NovelToon NovelToon
Membalas perselingkuhan Suamiku

Membalas perselingkuhan Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pelakor / Keluarga / Dendam Kesumat
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Suesant SW

"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"

Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.

Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.

Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.


Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20. Bukan Benalu

Anin berjalan perlahan ke ruang tengah di mana semua orang berkumpul, Anin sudah biasa melihat muka masam ibu mertuanya itu. Dari perselisihan mereka 6 tahun yang lalu, hubungan mereka begitu hambar meski Anin sudah berusaha bersikap baik.

Dulu ibu mertuanya itu mempermasalahkan soal kehamilannya yang tak kunjung kelihatan di awal-awal pernikahan tetapi kemudian setelah Gita lahir ke dunia bukan lagi urusan bayi yang di ributkan sang ibu mertua tapi soal Anin yang hidupnya seperti benalu untuk suaminya.

"Tidak bekerja, hanya menghabiskan uang suami saja!"

Tetapi, Galih selalu jadi garda terdepan untuk membela Anin, itulah yang membuat Anin tak sedikitpun memiliki kecurigaan atas perbuatan gila suaminya itu di belakangnya.

Ayah mertuanya, Pak Shambo adalah pensiunan PNS setingkat kepala bidang sementara ibu mertuanya pernah bekerja sebagai tata usaha di sebuah rumah sakit.

Dulu, saat mereka akan menikah keluarga suaminya itu baik padanya tetapi setelah Anin memutuskan resign dari pekerjaannya atas permintaan Galih, ibu mertuanya berubah ketus padanya. Untung ayah mertuanya tidak demikian, dia seperti Galih, tak pernah menekan Anin.

3 tahun lalu, Anin terakhir berkunjung ke surabaya dengan keluarganya tetapi setelahnya Galih tak punya waktu lagi.

Galih anak pertama dari tiga bersaudara, adik bungsunya malah masih kuliah sekarang.

"Ada apa, bu?" Anin tadinya hendak duduk di seberang suaminya tetapi urung saat melihat Galih duduk menunduk, dan dia akhir memilih untuk duduk di dekat suaminya itu. Semua orang, termasuk ibu mertua dan adiknya Galih, menatap nya.

"Ibu mau bicara." Bu Wati, mertuanya itu menatapnya dengan tatapan aneh, aneh seaneh- anehnya. Tetapi Anin tidak melayani tatapan aneh itu, dia yakin ibu mertuanya itu sedang mencari kelemahannya.

Kemarin pagi, saat dia menjemput mereka di Bandara, ibu mertuanya malah sibuk mencari suaminya bukannya senang jika Anin yang telah menjemput mereka.

"Lihatlah suamimu ini, dia datang larut tadi malam dan kamu sama sekali tak menyambutnya, dia capek-capek kerja tapi kamu asyik tidur saja. Istri macam apa begitu." Omel Bu Wati.

"Ibu, sudahlah. Anin mungkin capek seharian juga, wajar saja dia tak bisa menungguku pulang." Bela Galih sambil melirik Anin.

Ciiiih! Anin rasanya ingin meludah, dia tahu benar suaminya itu tidur bersama Ratna di apartemen mereka, bukannya karena bekerja.

"Istri macam apa itu yang ngorok aaat sang suami kerja siang malam? Suami itu kerja bukannya di sambut, di sediakan air panas kek, atau di panasin makanan, eh, malah di cuekin."

"Ibu sudah---"

"Sudah apanya???" Bu Wati melotot pada Galih seolah bila matanya bersiap untuk melompat dari rongganya.

"Kamu juga, suami kok selalu saja membela istrimu, tidak tahu itu salah apa benar. Kan jadi ngelunjak dia? Sudah kerjaannya cuma malas-malasan, alasannya jaga anak, yang kerja itu pembantu juga." Omel ibu mertua Anin, badannya yang gempal itu sampai bergoyang-goyang sembari telunjuknya berkali-kali teracung ke arah Anin.

"Bu, sudahlah. Kita kemari memenuhi undangan mereka, sekaligus menjenguk cucu. Kok, malah ibu ribut begini?" Tegur ayah mertua Anin.

Setelah sekian lama berdiam, ayah Galih lantas berbicara. Dia mengatakan bahwa pertemuan ini sengaja dibuat dengan tujuan untuk membicarakan bagaimana acara besok untuk perayaan anniversary Galih dan Anin mengingat Anin sudah bersedia membayar tiket pulang pergi mereka plus uang sangu dan dana-dana tambahan untuk liburan, yang katanya hasil tabungan Anin, meaki tetap saja sang mertua ini nyinyir pada menantunya itu.

"Bagaimana tidak ribut, pak? lihat anakmu itu kerja siang malam seperti sapi perah untuk keluarganya, eh istrinya malah tidak perhatian sama sekali sama suaminya. Pagi ini, dia bangun kesiangan, suaminya tidak di urus."

Anin diam saja, dia merasa tak perlu membela diri kalau dirinyalaj yang bangun subuh tadi membantu bik Irah di dapur sementara semua orang tidur lelap. Mereka turun sarapan dia naik ke atas mengurus kostum anaknya yang akan tampil lusa dalam pertunjukan bulan bahasa.

Jikapun panjang lebar dia mengungkapkan toh sama saja seperti biasa dengan nada bangga-tentang keluarga besar Galih akan membanggakan anak mereka itu yang telah mencapai kesuksesan dan nyaris kejayaan, sementara dirinya tak lebih dari benalu di mata mereka.

"Aku baru dua hari di sini, tapi rasanya sakit hati melihat anakku diperlakukan seperti--"

"Ibu, sudah. Anin tak salah apa-apa, dia berhenti bekerja karena aku memintanya..." Galih menyela dengan raut masam membuat mata ibunya membulat menatap ke arah anaknya itu.

Anin mengangkat wajahnya menatap tajam pada Galih, hatinya sedih, seandainya rasa sayang Galih ini begitu nyata dia tentulah perempuan paling bahagia di dunia.

Hanya saja, dia baru sadar sekarang setiap kelembutan dan kebaikan Galih sekedar menutupi perselingkuhannya saja.

Cinta? Kemana cintanya yang dulu?

"Baiklah, karena kalian berdua telah berada di sini, di depan mataku setelah sekian lama, aku ingin bicara dengan kau Galih terutama kau Anin" Ibu Galih berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam. Dia menatap lurus sampai ke kedalaman mata Anin.

Anin diam, menunggu dengan sikap tenang, dia tak lagi segugup dulu saat berhadapan dengan ibu mertuanya ini.

"Kau Anin, telah bergabung dengan keluarga kami hampir 9 tahun. Sampai saat ini, aku masih berdiam diri melihat bagaimana anakku menjauh dari kami hanya karena membela keberadaanmu. Kamu telah merampas anakku dengan membuatnya begitu asing di tengah keluarganya sendiri." Ibu Galih begitu berapi-api.

Anin memejam matanya berusaha mengusir panas yang hinggap di liang telinganya merembet sampai ke wajahnya. semakin jelas di mata batinnya bahwa kehadirannya dalam keluarga ini hanya untuk mendapatkan penghinaan dan kemarahan bahkan ketidaksukaan mereka terhadapnya. Dia di nilai tak punya kontribusi apa-apa dalam kesuksesan sang suami.

"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Galih dari dulu sebelum kau menikah dengannya--"

"Ibu? Apakah membicarakan ini perlu?" Galih terlihat tak nyaman.

"Tentu saja, dia perlu tahu!" Tukas ibu Galih tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Anin.

"Tapi kamu yang terlalu keras kepala, tak mau mendengarkan orangtua. Mana pantas dia jadi menantuku, hanya bawahanmu di kantor dan pada akhirnya dia menjadi besar kepala, menikahlah dia denganmu. Menjadi tanggunganmu dan sekali lagi, dia menjadi begitu penting bagimu sampai-sampai kau lupa aku adalah ibumu." Ibu Wati, mertuanya ini berbicara sangat lantang, sepasang bibir Anin terkatup rapat. Dia sama sekali tak menangis seperti dulu saat sumpah serapah di tujukan padanya.

"Bu, ini sudah keterlaluan." Ayah Galih berdiri.

Tetapi istrinya itu ikut berdiri dan meneruskan ucapannya, " Sekarang, kau maunya bagaimana, Anin? Kau masih ingin merampas anakku?"

Jiwa Anin melayang-layang serasa mengambang. Hatinya pun merasa sakit mendengar tuduhan itu. Rasa kesakitan itu semakin memuncak seiring jiwanya yang terkapar dalam ketidak- berdayaan. Dengan tangan gemetar, Anin berpegang pada ujung meja melirik sejenak pada suaminya yang terdiam seribu bahasa. Lalu dengan tenang dia mendonggak.

"Besok, aku akan mengembalikan semuanya pada tempatnya ibu..." Ucapnya lirih tetapi tegas, tangan kanannya masuk ke dalam saku dressnya, menggenggam erat sebuah benda kecil di dalamnya. Sebuah flashdisk yang menentukan arah rumah tangganya besok malam.

(Maafkan akak othor baru nulis🙏😅😅😅 kehidupan real time akak benar-benar sibuk hampir seminggu ini🤭🤭 Selamat natal buat yang merayakan, ya🙏☺️☺️☺️ Love U all my readers. Cuss nulis lagi ya ini, karena bnyk peer permintaan update yang bikin othor merasa bersalah😅)

1
Ira
keren
Mice Maizarni
Luar biasa
Etri Tatauni Tatauni
best lah ceritanya,suka ga bertele2!!
goodjod n good story like it/Good//Good//Good//Good/
Rahma Putri
cerita yg bagus dan menarik
Salwa Kamila
/Drool/
Astrid Bakrie S
Jangan terlalu menaruh dendam Anin, biarkanlah tuhan yg memberi ganjaran yg setimpal tuk keduanya
Casudin Udin
Luar biasa
Astrid Bakrie S
Mantan Anin
Astrid Bakrie S
ASSALAMUALAIKUM AQ HADIR
վօօղíҽ̀࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Kak Suesanttttt apa kabar, huhuhu lama ngga mampir di novelnya Kak Suesant 🙌....
Ani Ani
selasai kanmasalah dulu
Ani Ani
langut kan aja sura hati nya
Ani Ani
ada yang intai ni
Ani Ani
ada APA lagi
Ani Ani
ya pelu kan penenaselaisan untuk Anak nya
Ani Ani
sama2 terus kan berkariauntuk selama2 nya
Ani Ani
cantik2 betul dia
Ani Ani
APA DIA mimpi lagi
Ani Ani
sakit hati lah tu
Ani Ani
ya kamu sangat cucuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!