Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-20
Sandiago Gurven jelas murka, setelah mendapatkan kiriman informasi dari orang yang di tugaskan untuk mengawasi gerak gerik Dryana tunangannya.
"Brengsek!, wanita sialan, berani sekali dia bermesraan dengan baji-ngan itu!"
Teriak Sandiago dengan membuang dan membanting semua barang-barang yang ada di ruang kerjanya, seketika Gurven Company sat itu di landa ketegangan seketika.
"Panggil Ricky Harson sekarang juga!" Teriaknya.
Sepupu tiri Dryana yang sudah mendapatkan banyak upeti dari Sandiago itu pun segera di hubungi.
Tidak menunggu lama, kini Ricky sudah berada di hadapannya.
"Ada apa?" Tanya nya.
"Buka ponsel mu, aku sudah kirim semua gambar-gambar sialan itu" perintah Sandiago.
Sebuah hal yang mengejutkan, Ricky sampai mengumpat beberapa kali melihat apa yang sudah dilakukan Dryana dalam gambar yang di lihatnya.
"Siapa laki-laki ini?" Tanya Ricky.
"Aku tidak begitu mengenalnya, namanya Evan, dan aku hanya bertemu berapa kali, itu pun dia selalu bikin ulah"
Ricky mengamati kembali, dari tampilannya sepertinya orang yang biasa, dan dirinya heran jika nantinya laki-laki itu yang akan dipilih oleh sepupunya.
"My God, apa Dryana serius?" Ricky benar-benar tak mengerti.
"Pikir saja sendiri, aku menduga bahwa apa yang terjadi karena bantuan Dryana, laki-laki miskin seperti dia mana mungkin bisa menjungkir balikan Fakta!" Sahut Sandiago dengan emosinya.
Ricky terdiam, masih menatap foto Evan di dalam ponsel Sandiago yang berada di tangannya, apa mungkin Dryana berani melakukan hal ini, diam-diam konspirasi dan melakukan jalan perlindungan akan orang asing yang baru saja dekat dengannya.
"Aku akan menanyakan sendiri padanya, dia sudah kembali pulang ke Mansion"
"Benarkah?" Tanya Sandiago yang kini tersenyum senang.
"Apa kau punya rencana?" Tanya Ricky.
"Tentu saja, jika dia sudah kembali ke kandangnya, itu akan lebih mudah, aku akan ke Mansion mu nanti malam"
"Baiklah" Ricky tersenyum miring, mungkin Sandiago juga sepemikiran dengannya.
*
*
Seharian Dryana bagai terkena jerat pesona jampi-jampi seorang Evan, tak mau jauh dan hanya mengikuti kemana laki-laki itu pergi.
"Kita istirahat di Apartemen saja" ucap Evan sambil melajukan motor sportnya ke jalanan yang pernah Dry kunjungi.
Dan tak lama kemudian, mereka sudah tiba, Evan hendak turun dari motor sport kesayangan yang sudah terparkir, namun merasakan keanehan saat tak ada tanda-tanda pergerakan di belakang.
Hanya sekitar pundak dan punggung atas yang terasa berat, tangan Evan meraba seketika hingga membelai halus rambut lurus itu.
"Dia tertidur?" Ucap Evan hampir tak percaya, sedari tadi meng gonceng anak gadis orang dalam keadaan tidur, tentu sangat berbahaya.
Perlahan, kini Evan berhasil membawa Dryana dalam gendongannya, kakinya menahan pintu Apartemen saat terbuka, perlahan dan memastikan pergerakannya tak mengganggu sang wanita yang sedang tertidur pulas.
Meletakkan diatas ranjang, Evan lalu mengamati sesaat, ada senyuman disana, dan selanjutnya Evan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Saat keluar, sudah didapati Dry yang terpaku menatapnya.
"Kedip kan matamu Nona, atau kau akan berakhir mende-sah di atas ranjangku!" Sapa Evan dan tentu membuat Dryana seketika tersadar.
"Dasar tidak tau malu!" Sahut Dry yang langsung berbalik dan membersihkan matanya dengan pemandangan yang lebih sopan.
Evan terkekeh, lalu kemudian menyambar baju yang akan di pakainya, dan dengan santai memakainya di samping Dryana.
"Sudah belum?" Tanya Dryana yang sudah bosan memandang ke sembarang arah.
"Aman!"
Satu jawaban yang langsung membuat Dryana seketika menoleh ke arahnya.
"Evan!" Teriak Dryana saat terkejut dan terpaksa mengotori matanya kembali dengan melihat dada bidang Evan yang masih belum berbalut apapun.
"Latihan Sweety, agar nanti kamu tidak terkejut lagi saat memakan ku"
"Cih, aku bukan kani-bal!"
"Kau lebih dari itu, aku yakin"
"Jangan mengarang Ev, justru kau yang suka memangsa"
"Naluri laki-laki Dry" sahut Evan dengan mengerlingkan satu matanya, membuat Dryana tiba-tiba merinding dan bergidik ngeri.
Evan kini sudah rapi, bau harum tubuhnya sudah membuat Dryana suka untuk menghirup nya berulang kali, segar!
"Kamu tidak mandi Dry?"
"NO, aku akan membersihkan diri di Mansion ku nanti"
"Okey, kita pergi sekarang ke sana?" Tanya Evan setelah lengkap memakai bajunya dan terlihat begitu segar.
"Kita?" Tanya Dryana terkejut.
"Hem, malam ini aku akan ikut ke tempat mu, dan meminta ijin Grandpa mu, aku penasaran dan ingin bertemu, sebenarnya lebih pada menge cek keterangan mu, benarkah Grandpa sudah setuju akan pernikahan kita nantinya"
"Kau tidak percaya padaku?!" Tentu saja Dryana protes akan hal itu.
"Percaya Sweety, dan jangan marah-marah lagi, ayo kita berangkat, aku kira perutku juga ingin segera di isi, aku akan numpang makan di tempatmu juga, lumayan menghemat pengeluaran ku"
Oh my God, hanya sesederhana itukah alasan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya?, dasar!
Kini keduanya membelah jalanan kembali, malam yang dingin membuat Evan dengan sengaja menarik kedua tangan Dry yang ada di pinggang nya, al hasil tubuh Dryana kini menempel ke punggung Evan sepenuhnya.
Tiba di pelataran Mansion yang megah, baru pertama kali Evan menginjakkan kakinya disana.
"Inilah Mansion ku, tempat aku dibesarkan dari kecil" ucap Dryana lirih, suara yang penuh dengan penekanan, terlihat jelas ada emosi yang campur aduk dari raut wajahnya.
"Hem, kita masuk sekarang?" Tanya Evan setelah selesai melangkah.
"Aku dan Grandpa lebih mirip musuh bagi mereka, jadi jangan berharap kedatangan mu akan disambut dengan baik" ucap Dryana memperingatkan.
"Aku mengerti Dry, jangan khawatir"
Dryana merasa lega, ada senyuman disana saat tangan Evan menggenggam erat dan memintanya melangkah bersama.
Ada yang dirasakan lain saat tanpa sengaja Evan melihat sebuah mobil yang familiar baginya.
"Sepertinya ada tamu lain selain aku saat ini" ucapnya.
"Sandiago Gurven" balas Dryana dengan tangan yang berubah erat memegang, Evan tau akan kekhawatiran yang seketika dirasakan oleh Dryana
"Tenanglah, mereka tidak akan bisa menyakitimu, ada aku sekarang" Evan mengatakan sambil terus berjalan.
Dryana tersenyum, lalu mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Tepat seperti yang diperkirakan, kini kedatangan Dryana disambut dingin oleh orang-orang yang sudah berkumpul di ruang tamu yang sangat luas.
"Kenapa kau membawa orang tak di kenal ke Mansion ini?" Teriak Carla Miguel dengan tatapan tak suka.
"Tapi aku mengenalnya Bibi, jadi jangan terlalu ikut campur" balas Dryana tak terima.
Evan menarik tangan Dry pelan, lalu kemudian maju satu langkah menatap wanita itu dengan tenang.
"Sebagai tamu di Mansion ini, perkenalkan saya Evan, Calon suami Dryana" ucapnya dengan nada yakin dan senyuman tipisnya.
Tidak ada jawaban setelahnya, hanya ada suara tawa dari empat orang yang meremehkan perkataan Evan.
"Percaya diri sekali kau ha!, apa kau tidak tau dia sudah bertunangan dengan ku cukup lama!" Kini Sandiago Gurven berbicara.
"Oh hanya sekedar tunangan?, itu bukan sebuah hubungan yang istimewa, jika kenyataannya Dryana memilihku menjadi pendamping hidup pada akhirnya"
"Diam!" Kini suara yang lebih keras dan tegas membuat suasana semakin memanas.
Namun Evan tak gentar sama sekali, tetap berdiri tenang dengan tangan yang kembali menggenggam erat Dryana.
Update lagi jam 14.00, Hayuk Komen yang banyak dong, jangan lupa LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
segera halalkan Dryana lepaskan dia dari keluarga parasitnya