Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkat Teratas, Diantara Yang Terbawah
"He... hentikan!" Ucap Cheisia, melepaskan tangan Tantra, dari pipinya."Iya! Aku berhasil pacaran dengan kakanda, bagus bukan?"
"Ba... bagus? Itu anugerah sekaligus musibah! Willem Alexander Niel Andreas, tidak ada yang berani mendekatinya. Jika suatu hari kamu putus dan dia dendam padamu. Aku pastikan kamu akan mati bunuh diri, karena kehidupanmu dan keluargamu akan hancur." Peringatan keras dari Risa, mengingat naga dapat saja menyemburkan api.
"Benar! Kelompok eksklusif 7 tuan muda, Willy merupakan pemimpinnya. Bahkan gadis paling kaya dan cantik di sekolah ini tidak berhasil mendekatinya, hingga nasibnya berakhir tragis." Jessi menghela napas berkali-kali. Menelan ludah mengetahui nasib sial teman barunya.
"Cheisia, lebih baik menjauh kemudian putus baik-baik." Saran Tantra, berucap penuh keseriusan.
"Kalian tidak merestuiku? Teganya, padahal Neil sudah berusaha, dia bahkan membawakan bekal penuh cinta untukku. Ibu mertua sudah merestui hubungan kami. Dalam beberapa tahun kami akan menikah kemudian menghasilkan lusinan anak. Apa kalian tega memisahkan kami..." Tanya Cheisia terlihat benar-benar memelas.
Membuat ketiga sahabatnya serempak menghela napas kasar.
"Dengar Cheisia! Cinta bukan sesuatu yang mudah. Ada banyak yang harus difikirkan termasuk status sosial." Tantra memberikan pengertian.
"Masa bodoh! Tinggal di apartemen sempit, asalkan dengan Neil, aku bersedia." Cheisia tetap tersenyum.
"Dia bukan manusia! Dia seperti raja iblis. Kejahatan diantara kejahatan." Jessi menyakinkan hubungan tidak sehat ini.
"Maka aku akan menjadi ratu iblis yang dihormati di sekolah ini." Benar-benar gadis yang positif thinking jika menyangkut masalah Neil.
"Cheisia, dia itu red flag (pria yang tidak baik untuk menjalin hubungan, memiliki sifat toksik, seperti obsessive, posesif, bahkan ada yang tidak setia)." Ucap Risa pelan.
"Tidak! Dia itu Green flag (pria yang terlalu saat menjalani hubungan, contohnya memiliki sifat penyayang dan melindungi). Tapi berkedok red flag." Jawaban tidak masuk akal dari Cheisia.
"Terserahlah!"
"What ever (terserahlah)!"
Itulah kalimat yang diucapkan Risa dan Jessi bersamaan. Tapi tidak dengan Tantra, pemuda yang menghela napas kasar."Jika ada masalah katakan saja pada kami."
Dengan cepat Cheisia mengangguk."Nanti setelah meninjau lokasi cafe. Aku kembali lebih awal ya? Aku harus menemui ibu mertua."
"Ibu mertua?" Ucap Risa tertawa, diikuti tawa Jessi dan Tantra.
Tidak menyadari Neil menghentikan langkahnya tepat di lantai dua. Matanya menatap ke arah ketiga makhluk yang tengah bersama Cheisia.
"Wah...masih berpura-pura juga." Gumam Neil tersenyum mencemooh menatap Tantra dari jauh. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
*
"Neil! Aku mendapatkan gosip! Kamu pacaran dengan stalker. Aku harus mengurus orang-orang yang menyebarkan gosip tidak benar ini." Akira menghela napas kasar, masuk ke ruang kesenian. Dimana Neil tengah tertidur, mengingat betapa melelahkannya mengurus usaha sampingan ibunya.
"Aku memang punya pacar sekarang! Sudah pergi sana! Aku mau tidur!" Neil kembali menutup matanya.
"Pu... punya pacar!? Tapi ini bukan gayamu. Beda ceritanya dengan Hilton yang memang play boy. Neil, ini cuma gosip kan? Aku akan suruh orang mengurus stalker sialan itu." Ucap Akira cepat, mengambil handphone-nya hendak menghubungi seseorang.
Namun seketika Neil membuka matanya, tidak bisa! Cheisia tidak boleh terluka."Jangan! Ini hanya pacar sementara dengan ketentuan khusus. Hanya sampai ibuku benar-benar pulih, lalu aku sendiri yang akan menendangnya dari dunia ini."
"Kamu tidak mencintainya kan?" Tanya Akira mengangkat salah satu alisnya.
"Tentu saja tidak! Dia pengaruh buruk! Setelah memanfaatkannya, aku akan membuatnya menyesal pernah dilahirkan." Omong kosong yang dikatakan Neil, membuat Akira mengangguk percaya.
"Ini baru Willem Alexander Niel Andreas! Kamu memang bukan budak cinta seperti Sean (Teman Neil). Iblis tetap iblis, tidak mungkin jatuh cinta." Akira terkekeh.
"Jatuh cinta?" Neil mengernyitkan keningnya, kemudian tersenyum."Tentu saja itu tidak mungkin..."
Tapi, kala Akira tengah sibuk dengan handphonenya. Neil kembali berbaring, menatap ke arah langit-langit ruang seni.
Ada perasaan hangat kala mengingat Cheisia."Tidak mungkin kan?" gumamnya.
*
Mengirim pesan pada Kakanda jika dirinya akan meninjau lokasi cafe hari ini. Jadi akan datang ke rumah peristirahatan setelah bertemu dengan teman-temannya.
Menghela napas memasuki cafe berkelas di mall yang cukup mahal. Setelah mendapatkan lokasi tempat usaha patungan mereka akan berdiri.
Anak kalangan atas yang sombong? Itulah yang terlihat dari mereka. Tapi apa benar? Dari sana Cheisia belajar, kecerdasan akademis bukan segalanya.
Tidak semua kalangan atas hedon tanpa alasan. Seperti teman-temannya yang kini tengah memesan semua menu di cafe ini. Untuk refrensi cafe yang akan mereka buka nantinya.
"Rasanya enak, garnis buruk. Jika ingin disukai wanita harusnya, menambahkan irisan strawberry." Keluh Tantra memberi penilaian.
"Dekorasi aku beri nilai bagus. Kita bisa sedikit meniru konsepnya." Risa memberi tambahan.
"Aku sudah memotret harga menunya. Cheisia bagaimana dengan minumannya?" Tanya Jessi.
"Barista di sini lumayan, wajah dan keterampilannya bisa memikat pelanggan wanita. Kita rekrut saja." Cheisia berbisik dengan suara kecil. Ke-tiga remaja itu otomatis melirik sang barista yang mungkin kini berusia 25 tahun.
Mall yang cukup besar, kejadian apapun dapat terjadi bukan?
Sekolah favorit, walaupun masih sekolah negeri, itulah label seragam yang dikenakan Bianca bersama kedua temannya, Sari dan Jelita. Ayah Sari berprofesi sebagai kepala sekolah, sedangkan ayah Jelita berprofesi sebagai polisi. Tentunya Bianca tidak akan berteman dengan sembarang orang.
"Kamu memang sempurna. Sudah pintar, cantik dan baik." Jelita tersenyum memuji Bianca.
"Tapi aku hanya anak angkat. Sedangkan Cheisia anak kandung. Dia lebih dimanjakan, tapi aku tidak apa-apa..." Bianca tertunduk mengundang iba kedua temannya.
Sari menghela nafas."Kamu itu pintar. Tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Cheisia. Aku yakin, kamu akan lebih sukses dari anak kandung yang sering membully anak angkat."
"Benar! Ayo masuk! Biar aku yang traktir. Tapi jangan pesan banyak-banyak. Nanti kita foto-foto di cafe ini." Ucap Jelita menarik tangan Sari dan Bianca.
Siapa bilang dirinya tidak berada di pergaulan kelas atas. Sari dan Jelita merupakan siswi paling populer di sekolahnya. Tentu saja anak kepala sekolah dan anak seorang anggota kepolisian dengan pangkat yang cukup tinggi. Dirinya tersenyum menganggap teman-teman Cheisia tidak ada apa-apanya.
Memasuki area cafe, mata mereka menelisik. Mengamati empat orang yang duduk bersama.
"Bianca, bukannya itu Cheisia. Benar-benar boros, lihat satu meja dipenuhi dengan makanan. Harga makanan di tempat ini kan lumayan mahal." Sari berbisik pada sahabatnya.
"Sttt... mereka hanya anak-anak manja kalangan atas. Mari kita beri mereka pengertian apa artinya hidup susah." Jelita tersenyum, menarik tangan Bianca agar duduk di meja yang dekat dengan meja Cheisia.
Merasa di atas awan, Jelita, Sari, dan Bianca merupakan anak populer dan paling dihormati di sekolah.
Perlahan ke-tiga orang itu duduk.
"Aku pesan tiga kopi robusta." Ucap Jelita sombong, seolah-olah sering masuk ke tempat seperti ini.
Sedangkan Bianca mengernyitkan keningnya."A...aku Americano. Robustanya dua saja."
Dirinya memilin jemarinya sendiri. Apa teman-temannya menyukai kopi pahit? Atau jangan-jangan teman-temannya tidak pernah minum di tempat seperti ini.
Matanya menelisik ke meja sebelah. Mereka terlihat begitu anggun mendiskusikan sesuatu. Berbeda dengan Sari dan Jelita yang tengah mengambil foto selfie di tempat ini.
"Kita bukan seperti anak-anak orang kaya yang hedon, hanya minta-minta uang dari orang tuanya. Kita menabung uang sendiri untuk minum di tempat ini." Sindir Sari.
"Benar! Kami bukan beban keluarga yang suka menghambur-hamburkan uang." Jelita ikut-ikutan menyindir dengan suara keras.
Bianca tersenyum mengepalkan tangannya."Cheisia, hanya dapat menyusahkan ibu dan ayah. Aku sampai tidak tega pada kedua orang tua kami. Benar-benar anak tidak tahu malu."
"Iya!" Ucap Jelita tertawa, diikuti tawa Bianca dan Sari.
"Kampungan...." Tantra ikut-ikutan tertawa.
"Haruskah aku menyebarkan di media sosial bagaimana tingkah rakyat biasa ..." Risa kali ini tersenyum.
"Jangan!" Pinta Jessi."Jangan segan-segan!" Lanjutnya ikut tertawa.
"Bagaimana rasanya sampah dicampur spaghetti?" Tanya Cheisia, pada ketiga temannya.
"Entahlah..." Jawab Tantra.
"Seperti ini!" Cheisia tersenyum segera bangkit membawa sepiring spaghetti.
Lagian pikiran orang sukses kebanyakan ga sempet ngurusin hidup orang lain mending dia ngembangin bisnis, ngumpul cari koneksi ngomongin hal penghasil cuan drpd cuma ngurusin hidup sm masalah orang, target pasar mu salah mbak bi 😅
kakanda katanya🤣🤣🤣🤣
kopi sudah otewe ya 👍💕😍
menyesal dah gak ada gunanya Albert
🔨🔨🔨🔨🔨🔨🔨