Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASA LALU DATANG LAGI
Kami masih menikmati waktu bersama di taman belakang rumah. Cakrawala dan Luna memutuskan untuk beranjak ke dalam rumah.
"Ayo kita tinggalkan mereka sayang, kita harus membahas proyek Cakrawala junior segera..!" kata Cakrawala yang membuat Luna malu hingga wajahnya merah.
"Apa-apaan kamu ini sayang, ini masih siang, apa kamu tidak lelah..?" jawab Luna yang justru membuat aku dan Sandy jadi salah tingkah.
"Sudahlah jangan banyak omong kalian, kalau mau memberiku keponakan, maka lakukanlah segera!" omel Sandy, sepertinya dia paham jika mereka sedang menguji emosi Sandy. Aku hanya tersenyum melihat tingkah pasutri muda ini.
"Lihat dan nantikan saja keponakanmu akan segera hadir, ayo sayang!" jawab Kakaknya sambil mengajak istrinya meninggalkan taman.
"Jangan hubungi aku dulu ya Sandy...hehehehehe!" ujar Luna sembari mengerlingkan mata.
"Kalian berdua menyebalkan!!!!" umpat Sandy, bibirnya yang meruncing makin maju ke depan.
"Aku suka dengan mereka, Ya Tuhan, bagaimana ini?" celetukku, perkataanku barusan membuat bibirnya tak lagi manyun.
"Mereka memang selalu mengujiku, dipikir aku tidak bisa memberi mereka keponakan?" gumamnya pelan, namun aku bisa mendengarnya dengan jelas. Justru sekarang aku yang dibuat malu oleh kata-katanya.
"Aku dengar tahu, apa maksudnya dengan *memberikan keponakan* ha?" tanyaku penuh selidik, mendadak wajahnya pun terlihat panik.
"Aahh..selama ini aku pakai pengaman kan?" tanyanya balik kepadaku.
"Apa? Pengaman? Ya Tuhan..aku malu!" jawabku sambil menelungkupkan wajahku di dadanya yang bidang.Dia pun mengusap kepalaku lembut.
"Aku selalu berhati-hati kok sayang, jangan takut, namun jika takdir berkata lain, dan tiba-tiba Sandy junior itu hadir, aku akan bertanggung jawab kepadamu sepenuhnya..!" ujarnya menenangkanku, aku senang mendengar kata-katanya.
"Makasih sayang, aku bahagia mendengar ucapanmu barusan!" kataku, hatiku lega, rupanya Sandy juga memikirkan hubungan kami di masa depan.
"Pasti dia akan cantik jika dia perempuan, dan tampan jika dia laki-laki.." ucap Sandy pelan, dia membelai kepalaku dengan penuh cinta. Dan momen kebersamaan kami terhenti oleh suara panggilan telepon dari ponsel Sandy.
Terlihat nomer tidak dikena tertera di layar ponsel, Sandy tipikal orang yang malas untuk merespon hal seperti ini. Menurutnya jika memang penting, maka pemilik nomer tersebut pasti akan mengiriminya pesan. Dan sekian detik panggilan tersebut diabaikan, sebuah notifikasi pesan masukpun terdengar.
"Coba cek dulu, barangkali penting..!" kataku kepadanya. Dia pun mengambil ponselnya dan mengecek si pengirim pesan.
Raut wajah Sandy mendadak berubah, sedikit terkejut begitu tahu siapa yang mengiriminya pesan barusan.
"Siapa? Kenapa ekspresimu berubah?" tanyaku khawatir.
"Bayu Permana, temanku yang pernah aku ceritakan dulu! Sudah beberapa bulan dia hilang kabar, bahkan nomer HP dan akun media sosialnya lenyap tak berbekas, tapi dia mengirimiku pesan di FB.." jawabnya sedikit ragu, wajahnya nampak serius, terlihat khawatir.
"Bagaimana kalau kamu coba telpon nomer yang tadi menghubungimu?" saranku, dia pun segera menelpon kembali nomer tersebut.
"Terhubung?" tanyaku memastikan, Sandy mengangguk, dan beberapa detik kemudian, panggilannya tersambung dengan orang tersebut.
KLIK
"Halo, Sandykala Gunawan?" sapa orang tersebut di sebrang, suaranya memang terasa familiar di telinga Sandy, namun dia masih enggan untuk menjawab sapaan orang tersebut, Sandy masih diam.
"Sandy, ini aku Bayu, Bayu Permana!" ucapnya sekali lagi untuk meyakinkannya. Sandy pun akhirnya membuka mulutnya.
"Kemana saja bajingan? Kenapa hilang seperti ditelan bumi?" tanya Sandy dengan suara bergetar. Seperti pernah terjadi sesuatu diantara mereka.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menghilang tanpa kabar. Bagaimana kabarmu?" tanyanya kepada Sandy. Sandy sepertinya masih tidak percaya dengan orang yang sedang diajaknya berbicara.
"Aku baik-baik saja saat ini, di mana kamu sekarang? Bagaimana kabarmu sendiri?" begitu rentetan pertanyaan yang dilontarkan oleh Sandy.
"Aku sekarang sudah lebih baik...."
"Apa maksudmu sudah lebih baik? Ada apa sebenarnya denganmu?" tanya Sandy makin khawatir.
"*Keluargaku mengalami musibah, Ayahku ditipu rekan bisnisnya, Ibuku jatuh sakit dan Aku sendiri mengalami kecelakaan saat mengan**tarkan Ibuku ke rumah sakit saat itu*.." cerita Bayu terhenti, aku sayup-sayup mendengar isak tangis pria di telepon tersebut. Wajah Sandy mendadak nampak sedih, air mata menggenang di sudut matanya.
"Lalu, bagaimana kondisi keluarga kamu sekarang?" Sandy masih saja menanyakan kondisi keluarga temannya tersebut.
"Tabunganku sudah habis semua San, Ibuku meninggal dunia 3 bulan yang lalu, Ayahku mengalami stroke, dan tidak bisa beraktifitas lagi. Aku bingung harus menghubungi siapa, keluargaku enggan bertemu denganku setelah tahu kami bangkrut..!" kata Bayu melanjutkan ceritanya. Sandy benar-benar seperti mendapatkan berita buruk begitu mendengar cerita dari temannya tersebut. Awal perjumpaan kami dulu, Sandy sempat menyebut bahwa Bayu adalah teman dekatnya kala itu.
"Kirimkan alamat tempat tinggalmu sekarang, aku akan segera ke sana, oke?" kata Sandy kemudian, tak lama setelah itu Sandy menutup panggilan teleponnya.
Dia terduduk dalam diam,merenungkan sesuatu yang membuatnya khawatir. Wajahnya menyiratkan kesedihan, aku makin sedih menyaksikan dirinya yang seperti ini. Ini pertama kali aku melihatnya sesedih ini.
"Sandy, ada yang bisa aku bantu? Aku khawatir karena baru pertama kali ini melihatmu seperti ini..!" kataku, aku memegang tangannya, tangannya dingin. Dia lalu memelukku, dan terisak pelan di bahuku.
"Bayu sahabatku, sudah hampir 1 tahun aku tidak tahu kabarnya, ternyata dia mendapat musibah, sebagai sahabatnya aku merasa tidak berguna, karena aku selama ini kurang gigih mencari keberadaannya.." tangisnya penuh sesal. Badannya terguncang, tangisnya membuatku ikut meneteskan air mata.
"Kita temui dia ya, ayo, aku temani!" kataku menguatkannya,aku akan menemaninya, untuk bertemu dengan sahabatnya itu.
"Aku akan menyampaikan kepada Kakak, kakak pasti mau membantu Bayu..!" jawabnya. Kami pun segera ke dalam, dan memberitahu keadaan bayu dan keluarga kepada Cakrawala.
...*****...
Nampak Cakrawala dan Luna sedang menikmati makan buah di depan TV. Ruangan keluarga ini memang berukuran besar, lengkap dengan perangkat elektronik seperti home teather ukuran jumbo.
"Kak, bisa ganggu waktunya sebentar?" tanya Sandy begitu sampai di ruangan tersebut. Merasa ada sesuatu yang tak beres dengan nada suara adiknya, Cakrawala langsung mematikan TV dan meminta Sandy duduk.
"Sayang, bisa geser sebentar. Aku rasa ada yang tidak beres dengan anak ini!" ucap Cakrawala, Luna yang paham pun segera berpindah posisi, dan memintaku untuk duduk di sebelahnya.
"Katakan, ada apa?" tanya Cakrawala lagi.
"Kak, Bayu baru saja menghubungiku.." jawab Sandy, dia menceritakan apa yang terjadi tentang Bayu dan keluarganya kepada Cakrawala. Dan Kakaknya menyimak setiap cerita Sandykala dengan seksama.
"Keluarganya saat ini butuh bantuan Kak..!" imbuh Sandy, Cakrawala memasang wajah serius begitu selesai mencerna cerita Sandy. Ada sedikit rasa gusar yang tersirat.
"Bahkan jejaknya selama satu tahun terakhir tidak bisa terlacak, dan sekarang dia muncul. Selama aku mengenalnya sebagai temanmu, dia memang tidak banyak tingkah.." kata Cakrawala memulai pembicaraan. Dia masih memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk membantu Bayu.
"Di mana dia tinggal sekarang Sandy?" tanya Luna memecah keheningan. Sepertinya dia juga ikut berpikir.
"Di rumah kontrakan pinggir kota Kak, sewaktu dia menelpon, aku mendengar suara berisik seperti di pemukiman padat penduduk.." jawab Sandy. Rupanya Bayu yang selama ini selalu membantu Sandy saat dia terpuruk karena masalah dengan mantan pacarnya dulu. Bayu lah yang sering menemaninya saat pergi dan pulang sekolah, bahkan les tambahan pun Bayu ikut. Sampai-sampai dia rela bertukar baju dengan Sandy, agar Tiara salah sasaran dan Sandy bisa aman sampai rumah. Waktu itu jangankan untuk sekedar main, ke luar rumah saja Sandy takut. Berkat Bayu, Sandy leluasa ke luar rumah, karena Bayu dan teman-temannya yang lain tidak pernah meninggalkannya.
"Dia tidak satu sekolah dengan kamu?" tanyaku, karena aku hanya tahu bahwa sahabat Sandy di SMA adalah Kevin, Steve, Rendy dan Viola. Rupanya Bayu punya ikatan khusus dengan Sandy.Aku sampai tidak habis pikir, apa yang dilakukan Tiara, wanita itu, sampai-sampai meninggalkan trauma berat bagi Sandy.
"Tidak, aku pernah menawarinya untuk satu sekolah denganku waktu SMA, tapi dia menolaknya.." jawab Sandy.
"Baiklah, jika datangi dia terlebih dahulu, untuk memastikan keadaannya. Setelah itu baru kita pikirkan apa yang selanjutnya kita lakukan..!" kata Cakrawala, dia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya, dan keluar lagi sembari membawa amplop coklat berisi uang.
"Aku ikut ya sayang, Ibu sedang istirahat juga. Biar Aruni ada temannya..!" ujar Luna. Diapun melangkah ke kamar dan keluar kembali dengan kostum lebih casual.
Sandy dan aku mengikuti mereka ke dalam mobil, dan kami mulai perjalanan menuju ke alamat Bayu tinggal saat ini.
...*****...
Cukup lama kami mencari lokasi kontrakan rumah Bayu, kami bahkan sampai bertanya kesana kemari karena Bayu bukanlah warga lokal, melainkan warga baru yang belum lama tinggal di sana. Dua jam kami berjalan menyusuri perkampungan padat penduduk, kami dikira selebriti yang sedang syuting, hingga diikuti beberapa warga yang meminta foto bersama.
Sampai akhirnya ada titik terang, saat kami sedang beristirahat di sebuah warung kecil, pinggir kali.
"Apa nomernya tidak bisa dihubungi?" tanya Cakrawala. Peluh menetes di keningnya. Begitu juga Luna, wajah cantiknya penuh keringat. Namun dia dan Cakrawala tetap semangat untuk mencari keberadaan Bayu.
"Tidak bisa Kak. Sepertinya tadi dia berada di tempat yang ada sinyal wifinya.." jawab Sandy. Aku pun menyodorkan botol air mineral dingin kepada mereka, cuacanya sangat panas.
"Terima kasih sayang..!" kata Sandy saat menerima botol minuman yang aku berikan. Cakrawala dan Luna pun mengucapkan terima kasih.
Saat sedang istirahat, sosok Bayu yang kami cari muncul dengan pakaian yang terlihat lusuh, meski wajah tampannya tetap bisa dikenali. Dia sedang membeli mie instan. Sandy pun langsung mengenalinya, dia pun menghampiri Bayu, dan menepuk pundak pria muda tersebut.Sosok yang kami cari justru datang dengan sendirinya.
"Bayuuu..!" sapa Sandy perlahan. Mendengar suara yang tidak asing, Bayu pun menoleh ke arah Sandy.
Mereka berdua terkejut, dan saling terpaku satu sama lain. Kami yang melihatnya segera menghampiri Sandy dan Bayu.
"San..Sandykala!" ucapnya terbata, Sandy langsung memeluk sahabatnya tersebut. Sandy melihat penampilan sahabatnya dari atas sampai bawah, tak berkedip, wajahnya terlihat terpukul menyaksikan teman yang dulu menemaninya kala terpuruk, berubah sedrastis ini.