Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Sepanjang perjalanan, Nadlyn hanya diam sambil fokus menyetir. Samudra juga diam seperti merasakan perasaan Mommy nya itu. Hingga mereka tiba di rumah milik Robi dan masuk ke dalam rumah.
"Sam..." Panggil Nadlyn saat Samudra hendak masuk ke dalam kamarnya.
"Iya Mom?"
"Boleh Mommy bertanya?"
Samudra nengangguk, kemudian Nadlyn mengajaknya untuk duduk di kursi meja makan.
"Kenapa Sam tidak bercerita pada Momny jika di rumah Oma ada Uncle itu?" tanya Nadlyn.
Samudra diam seolah berpikir. "Sam kira, itu hal yang tidak penting, Mom."
Nadlyn mengusap lembut kepala Samudra. "Mommy pikir Uncle itu tidak ada di rumah Oma."
"Apa Mommy keberatan jika Sam di rumah Oma bersama Uncle itu?" Tanya Sam balik.
Nadlyn diam, namun ia teringat perkataan Nanda.
"Sam senang di rumah Oma, Uncle itu juga baik. Tapi jika Mommy keberatan, Sam tidak akan tinggal di rumah Oma." Kata Samudra dan hal itu membuat Nadlyn semakin bimbang.
"Uncle itu kenapa duduk di kursi roda?" Tanya Nadlyn ingin mengetahui sejauh mana Samudra tau tentang Cean yang kini lumpuh.
"Uncle bilang, Uncle kecelakaan dan kakinya patah." Jawab Samudra.
"Hanya itu?" Tanya Nadlyn dan Samudra mengangguk.
"Oh ya, Mom. Tadi Uncle itu terjatuh dari kursi roda, dan Sam tidak bisa menolongnya."
"Jatuh?" Tanya Nadlyn meyakinkan.
Samudra mengangguk, "Uncle ingin pindah duduk di sofa, dan terjatuh. Saat Sam pulang sekolah, Sam sudah melihat Uncle terduduk di lantai dengan kursi roda yang ikut terjatuh."
Nadlyn hanya diam mendengarkannya.
"Jadi bagaimana, Mom. Besok Sam di rumah Kakek atau boleh di rumah Oma?" Tanya Samudra.
Nadlyn menatap wajah Samudra dan menangkup ke dua pipinya. "Sam boleh di rumah Oma, selama Sam tidak nakal dan nurut sama Oma."
"Yeaayyy..." Samudra mengangkat satu tangannya tanda senang. "Sam janji tidak nakal, Mom. Terimakasih." Ucapnya bersemangat.
Entah apa yang ada dalam pikiran Nadlyn, Nadlyn pun tak mengerti. Melihat Cean dengan kondisi menyedihkan seperti itu membuat hatinya sedikit iba, atau mungkin rasa cinta itu memang masih ada.
Setelah beberapa minggu terlewati. Dirga datang ke rumah Robi. Tentu saja Nadlyn terkejut akan kedatangan Dirga. Namun berbeda dengan Samudra, Pria kecil itu begitu bahagia melihat Dirga datang untuk berkunjung.
"Papiiii..." Seru Samudra lalu berhambur memeluk Dirga.
"Hai, Boy. Bagaimana kabarmu?" Tanya Dirga setelah melerai pelukannya dan kini mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Samudra.
"Baik, Pii.. Papi kemana saja?" Tanya Samudra yang merindukan kehadiran Dirga.
"Kamu merindukan Papi?"
Samudra mengangguk kemudian kembali memeluk Dirga. "Papi kemana saja? Papi sudah tidak menyayangiku lagi?" Tanya Samudra terdengar pilu.
Hati Dirga begitu terenyuh, Dirga mengeratkan pelukannya pada Samudra. "Maafkan Papi."
"Jangan menghilang lagi, Pi.. Aku takut jika Papi pergi seperti Daddy yang meninggalkanku."
Dirga tak kuasa menahan air matanya, sesayang itu Samudra padanya.
"Papi janji akan sering menghubungimu meski Papi tidak datang kesini." Ucap Dirga berjanji.
"Sam..." Panggil Nadlyn dan Samudra melepas pelukannya pada Dirga.
"Tidurlah, Mommy ingin bicara dengan Papi."
Samudra mengangguk kemudian kembali melihat wajah Dirga. "Pi.. Aku menyayangi Papi. Sangat menyayangi Papi."
Dirga mengusap lembut kepala Samudra. "Papi juga menyayangimu." Kemudian Dirga mencium puncak kepala Samudra sebelum akhirnya Samudra masuk ke dalam kamarnya.
"Nad..."
Nadlyn tersenyum. "Kenapa sendirian kesini? Kenapa gak ajak Yuri?" Tanya Nadlyn.
Kini mereka berdua duduk di kursi teras yang terhalang sebuah meja bundar. Dirga mengeluarkan sesuatu dari saku jas nya dan menyodorkannya pada Nadlyn di atas meja.
Nadlyn meraihnya, terlihat sebuah undangan pertunangan Dirga bersama Yuri yang akan di gelar beberapa hari lagi.
Nadlyn tersenyum, "Aku akan datang bersama Papa."
"Ajak juga Samudra." Kata Dirga.
Nadlyn hanya nengangguk, "Ya, tentu saja aku akan membawa Sam juga."
Mereka sama sama diam.
"Ga..."
Dirga menatap wajah Nadlyn.
"Maafkan Samudra ya, Samudra sudah terbiasa denganmu, maaf jika kamu terbebani oleh sikap Samudra." Kata Nadlyn dengan ragu.
"Jangan bicara begitu, Nad. Kamu juga tau kan jika aku menyayangi Samudra seperti anakku sendiri. Aku tidak merasa di bebani, aku malah terharu karena Samudra merindukanku. Dan aku merasa bersalah pada Samudra karena jarang menemuinya lagi." Balas Dirga.
Nadlyn mengangguk, "Terimakasih sudah pernah mengisi kekosongan Samudra, Ga." Nadlyn menjeda kalimatnya. "Dan juga kekosonganku."
Dirga menghembuskan nafas kasarnya, ia tersenyum untuk menutupi rasa kecewanya karena tidak bisa memiliki Nadlyn.
**
Pesta pertunangan itu pun akhirnya tiba. Robi ikut mendampingi Nadlyn untuk menghormati Dirga karena sudah menemani putrinya selama lebih dari enam tahun. Sebenarnya Robi pun menginginkan jika Dirga menjadi pendamping untuk putrinya, namun Robi juga sadar diri jika tidak mungkin ada keluarga yang mau menerima status Nadlyn sebagai single parent, terlebih Dirga adalah seorang lajang dan pewaris tunggal sebuah perusahaan di bidang restoran yang cukup besar meski tidak sebesar ARDA KARYA.
Pesta pertunangan itu berjalan dengan lancar. Tidak ada yang istimewa dari acara itu. Dirga yang gagah dan tampan harus berdamping dengan wanita kekanakan dan berkacamata. Meski Yuri di dandani oleh MUA ternama, namun Yuri tidak mau melepas kaca mata nya karena tidak percaya diri.
Dirga tidak memperdulikan hal itu, karena menurutnya, ia tak memperdulikannya meski ada rasa malu bersanding dengan Yuri.
Samudra menatap wajah Dirga yang berdiri jauh di atas panggung kecil dan bersanding dengan Yuri. Kemudian ia melambaikan tangannya sambil tersenyum saat Dirga melihat ke arahnya. Hal itu terlihat oleh Hellen dan membuat Hellen marah, apa lagi saat Samudra berteriak memanggil Papi pada Dirga.
"Dia bukan Papimu, jangan memanggilnya Papi." Sentak Hellen pada Samudra. Beruntung pesta itu sudah selesai dan sudah tidak ada tamu kecuali keluarga dekat dari Dirga dan Yuri.
Samudra tersentak dan seketika menghentikan lambaian tangannya. Dirga yang melihat hal itu segera turun untuk menghampiri Samudra dan memeluk kepalanya yang hanya tinggi seperut Dirga.
"Mi.. Apa apaan sih?" Kata Dirga tak terima.
"Anak kecil itu memanggilmu Papi. Apa nanti tanggapan orang?" Tanya Hellen.
Nadlyn segera menarik Samudra dari pelukan Dirga, dan kini Samudra berada di belakang tubuh Nadlyn. "Maafkan Putra saya, Nyonya."
Hellen menatap sengit pada Nadlyn. "Jadi kamu wanita yang selama ini mengganggu Dirga, menjadikan putraku sebagai Papi anakmu untuk mengikat Dirga?"
"Mi..." Panggil Dirga memperingatkan.
"Dirga, apa yang kamu lihat dari wanita ini? Dia itu janda beranak satu, dia bukan wanita baik yang terhormat, usianya masih muda tapi sudah memiliki anak sebesar ini, pasti dulu pergaulannya tidak di jaga dengan baik." kata Hellen berapi api.
"Mi.. Kak Nadlyn baik orangnya." Sahut Yuri membela.
"Hentikan!!" Suara bariton seseorang membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara.
Hellen menyipitkan matanya kala melihat pria yang pernah berarti dalam hidupnya. Pria yang ia tinggalkan demi pria kaya lainnya yang bisa menjamin kehidupannya untuk bergelimang harta.
"Mas Robi...."
"Hellena..."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ah pasti ketebak teka tekinya..
Kalau kalian lbh suka cerita konflik berat atau ringan sih?
Sejauh ini menurut readers, cerita ini kayak gimana?
Mumpung senin, aku.minta vote nya dong 🥲
Hari ini, Up ku tergantung vote ya 🤭
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .