[HOT!]
Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Mabuk
Lily berjalan keluar dari ruangan kolam renang, namun baru saja ia hendak membuka pintu, matanya langsung berhadapan dengan Bastian yang entah bagaimana tiba-tiba berdiri di hadapannya itu.
“Bas…Bastian…” ujar Lily dengan sedikit terbata-bata, seketika panik melanda dirinya.
“Ada apa kesini?” tanya Lily berusaha tenang agar Bastian tidak curiga.
Bastian hanya menatap dingin ke arah Lily sebelum akhirnya ia maju selangkah mendekati wanita itu. Tangannya terangkat kemudian dengan cekatan meraih leher Lily dan mencengkramnya dengan kuat.
“Akh! Bas…kau mencekikku…aku tidak bisa berna…pass,” ujar Lily dengan susah payah sebab tenggorokannya itu terasa terjepit dengan kuat. Susah baginya untuk mengambil tarikan napas.
Lily dapat melihat sorot mata Bastian yang berubah tajam dan penuh penekanann, membuatnya menarik kesimpulan saat itu juga bahwa Bastian sudah tahu mengenai perbuatannya kepada Catherine.
“Dengan kau yang menganggunya terus-terusan, ini membuatku semakin ingin melindunginya,” ujar Bastian serius.
Kedua tangan Lily kompak mengenggam pergelangan tangan Bastian kuat, berharap pria itu akan melepaskan cekikannya pada lehernya. Namun tampaknya Bastian tidak memiliki niat untuk melepaskannya, bahkan malah mengeratkannya membuat Lily semakin tersiksa dalam sisa-sisa tarikan napasnya itu.
“Kena…pah kau…ingin melin…dunginya?” tanya Lily, masih berusaha mengeluarkan kalimatnya dengan susah payah.
“Karena dia berada di posisi berbahaya ini karenaku, jadi aku harus bertanggung jawab. Bukankah begitu Lily?” tanya Bastian kembali kemudian dengan sekali gerakan, ia menghempas tangannya ke bawah, berikut dengan Lily yang langsung mengambil pasokan udara sebanyak mungkin.
Area lehernya derdenyut panas sebelum akhirnya Lily segera berlari kabur dari sana.
Awalnya Catherine memang hanya berakting mabuk agar bisa mengelabui Lily dan wanita itu percaya kemudian pergi dari sana dengan meninggalkan Catherine. Sekarang yang tersisa adalah dua pria yang harus Catherine cari cara lagi agar bisa kabur dari mereka.
Tetapi berbeda dengan rencana awalnya yang berjalan cukup lancar, tampaknya alkohol memanglah tidak cocok untuk dirinya sebab Catherine mulai merasa pusing sekarang.
Tadi dia akting pusing, sekarang Catherine benaran pusing.
Kedua pria tadi kemudian mendekati Catherine yang terduduk di atas lantai itu.
Walaupun Catherine dilanda pusing, samar-samar sisa kesadarannya masih bisa ia kumpulkan secara paksa saat salah satu dari pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Catherine seakan hendak menciuminya.
Catherine langsung dengan sekuat tenaga mengepalkan tangannya dan melayangkan tinjunya tepat ke arah wajah pria itu. Pria itu jatuh tersungkur ke lantai diikuti temannya yang shock.
“Sial, tenagamu seperti banteng,” umpat si pria.
Pria yang satu lagi akhirnya kembali mencoba, kali ini dengan mengunci pergerakan tangan Catherine sebelum hendak mendekatkan wajahnya namun tubuh Catherine lebih dulu tumbang dengan Catherine yang mengistirahatkan kepalanya pada leher pria itu.
Saat Bastian berjalan masuk, dia melihat Catherine sudah terduduk di area pinggiran kolam sembari mengistirahatkan kepalanya itu di salah satu bahu pria asing yang berada di dekatnya.
“Oi!” panggil Bastian cukup keras dengan nada tengilnya itu yang berhasil menarik perhatian kedua pria tersebut untuk secara kompak menoleh ke arah Bastian.
“Lepaskan dia,” ujar Bastian lagi dengan penuh peringatan.
Ajaibnya, raut kedua pria tadi berubah pucat bercampur takut ketika mendapati kehadiran Bastian disana. Mereka berdua saling melempar pandang sebelum akhirnya bangkit berdiri. Bahkan tanpa sadar, salah satu dari mereka sudah lebih dulu kabur dari area kolam renang itu meninggalkan temannya yang satu lagi lebih lambat dalam aksi kaburnya itu.
Bastian berjalan cepat kemudian ketika berhadapan dengannya, ia langsung meraih kerah baju pria itu. Mencengkramnya kuat sembari menatap lekat ke arah wajah pria itu.
“Apa yang kau lakukan kepadanya?” tanya Bastian dengan nada seriusnya.
Pria tersebut menatap takut-takut ke arah Bastian, bahkan tak berani membalas tatapannya.
“Di…dia tercebur ke kolam,” ujar pria tersebut dengan terbata-bata.
“Lalu?”
“A…aku tidak melukainya,” ujar pria itu lagi seolah hendak membela dirinya sendiri.
“Lalu?”
“Dia mabuk, al..alkohol! Dia meminum alkohol,” ujar pria itu lagi sembari menunjuk ke arah kaleng bir yang tergeletak di atas lantai itu.
Bastian sudah mengeraskan tinjunya, hendak memukul wajah pria itu namun ia mengurungkan niatnya sebab Bastian lebih khawatir dengan keadaan Catherine sekarang.
“Urusan kita belum selesai,” ujar Bastian smebari menatap tajam ke arah pria itu sebelum akhirnya dia melepaskan cengkramannya pada kerah baju pria itu disusul aksi larinya yang kabur dari hadapa Bastian detik itu juga.
Bastian kemudian berjongkok untuk menghampiri Catherine sebelum menuntun tubuh wanita itu untuk bersandar padanya.
“Catherine, kau tidak apa-apa?” tanya Bastian lembut, suaranya terdengar jauh berbeda dengan tadi.
“Aku pusing karena alkohol sialan itu,” ujar Catherine mengadu sembari terus menjambak rambutnya sendiri, berusaha menghilangkan rasa pusing yang melanda kuat dirinya itu.
“Lily yang memaksamu untuk minum? Atau dua pria bodoh tadi?” tanya Bastian beruntun.
“Aku sendiri yang meminumnya,” ujar Catherine jujur, karena memang itu yang ia lakukan. Karena merasa dirinya bisa tahan dengan kadar alkhol di minuman itu dan untuk mengelabuhi Lily, Catherine menawarkan diri untuk meminum minuman itu sampai habis.
“Siapa yang menyuruhmu meminumnya?” kesal Bastian.
“Kenapa kau yang marah, terserah aku mau emncobanya atau tidak,” balas Catherine ikut kesal juga.
Catherine kemudian menjauhkan diri dari tubuh Bastian dan hendak berdiri sebelum keseimbangan tubuhnya mendadak roboh lagi. Catherine sudah dipastikan jatuh kalau Bastian tidak dengan sigap meraih pinggannnya untuk menahannya.
“Jangan sentuh aku,” sewot Catherine kepada Bastian.
“Kau hampir jatuh bodoh,” ujar Bastian yang sudah mulai kesal dengan sikap keras kepala Catherine.
“Kau menyebutku bodoh?” Catherine berkacak pinggang,s eolah tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Sepertinya efek alkohol membuatnya semakin naik tensi.
“Iya dan jika kau ingin memukulku karena sudah menghinamu, lakukan besok saja sebab sekarang kita perlu keluar dari sini,” ujar Bastian serius, ia kembali emndekati Catherine namun wantia itu malah mengambil langkah mundur.
“Aku bsia sendiri,” tolak Catherine.
Bastian akhirnya membiarkan Catherine berjalan sendiri keluar dari area kolam, dengan jalannya yang sempoyongan, bahkan tetes-tetes air tercetak jelas di lantai yang ia lewati. Saat rasa pusing menyergap kepalanya dengan kuat, entah sudah yang keberapa kalinya, lagi-lagi Catherine hampir jatuh.
Bastian mendengus sekali, “Dasar keras kepala.”
Bastian segera berjalan cepat dan dalam waktu singkat ia sudah menyamakan langkahnya dengan Ctaherine. Bastian kemudian menyelipkan tangannya pada lutut wanit aitu dan belakang lehernya untuk menggendongnya.
Secara refleks Catherine langsung mengalungkan tangannya pada leher Bastian.
“Kau benar-benar selalu berhasil untuk menguji kesabaranku Catherine,” ujar Bastian saat dirasa beberapa detik kemudian, Catherine sudah terlihat tidak menolak bantuannya itu.
Malahans ekarang wanita itu mengistirahatkan kepaanya pada dada bidang Bastian sembari bibirnya bergumam tidak jelas. Lebih tepatnya menyanyikan lagu anak-anak yang bahkan Bastian tidak tahu bahwa lagu seperti itu pernah diciptakan sebelumnya.
Catherine hanya asal menciptakan nada dan liriknya sendiri.
Catherine benar-benar mabuk.