Setelah bangun dari koma karena percobaan bunuh diri, aku terkejut karena statusku menjadi menikah. Ternyata sebuah rahasia yang disembunyikan suamiku bahwa dia seorang profesional pembunuh bayaran.
Aku tak menyangka lelaki yang ku ketahui sebagai Vice President adalah anggota elite organisasi hitam yang menjadi buronan negara.
Teror demi teror datang. Beberapa pihak punya rencana jahat untuk menyingkirkan ku demi harta dan cinta, termasuk ibu tiri dan adikku.
Aku bersedia menukar tubuhku pada lelaki yang menjadi suami kontrak itu untuk sebuah komitmen balas dendam kematian sang ibu.
Akankah kebenaran tentang masa lalu menghancurkan rumah tangga kami? Penuh ketegangan berbalut kisah romansa yang sensual, ikuti cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iris Prabowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Rahasia
KIN BANGSAT!!
He sure does know how to intimidate others. Dia menyuruhku langsung membuat laporan meeting tidak memberiku jeda untuk istirahat.
"Besok pagi laporan harus sudah ada di meja saya!"
Bahkan aku tidak diizinkan mengerjakan di rumah tetapi harus menemaninya lembur di kantor. Aku terbiasa dengan jam kerja normal, eight to five. Sangat menghindari lembur karena bisa merusak work life balance yang sudah sangat teratur. Ini jam sembilan, seharusnya sekarang aku sudah siap tidur dengan sleeping mask di wajah.
Jam sepuluh malam. Baiklah, kerjaanku sudah selesai jadi sudah bisa pulang. Aku mengintip sedikit ruangan Vice President, lelaki itu menunduk di mejanya. Tidur?
Oh nice, i'm busy working and he just sleeping peacefully? Emosiku naik, selagi kantor sepi sekarang aku benar akan melabraknya.
BRAKK!!
Satu kali menggebrak meja, tidak ada respon. Dua kali, tiga kali, dia tetap tidak bangun. Tidurnya terlalu pulas. Refleks aku memegang dahinya lalu merasakan suhu yang lebih tinggi. Aku mengecek ke leher lalu memegang tangannya, panas juga. Sepertinya dia demam tinggi. Suhu badan tinggi seperti ini bisa berkisar empat puluh derajat celsius.
Aku meminta tolong security dan beberapa staff untuk membawa Kin ke mobil. Lebih baik membawanya langsung ke rumah sakit. Sesampai di IGD dia mulai bergerak tapi masih meracau setengah sadar.
Pemeriksaan dua jam berlangsung, dokter mengatakan kalau hasil evaluasi sampel dan radiologi penyakit pasien adalah pneumonia. Karena kondisinya masih lemah diputuskanlah pasien untuk rawat inap.
Aku mengirim pesan pada papa tentang keadaan Kin, dia menyuruhku untuk menemani. Ini benar-benar pendampingnya hanya aku? Apa tidak ada family lain? Kalau nanti mau buang air kecil atau ganti baju harus aku yang bantu? Disini ada perawat laki kan?
Arghhhh... lelahku sudah dalam puncaknya. Jarum jam menunjukkan pukul satu malam. Mata ini sudah berat, tak sanggup lagi kutahan kantuk ini. Merasakan ada pijatan lembut berulang di kepala akupun terlelap.
Kin membelai kepala perempuan di sampingnya. Ia tersenyum.
"Selamat pagi, saya dokter Sofia bertugas pagi ini untuk visit pasien... "
Ucapan perempuan yang baru masuk ke ruangan tiba-tiba terhenti.
"Moss?"
"Hai" sahut Kin ringan sambil memakan bubur yang sedang kusuapkan.
Moss? Moss siapa?
"Are you feeling any better? How's your breathing?"
"Good"
"Kita cek suhu dulu ya"
Keduanya terlihat akrab bahkan Kin mengacuhkan aku. Aku bingung mengapa dia memanggilnya Moss? Apa itu sebuah nickname?
"Demamnya sudah membaik ya, suhu sudah stabil. Kamu kan ada pneumonia, you still smoking right? Bisa nggak di kurangi kalau perlu berhenti?"
Lelaki itu berdehem, aku menelan ludah. Sepertinya mereka berdua memang ada hubungan akrab. Baru kali ini aku melihat Kin begitu ramah, beberapa kali tersenyum lebar menanggapi perkataan dokter yang agak cerewet. Thats 'aku-kamu' sounds weird membuatku kurang suka. Kuputuskan untuk keluar ruangan pamit pulang karena asisten papa akan datang.
***
Sofia ya, dokter Sofia. Walau tubuh sudah berbaring di kasur kamar tapi ada urusan pikiran yang belum selesai. Siapa dia? Sedekat apa mereka? Kenapa dia memanggil Kin dengan Moss? Kenapa? KENAPAA!!
Ah sepertinya sebentar lagi aku yang sakit karena kepala sudah mulai pusing. Beberapa hari tidur tidak bisa nyaman ditambah mengurusi dia sampai pagi. Memejamkan mata tidak bisa tidur, melek pun bingung mau apa. Hari ini izin tidak masuk kerja untuk fokus istirahat tetapi sore harus kembali ke rumah sakit mengurusi bayi besar.
Sepertinya aku nonton series saja. Ternyata tren kawin kontrak masih hits ya di kisah tv series, novel, dan mahwa. Kawin kontrak dengan CEO. Cerita bertema seperti itu yang pertama kali kusuka versi Full House dan Business Proposal. Kupikir itu hanya fiksi tapi sekarang aku menjalani sendiri.
Tapi memang benar ada kontrak? Aku sama sekali tidak ingat pernah menandatangi perjanjian apapun dengannya. Papa pernah bilang aku melakukan pernikahan secara sadar. Begitukah? Apa maksudnya selama perawatan medis tubuhku sempat stabil sebentar lalu momen itu dimanfaatkan untuk menikah? Begitukah?
Kalau tidak pernah ada kontrak berarti aku istri sungguhan dong? Tapi setahun ini hubungan kami di rumah hanya seperti roommate. Dia pun tidak pernah menuntut hak kewajiban istrinya.
Sepertinya aku harus mulai bergerak untuk cari tahu lebih banyak informasi tentang siapa Kin sebenarnya. Tapi darimana mulainya?
Pikirku tertuju pada kamarnya. Selagi dia masih di rumah sakit mungkin aku bisa menemukan sesuatu di kamar. Aku punya salinan kunci kamar itu, kalau tidak diganti seharusnya bisa masuk.
Nice, ternyata bisa masuk. Harum khas seperti yang menempel pada tubuhnya semerbak menyebar di ruangan. Semua barang tertata sangat rapi. Aku harus hati-hati tidak membuat kesalahan agar Kin tidak menyadari ada yang masuk ruangan.
Apa yang mau aku cari? Seketika blank. Mataku tertuju pada koleksi action figure berbagai anime. Death Note, Naruto, One Piece, Hunter X Hunter dan lainnya. He blows a lot of cash on this stuff. Ada sebuah card yang terselip di bawah action figure Yorichi salah satu tokoh Kimetsu No Yaiba.
Kartu apa ini? Seperti kartu identitas biasa bertuliskan Specter Identity Card.
Name : Red Hand
ID : TYX-9643
Rank : Assasin
Ada photo and signature. Fokusku teralih pada sosok di foto, sekilas seperti Kin tapi rambutnya lebih panjang, medium mullet style. Aku mengambil handphone lalu membuka kamera, siapa tahu id card ini nanti berguna.
Aku menelusuri sudut lain membuka satu per satu laci tempatnya menyimpan dokumen, mungkin bisa menemukan sebuah surat perjanjian. Tidak ada. Lelaki itu tidak mungkin menyimpan sesuatu yang penting tanpa pengamanan sama sekali. Ini hanya dokumen dan buku-buku biasa.
Lemari pakaian. Apa yang harus kucari disitu? Kemeja dan atasan yang terlipat rapi sesuai warna, celana, kotak celana dalam, dan sisanya pakaian yang digantung.
Tapi aku menemukan sesuatu terselip di salah satu saku leather jacket, sesuatu yang membuat tanganku gemetar. Pistol berjenis Glock 26.
***