenan dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Aku ingin tahu supaya aku bisa menyingkirkan dia." Kata Kenan, lalu menyeringai.
Dalam hati, Bella mengejeknya. Menurutnya hal itu seakan sudah menjadi perilaku turun menurun dari keluarga Narendra. Mereka akan menggunakan kekuasaan dan pengaruh mereka untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak bersalah yang menghalangi jalan mereka. Perkataan Kenan tidak mengejutkan bagi Bella, sebaliknya itu justru semakin memperkuat tekad Bella untuk membalas dendam.
"Kalau begitu, aku akan menjadikan kamu milikku lagi." Kata Kenan lagi setelah beberapa detik kemudian.
"Apa Sofia tahu perilakumu yang seperti ini?." Bella mencibir dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri ketika mendapati sikap Kenan yang seakan-akan bersikap genit padanya, padahal lelaki itu telah berkomitmen dengan wanita lain.
Apalah Kenan selalu berbohong atau ternyata dirinya belum terlalu mengenal Kenan yang sebenernya?.
Kenan menghela napasnya. Dia bingung, darimana dia akan menjelaskan segalanya tentang apa yang terjadi bertahun-tahun yang lalu? Tidak perduli dengan apa yang dia katakan, semuanya memiliki alasan.
"Sebenarnya Sofia tidak—"
Kata-kata Kenan terpotong ketika tiba-tiba terdengar suara dering ponsel milik Bella. Kenan mengumpat dalam hati, kesal karena melewatkan kesempatan ini untuk memberikan penjelasan pada Bella. Dan saat itu mereka hampir saja sampai di komplek apartemen Bella, seperti alamat yang di tunjukkan oleh wanita itu ketika diperjalanan tadi. Padahal Kenan masih ingin membicarakan banyak hal dengan Bella.
Sementara itu, Bella terlihat tersenyum ketika melihat kearah layar yang menunjukkan nama kontak penelponnya, membuat Kenan pun tenggelam dalam senyuman itu. Sudah berapa dia tidak melihat senyuman seperti itu? Kenan sangat merindukannya.
"Halo, sayang. Mommy sebentar lagi sampai di rumah." Kata Bella dengan gembiranya.
Ketika Kenan telah memarkirkan mobilnya di basement apartemen Bella, lelaki itu berharap Bella segera mengakhiri panggilan tersebut dan kembali berbicara dengannya. Namun, ternyata Bella langsung turun dari mobil masih dengan berbicara dengan putrinya.
Wanita itu segera masuk kedalam gedung, tanpa ingin menengok ke belakang.
Kenan mengepalkan tangannya. Dia memperhatikan Bella memasuki gedung apartemen dan menghabiskan beberapa menit sebelum akhirnya dia menyalakan mesin mobilnya dan pergi.
***
Keesokan harinya, seluruh kota menjadi gempar dengan pemberitaan yang berseliweran di mana-mana. Berita mengenai orang berkuasa dan terkaya di kota itu kembali menjadi berita utama.
[Mantan kekasih CEO Narendra Corporation telah kembali. Siapa yang akan Kenan Kevlar Narendra pilih sebagai pendamping hidupnya? Apakah itu cinta lama atau cinta yang baru?]
Kenan membaca berita itu dari iPad yang baru saja Farel berikan padanya.
"Beritanya sudah sangat viral, Tuan. Bahkan para vlogger sudah membuat video tentang hal itu. Mereka sudah membuka voting pendapat bagi masyarakat untuk memilih siapa yang akan menjadi Nyonya Narendra berikutnya." Kata Farel menjelaskan. "Saya tidak tahu, bagaimana mereka bisa mendapatkan foto anda. Pasti ada seseorang yang mengikuti anda dari hotel."
Kenan menggulir ke bawah dan melihat sekilas foto yang diambil. Siapa pun yang mengambilnya adalah seorang profesional. Sangat jelas sehingga tidak ada yang bisa menyangkal siapa orang di dalam mobil itu. Salah satu foto yang diambil adalah ketika Kenan mencondongkan tubuhnya untuk membantu Bella mengenakan sabuk pengamannya.
Namun, orang itu mengambilnya ketika Kenan menatap Bella, jadi terlihat seakan-akan Kenan hendak mencium Bella.
Bulannya marah, Kenan justru tersenyum sembari memperhatikan foto-foto itu. "Kami berdua terlihat serasi ketika bersama."
Farel tersenyum melihat Bosnya tersenyum. Karena sudah lama sekali Kenan tidak tersenyum seperti itu. Tentu saja, keluarganya selalu ada untuknya, tetapi semenjak dia kehilangan Bella, Kenan berubah, dia semakin tegas, galak dan dingin.
Seperti seseorang yang kehilangan sebagian dirinya.
"Haruskah saya urus beritanya, Tuan?." Tanya Farel.
Kenan mendongak, melihat kearah asistennya dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Bagaimana menurutmu?."
"Hmm... saya tidak tahu, tapi reputasi anda—"
"Aku tidak peduli dengan reputasiku. Aku ingin semua orang tahu bahwa Bella milikku. Jadi, biarkan saja dan jangan hapus beritanya." Kata Kenan menukas perkataan Farel sembari mengamati foto-foto nya bersama dengan Bella yang viral itu.
Tak lupa, Kenan meng-klik foto-foto itu dan menyimpannya secara pribadi. Mengirimkan foto itu ke email nya. Dan barulah setelah itu. Kenan mengembalikan iPad tersebut pada Farel. "Jadikan berita ini semakin viral."
**
Sementara itu, di suatu tempat. Sofia menjerit dengan cukup keras saat dia membaca berita yang sedang trending hari ini. Wanita itu sedang melakukan perjalanan keluar kota untuk menemui ahli operasi plastik untuk memperbaiki wajahnya setelah Bella dua kali menamparnya kemarin.
Saat itu, Sofia dalam posisi terbaring di brankar rumah sakit dengan perban disekitar wajahnya. Dan setelah mengetahui berita tersebut, kebencian dan kecemburuan muncul dalam dirinya.
Dia memperhatikan foto Bella bersama Kenan dengan amarahnya.
"Kenapa selalu dia? Kenan belum pernah menatap ku seperti itu sebelumnya!." Bentak Sofia, berbicara dengan dirinya sendiri.
Dia ingat jika ketika bagaimana Kenan sama sekali tidak tertarik padanya selama enam tahun terakhir atau meskipun Bella sudah tidak ada lagi didekat mereka. Sedangkan, ketika Kenan meninggalkan Bella, Sofia sudah mengira jika Kenan akhirnya jatuh cinta padanya.
Namun, kenyataannya mereka belum pernah berkencan sama sekali dan Kenan tidak pernah menatapnya atau pun menyentuhnya sedikit pun, kecuali jika dirinya yang memulai terlebih dahulu.
Sofia telah mencoba berbagai cara yang terbaik untuk merayu Kenan. Namun, Kenan masih bergeming. Membuat Sofia akhirnya sadar dan mengetahui bahwa Kenan sama sekali tidak melupakan Bella, tetapi hal yang tidak pernah Sofia duga adalah ketika ternyata Bella kembali ke kota Brentwood.
"Kenapa dia kembali? Sekarang Kenan sama sekali tidak akan mengingatku lagi. Dan ini semua karena kamu, Bella. "Kebencian terpancar di mata Sofia, dendamnya pada Bella semakin mendalam.
Sofia mengalihkan layar berita ke layar panggilan untuk menelpon ayahnya— Adam Alferd.
"Ayah! Ayah bilang Kenan berhutang budi pada ayah atas dukungan yang ayah berikan enam tahun yang lalu? Ayo kita gunakan itu untuk mengikat Kenan!"..