Dea sudah menjadi sekretaris dan simpanan Arden Harwell selama 2 tahun. Disaat Arden akan menikah dengan wanita pilihan keluarga nya Dea memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Membuatnya dan Arden menjadi mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 - Menciptakan Kenangan Seindah Mungkin
Cukup lama Dea bertahan di cafe itu, hanya duduk dan menangis. Coba menenangkan dirinya sendiri, coba berpikir dalam keadaan yang lebih tenang.
Tentang cintanya pada Arden memang tidak main-main. Dia sangat mencintai Arden, pria yang selama 2 tahun ini selalu menghabiskan waktu denganya.
Tapi mengingat pertemuannya dengan Silvana tadi, dia tahu itu adalah sebuah penolakan. Namun dibalut dengan bahasa restu.
Memaksakan kehendak pun akan semakin membuatnya menderita.
Lagi-lagi air mata Dea jatuh, namun kini dia dengan segera menghapusnya. Menarik dan membuang nafasnya agar tenang.
Sebuah keputusan akhirnya Dea ambil, dia akan mengakhiri hubungannya dengan Arden. Kali ini Dea tidak lagi bisa menggadaikan keluarganya.
Cukup dia yang terhina, tapi jangan ayah dan ibunya, jangan semua keluarganya.
Dea menyentuh dadanya yang terasa begitu sesak.
"Aku tidak menyangka jika rasanya akan sesakit ini," gumam Dea.
Setelah dari cafe itu Dea benar-benar pergi ke pusat perbelanjaan dan membeli beberapa kebutuhan dapur. Malam ini dia akan masak spesial, memasak semua makanan kesukaan Arden. Ini adalah kesempatan terakhirnya menghabiskan waktu bersama dengan Arden, karena itulah Dea akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Menciptakan kenangan seindah mungkin.
Hampir jam 12 siang Dea sampai di apartemen, dia menyibukkan diri agar melupakan pertemuannya dengan Silvana tadi. Bahkan Dea juga membereskan apartemen sendiri, tidak menggunakan jasa kebersihan dari apartemen.
Seharian terus berkutat namun tetap saja tidak bisa menghapus kesedihannya. Hingga saat sore tiba dan Arden pulang, senyuman Dea tetap saja terlihat aneh dimata Arden.
"Apa ada sesuatu yang tejadi? sepertinya ada yang mengangguk pikiran wanita ku," ucap Arden, dia memeluk tubuh Dea. Mereka berdua kini berada di ruang tengah.
"Kamu mengganti pengharum ruangannya? ini lebih segar," ucap Arden lagi, dia menghirup udara disini dan membuatnya merasa tenang. Keadaan yang nyaman bersama dengan orang dicintai, sempurna sekali.
Dea mengangguk kecil, menatap lekat wajah Arden. Menindak tidak pagatan yang terlihat tanpa cacat, Arden adalah pria yang sangat tampan. Pria paling sempurna yang pernah dia tahu.
Dia dan Arden memang jauh berbeda, Arden memang terlalu sempurna untuk dia miliki.
"Kenapa menatap ku seperti itu? baru sadar kalau aku tampan?"
Dea mendengus, dia memukul pelan dada Arden.
"Cepat mandi sana, kamu bau keringat." Dea mencium ketiak Arden, aroma yang membuatnya tidak terganggu, malah merasa suka. Aneh memang.
"Aku tadi mendatangi para lansia yang menjadi nasabah kita, jadi bau keringat ya?"
"Iya, bau asem."
"Tapi suka kan?"
"Isshh!" Dea memukul dada Arden, sementara Arden semakin memeluk erat pinggang wanitanya. Arden juga mencium bibir Dea lembut.
"Mandi kan aku sore ini," pinta Arden dengan manja dan Dea langsung menganggukkan kepala. Di dalam kamar mandi itu mereka benar-benar hanya mandi, saling membersihkan tubuh satu sama lain. Dea tidak lagi canggung saat Arden menyentuh dan membersihkan semua bagian tubuhnya.
Saat makan malam tiba, Dea meminta Arden untuk pergi lebih dulu ke meja makan, sementara dia akan menyusul. Dea mengatakan jika dia memiliki sebuah hadiah untuk Arden, karena itulah pria tampan ini menurut.
Arden duduk dan menunggu Dea datang, hingga 5 menit kemudian terdengar olehnya langkah kaki yang mendekat. Arden menoleh dan melihat Dea yang menghampiri.
Seketika Arden terpana, melihat Dea yang menggunakan lingeri berwarna merah maroon itu.