My Lucky Boy
Langkah kaki terdengar jelas dalam telinga, begitu juga dengan sorot mata yang tajam seolah ingin menerkam mangsa yang ada di depannya.
Bug!
Satu pukulan di berikan cukup keras.
"Ampun!" Teriakan kesakitan nyaring terdengar.
Namun tidak berhenti begitu saja, satu tangan diinjak hingga jeritan didengar kembali.
"Cukup, Aku mohon, hentikan!"
Sudut bibir tertarik seketika, senyuman sinis tercipta di dalam wajah tegas, tampan nan rupawan, namun ke macoannya terlihat nyata, tentu semua wanita begitu memuja dan menggilai nya.
"Kau mengambil yang bukan hak mu dengan paksa"
Laki-laki yang di lepaskan itu beringsut mundur mencari jarak aman, lalu memegangi tangannya yang terasa sangat sakit, begitu juga dengan wajahnya yang nyeri karena pukulan berkali-kali.
"Aku terpaksa mengambil uangnya" ucapnya membela diri.
"Kau benar-benar brengsek, dia saudaramu, tega kau melakukan itu!"
"Come on Ev, aku benar-benar terpaksa"
"Karena hobimu berjudi dan main perempuan?, dasar kamu baji-ngan Glen!"
Bug!
Kali ini, tendangan kaki di berikan, cukup keras, hingga membuat satu teriakan terdengar kembali.
Lalu Evan mengambil sebuah berkas di laci meja kerja Glen yang tak jauh dari tempatnya, sebuah surat kepemilikan Apartemen di dapatkan dan senyuman segera mengembang.
"Apa yang kau lakukan, jangan Ev, itu satu-satunya hartaku yang tersisa!" Glen memohon dengan wajah melasnya.
"Dan uang yang kau ambil dari saudaramu itu juga harta paling berharga yang dia punya" jawaban yang membuat Glen akhirnya pasrah dan terdiam di tempatnya.
Evan keluar begitu saja, bahkan menutup pintu dengan hentakan kakinya hingga menimbulkan suara yang menggema, beberapa orang yang ada disana sampai terkejut dan tak berani berkata apapun.
Keluar dari gedung perusahaan yang tak begitu besar, Evan menghampiri sosok laki-laki yang sedari tadi menunggu di dekat Motor Sport mewahnya.
"Ini, jual dan pakai uangnya" ucap Evan.
"Apa?, ini Surat Apartemen Ev"
"Aku juga tau hal itu"
"Tapi uang yang diambil sepupuku tidak sebanyak nilai Apartemen ini"
"CK, jangan dibikin pusing, anggap sisanya bonus untukmu karena bertahun-tahun mengalah pada baji-ngan itu Dix"
"Baiklah, Terimakasih Ev" Dixon menatap lelah pada surat kepemilikan yang berada di genggamannya.
"Ada apa lagi?" Tanya Evan melihat gelagat aneh pada orang yang sudah dianggap sahabatnya saat ini.
"Aku bingung, harus menjualnya pada siapa, aku hanya butuh uang saat ini untuk pengobatan ibuku Ev"
"Oh my _"
Sret
Evan langsung menyambar surat itu dan memasukkan ke dalam tasnya, tentu membuat Dixon terkejut.
"Apa yang kau lakukan?" Dixon masih belum mengerti.
"Kirin nomer rekening mu, dan aku akan mentransfer nya"
"What?!" Kau yang akan membelinya?" Tentu Dixon sangat senang.
"Bukan, aku akan menjualnya ke seseorang, dan uangnya akan aku berikan padamu" ucap Evan, membuat Dixon menganggukkan kepala tanda mengerti.
Lalu terdengar suara Motor Sport sudah melesat memasuki jalanan yang ramai, tentu aksi Evan membuat mata para wanita yang ada disana terpesona, dan membayangkan jika akan memeluk Evan diatas motor mewahnya.
Menuju ke sebuah perumahan mewah yang ada di kota Jepang, Evan yang sudah hampir satu tahun berada disana kini berjalan santai memasuki pintu yang sudah terbuka untuk menyambutnya.
"Hai Uncle" ucapnya menyapa.
"Kau ini, mengejutkan ku saja, tumben kesini pagi-pagi, ada apa?" Tanya seorang laki-laki yang dipanggil Evan dan terlihat sibuk dengan beberapa kertas diatas meja.
"Tukar ini dengan uang, bagaimana Uncle Daniel?"
Daniel hanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan kelakuan anak dari sahabat sekaligus mantan atasannya dulu, sungguh beda perangainya dengan saudara-saudara nya yang lain.
"Apa lagi ini, kamu beralih profesi jadi perampas hak milik?" Ucap Daniel sambil membuka dan mempelajari surat kepemilikan Apartemen dikawasan kota.
Terdengar suara tawa, Evan lalu duduk dan memainkan benda yang ada ditangannya, pisau kecil dalam lipatan tangan yang di belitkan di jari-jari tentu membuat pemandangan ngeri.
"Hentikan itu Ev, membuat ku tak bisa konsentrasi" Daniel memperingati.
Evan menurut, lalu bergeser di sebelah jendela besar dengan pemandangan kota yang sangat indah di pandang mata.
"Amazing, pantas Uncle betah disini"
Ucapkan yang tak di gubris Daniel sama sekali, sosok orang yang sudah berusia tak muda lagi itu masih mengamati dan sesekali meraih ponsel mengetikkan sesuatu.
"300 juta, itu harga yang paling bagus, bagaimana?"
"Okey, aku setuju, Uncle tidak lupa nomer rekeningku kan?"
Daniel hanya menggelengkan kepala, lalu melakukan transaksi dalam ponsel, sementara Evan sudah berlalu begitu saja dengan mengucap salam sebelum keluar ruangan pamannya.
Motor kembali melaju, menyambut senja yang telah datang, dan di sebuah Cafe yang masih ramai, Evan akhirnya berhenti disana, memesan minuman segar untuk membasahi kerongkongannya.
"Ev, ini pesanan mu"
"Thanks Dix, apa jam kerjamu masih lama?"
"Tidak Ev, satu jam lagi aku selesai"
"Hem, aku tunggu"
"Okey" Dixon segera pergi untuk melanjutkan pekerjaan, rupanya Cafe tempatnya bekerja memang tak pernah sepi.
Tak berselang lama, suara alarm dalam ponsel berbunyi, setelah membuat para wanita yang ada disekitarnya tersenyum malu-malu saat mendapat tatapan nakalnya, Evan pergi ke arah samping cafe dan menemukan tempat yang membuatnya suka.
"Akhirnya" gumamnya lirih dalam senyuman, lalu mengambil tempat membasuh muka dan melakukan bersuci untuk melakukan ibadah wajibnya.
Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit, semua sudah dilakukan dengan khusuk, lalu Evan kembali ke tempat semula dengan sisa minuman yang seketika di habiskan.
"Bagaimana Ev?"
"Kamu sudah selesai Dix?"
"Hem, kita disini atau_"
"Disini saja, aku sudah mengirim uangnya ke nomer rekeningku, periksalah"
"Apa?, secepat ini?" Dixon sangat terkejut dan segera meraih ponselnya.
"Bukannya kamu perlu uang itu secepatnya"
"Iya,tapi_, what!!" Terdengar Dixon memekik, sontak membuat keberadaannya dengan Evan semakin menjadi pusat perhatian.
"Ev, ini terlalu banyak" ucap Dixon masih tak percaya dan meng cek beberapa kali.
"Ibu mu butuh operasi secepatnya, biaya rumah sakit juga tidak sedikit untuk perawatan lanjutan, gunakan semua uang itu dengan baik, tabung sisanya"
"Ev, sungguh, dengan apa aku membalasnya?" Dixon menunduk, menyembunyikan rasa haru yang akan membuat bulir air mata mengalir.
"Jangan senang dulu, sisanya aku anggap hutang, dan kembalikan jika kamu sudah sukses nantinya"
"What!"
Evan langsung tertawa, sungguh pesonanya semakin terlihat nyata, dan Dixon langsung membungkam mulut sahabatnya.
"Diam, kita pergi, wanita disini bisa gila melihatmu terus-terusan"
"Ish!" Evan langsung membuang tangan Dixon untuk menyingkir.
Berganti dengan Dixon yang tertawa akan kelakuan Evan, tak lama, keduanya segera berpisah setelah keluar bersama dari Cafe.
Sementara Dixon ke Rumah Sakit untuk menemui ibunya, Evan pergi ke sebuah Taman yang tak jauh dari pusat kota dengan pemandangan lengkap sebuah danau indah berada di sekitarnya.
"Hampir satu Tahun" gumamnya lirih.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ayu Septiani
aku disini kak Sinho.... semangat update ya
2025-01-31
2
Isabela Devi
karya barumu muncul lagi thor, seneng bgt
2025-01-31
0
Sugiharti Rusli
ini Evan yang kembar 3 kan yah,,,
2025-01-31
0