NovelToon NovelToon
Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintamanis / Murid Genius / Angst
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: yellowchipsz

Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.

Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.

Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Abangku Paling Jujur Sedunia

...٩꒰。•‿•。꒱۶...

...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...

...© Yellowchipsz...

...—Meminimalisir keunggulan demi tak menjadi dominan.—...

...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...

Apa gue intip aja bab terakhir bukunya? batin Dikta tergiur ingin melanggar janji.

Dikta terkejut saat melihat neneknya sudah berdiri di dekat pintu perpustakaan sambil membawa baskom berisi air, handuk kecil, dan obat merah.

"Tata ... ayo, duduk sama nenek di sofa!" ajak nenek tersenyum lembut.

Dikta menuruti ajakan nenek dan segera menyusul ke sofa. Dia membaringkan kepalanya di atas pangkuan sang nenek. Sekuat apa pun Dikta, dia teteplah cucu manja neneknya.

Nenek tersenyum menghapus air mata Dikta, lalu perlahan mengobati luka cucunya yang nakal itu.

"Nek," panggil Dikta lemas.

"Katakan saja," balas nenek yang akan fokus membersihkan luka di wajah Dikta.

"Nenek nggak marah?" tanya Dikta. Tangan kanannya memeluk buku Bukan Malaikat Hujan, sedangkan tangan kirinya meletakkan surat panggilan wali murid ke atas meja tak jauh dari tempatnya berebahan.

Nenek menggeleng tanda tidak marah. Dulu, nenek memang sempat marah karena Dikta pernah berkelahi di sekolah. Namun, nenek berhenti memarahi Dikta karena tahu penyebabnya. Saat ini, nenek pun yakin jika Dikta punya alasan sendiri sampai berkelahi dengan Lingga.

"Besok nenek akan datang ke sekolah atas undangan surat itu," kata nenek tenang. "Lagipula, sudah lama nenek tidak main ke sekolahmu. SMA Permata Laut adalah sekolah tempat abangmu juga. Jadi teringat, dulu nenek pernah disuruh hadir karena abangmu bertikai juga di sekolah."

"Ah, iya. Aku ingat kejadian itu, Nek. Aku malah setuju kalau bang Dirham membunuh lawannya, karena orang itu sudah berani menghina Nenek!" geram Dikta yang tahu penyebab Dirham marah di sekolah. Murid yang menjadi musuh Dirham, mengolok-olok nenek karena bisu.

"Maaf ya, nenek tidak sempurna." Nenek menunduk sedih.

"Aku nggak suka Nenek lemah kayak gini!" sebal Dikta. "Aku mau lompat ajalah dari jendela perpus, terus nyebur ke laut. Aku bakalan tinggal sama keluarga kuda laut, lalu ninggalin Nenek!"

"Dasar, Kuda Laut nakal!" gemas nenek menggelitik pinggang Dikta, sampai si Tuan Kuda Laut itu minta ampun kegelian.

Nenek mengambil album foto di bawah meja. Benda petak tebal berwarna biru tua tersebut berisi histori perjalanan Dirham semasa SMA. Ada satu foto yang menjadi favorit nenek, yaitu foto Dirham yang babak belur.

"HUAHAHAH!!!" tawa Dikta melihat foto abangnya yang bonyok itu.

Beberapa detik setelahnya, air mata Dikta merembes lagi karena rindu bergelut dengan lelaki yang lebih tua delapan tahun darinya itu.

"Nek, bang Dirham pernah bilang kalau momen bonyok ini difotoin sama pak Satria guruku, Nek. Pak Sat tuh kakak kelasnya bang Dirham di SMA dulu. Nenek ingat?" bahas Dikta.

Nenek mengangguk, senyumnya tak lepas jua. "Nenek tentu ingat dengan Satria, dia dulu suka makan masakan nenek di sini. Dia juga sering mengambil susu cokelatmu di kulkas."

"Sumpah! Kalau inget itu ..., rasanya mau minta ganti susu cokelat sekebon sama pak Satria!" sebal Dikta yang mana dulu hanya pasrah susu cokelatnya dihabiskan oleh orang gila yang sudah menjadi gurunya.

Perut nenek terasa geli karena tertawa mendengar omongan Dikta.

"Oh ya, Nek. Baru hari ini Nenek memanggilku Susu Cokelat lagi. Kenapa kemarin-kemarin nggak? Apa karena bang Dirham udah nggak ada, makanya Nenek hampir melupakan panggilan itu?" ungkap Dikta sedih.

Hati nenek terenyuh mendengar pertanyaan Dikta. Tiba-tiba nenek merindu momen ketika dulu sering memanggil Dirham sebagai Susu Vanilla, sedangkan Dikta dipanggil Susu Cokelat. Nenek pun tidak tahu alasan berhenti cukup lama menyebut panggilan itu. Mungkin benar yang Dikta katakan, tidak ada lagi Dirham sebagai Susu Vanilla di rumah ini.

"Bang Dirham bening banget ya, Nek. Sebening hatinya," puji Dikta mengenai paras tampan sang abang di foto itu.

“Tentu,” balas nenek mengiyakan.

"Kenapa aku item, Nek?" sebal Dikta, "Pasti semua ini gara-gara Nenek yang biarin aku main panas-panasan waktu kecil, makanya gosongnya lengket!"

Nenek tersenyum geli mendengarnya dibarengi mencubit hidung kuncup Dikta. "Tata sungguh manis dan menawan. Susu cokelat juga banyak dicintai, lho."

"Aku terima gombalan Nenek," kekeh Dikta salah tingkah.

"Buktinya, Nona Ikan Guppy tertarik padamu, kan?" senggol nenek mengenai pengagum rahasia yang sering Dikta ceritakan.

"Aku bingung, Nek. Nona Ikan Guppy benar-benar tertarik padaku, atau cuma ingin mempermainkanku?" keluh Dikta.

"Kenapa bisa berpikir begitu? Bukankah jelas sekali dia menyukaimu melalui surat-suratnya?" pikir nenek.

"Tapi dia nggak terus terang tentang identitas aslinya, Nek. Kalau kupaksa, nanti dia takut, gimana? Ah, aku yakin pasti dia menyaksikan perkelahianku dengan Lingga hari ini. Jangan-jangan, dia kecewa padaku karena aku berantem lagi. Mana aku diskors dua hari!" sesal Dikta.

"Tata tidak perlu cemas, Sayang. Besok 'kan nenek ke sekolah. Apa perlu nenek meminta pihak sekolah untuk mencari seseorang yang menyamar menjadi Nona Ikan Guppy? Itu sangat mudah nenek lakukan," kekeh sang nenek yang menunjukkan bahwa dia punya kuasa karena mengenal pemilik SMA Permata Laut.

Nenek juga sudah lama menjadi donatur tetap di sekolah itu sejak dari zaman Dirham SMA. Nenek memang tidak bekerja, tapi dia punya restoran khusus makanan laut tak jauh dari rumah mereka. Restoran tersebut dikelola oleh karyawan kepercayaannya.

"Jangan, Nek. Nggak usah! Aku gugup, nih. Tentang hal kayak gini biar aku aja yang nyari tahu. Sebenarnya, aku udah curiga dari lama dengan seseorang!" ungkap Dikta yakin dengan wajah memerah.

"Siapa dia? Pasti cantik, kan? Secantik tulisan tangannya di surat," tebak Nenek semringah menggoda cucunya itu.

"Cantik banget, Nek!" puji Dikta. "Tapi aku takut salah orang, Nek. Kayaknya nggak mungkin dia, deh. Lagipula, selama ini … cewek itu diisukan deket sama cowok Juara Satu Umum! Apadaya aku juara tiga kelas, Nek?!"

"Tata tidak bosan juara tiga kelas terus-terusan?" pancing nenek. "Tata masih sering sengaja salah menjawab soal?"

"Maksud Nenek apa? Kemampuanku memang segitu," jawab Dikta mengerucutkan bibir.

Nenek menggeleng tidak setuju. "Tata sangat cerdas," puji nenek mengusap kening Dikta. "Jangan membatasi kemampuan Tata hanya untuk membahagiakan orang lain, itu sama saja meremehkan kemampuan mereka. Nenek tahu, Tata tidak belajar, tapi nilai masih bisa seratus. Apalagi kalau Tata serius, Lingga dan Puri pasti kalah telak."

Dikta hanya diam dengan pikirannya sendiri. Setelahnya, dia mencari topik lain saja. Dikta memberanikan diri untuk bertanya kepada sang nenek mengenai hal yang membuat kepalanya penuh.

"Nek, bang Dirham pernah bilang kalau ada pintu rahasia yang bisa mengantar kita ke dimensi lain, pintunya ada di perpustakaan ini. Aku nggak tahu pintu mana yang dimaksud. Aku percaya semua itu walaupun dianggap gila, karena bagiku ... abangku paling jujur sedunia. Apa Nenek akan tertawa mendengar ini? Atau ingin memarahi bang Dirham yang mungkin saja berbohong bagi Nenek?"

Nenek tersenyum menyipitkan kedua matanya, lalu mengusap kepala Dikta dengan lembut. "Kalau Tata percaya, nenek pun percaya."

"Beneran, Nek?" takjub Dikta yang spontan duduk.

Dikta pun mengajak neneknya berkeliling perpustakaan untuk mencari pintu yang dimaksud.

Angin pantai menerabas melalui jendela perpustakaan, dari atas sini terlihat pantai indah yang menjadi pemandangan utama perpustakaan rumah Dikta.

Masih berkeliling mencari pintu yang dimaksud, tapi selama ini mereka yakin hanya ada satu pintu mencolok di perpustakaan, yaitu pintu ruangan komik milik Dirham.

"Cuma pintu ungu ini, Nek," tunjuk Dikta.

Jarak satu meter dari pintu terdapat sebuah prisma tegak yang sedikit pendek dari Dikta. Ada lilin aroma tebal di bagian pucuknya yang biasa dipakai Dirham untuk mengharumkan perpustakaan—aroma Ocean's Happiness.

Dikta tidak ingin memindahkan benda itu karena tidak mau suasana berubah.

"Coba pintunya dibuka," pinta nenek.

Dikta perlahan membuka pintu itu, lalu memeriksa keadaan di dalam. Tampaklah ruangan temaram yang dipenuhi ratusan komik bajak laut kesayangan Dirham.

Mereka berdua sampai memeriksa bagian dalam juga, tidak ada pintu yang lain lagi. Akhirnya, Dikta dan nenek memutuskan untuk keluar dari ruangan komik.

"Mungkin pintu ajaibnya bersembunyi," tebak nenek mengulum senyum.

"Yah," dengus Dikta tidak puas.

"Mungkin suatu saat pintunya akan muncul. Tata istirahat dulu, ya. Nenek akan siapkan pangsit kuah kesukaan Tata," hibur nenek.

Dikta membalas nenek menggunakan bahasa isyarat. "Iya, Nenekku yang cantik."

Senyuman Dikta pun dibarengi pelukan hangat untuk nenek. Setelahnya, wanita itu mulai menuruni tangga.

Dikta memilih duduk di sebuah sofa kecil, yang mana menghadap ke arah pintu ungu ruangan komik yang sudah ditutup kembali.

Suara rinai hujan terdengar kembali meredakan kecemasan. Selagi menunggu neneknya ke dapur bawah, Dikta yang kelelahan malah tertidur di sofa itu.

"Radikta Manik ...." 🍃

Sayup-sayup Dikta mendengar suara itu menyebut namanya lagi, suara dari sosok tak kasat mata yang sempat memanggilnya di kelas.

Panggilan itu amat lembut memanjakannya. Kini makin jelas terdengar suara dari seorang perempuan yang entah siapa.

Tubuh Dikta yang terlalu penat begitu enggan untuk bangun. Rasa-rasanya agak samar, dia melihat seekor kuda laut cantik yang memiliki sayap kecil terbang ke arahnya.

Makhluk itu mengecup lembut pipi Dikta menggunakan bibir terompet yang lucu, ia pun tidur menempel di antara pipi dan bahu sang tuan yang sudah terlelap lebih dulu. Bisa diperkirakan kalau makhluk itu seukuran kepala.

"Apa ini?" gumam Dikta lemas dengan kesadaran yang sangat kecil karena kantuk berat yang mengendalikannya.

Dikta meraba-raba pelan badan makhluk itu, lalu malah melanjutkan tidurnya sambil memeluk sosok kecil tersebut. Hujan yang makin deras melelapkan mereka berdua. 🌧️⛈️

Bersambung ... 👑

1
Pompon
buku kematian /CoolGuy/
💫0m@~ga0eL🔱
kok jadi gitu siihh/Sleep//Scowl/
💫0m@~ga0eL🔱
puri jorok aahhh /Sleep/
💫0m@~ga0eL🔱
knp gurunya kayak Oma kenal y. Lee dong Wook bukaann 🤦
💫0m@~ga0eL🔱
yg lucu authornya /Joyful/
💫0m@~ga0eL🔱
kasiaann /Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱
tata/Doubt/ masa cowok dipanggil tata /Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱
guru dan murid jadi kontroversi niih /Joyful/
ChaManda
heh aku jugaa mauuu gabung donggg /Sob/
.......
semangat terus kak chip 😊😊😊
youryaya 🦕
menunggu kelanjutannya cintahku🥰🥰🥰🥰🥰🥰🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️
youryaya 🦕
AKU NGAKAK TP TAKUT 🤣🤣🤣🤣🤣😭😭😭😭😭🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️🏃🏼‍♀️
youryaya 🦕
Astagpirullah😭😭😭😭siapaaa inihh pelakunya
youryaya 🦕
BENERAN SEBIJI LAGI PANGSITNYA 😭😭😭😭😭😭
youryaya 🦕
Nek, liat Tata nek 😃😃😃😃😭😭😭
youryaya 🦕
YANG BENER AJA 😰😰😰
youryaya 🦕
takutnya nanti kamu bakar buku itu Ta 😭😭😭😭
youryaya 🦕
kenapasiii harus dilarang bang😭😭💔💔💔 gpp dikta tau
youryaya 🦕
dikta pasti hampa banget skrg gabisa cerita cerita lagi ke bang dirham😭😭😭😭💔💔
youryaya 🦕
ternyata dikta pernah suka sama Puri 😭😭😭😭 kirain cuma puri aja yg suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!