Entah sebuah kesialan atau keberuntungan karna Audrey mengandung anak dari seorang mafia besar dan pebisnis paling berpengaruh di Kanada. Sosok Lucas tidak tersentuh, bahkan tak seorangpun bisa mencampuri bisnis gelapnya. Dia pria yang memiliki wajah sempurna, namun tak sesempurna hatinya.
Kehidupan Audrey mungkin tak akan baik-baik saja jika berkaitan dengan Lucas. Lalu bagaimana Audrey akan menyembunyikan keturunan Lucas? Agar hidupnya tak bersinggungan dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Jawab Luke!! Apa itu anakmu?!" Nada bicara Russel meninggi. Untuk kedua kalinya dia bertanya pada Lucas soal anak yang sedang dikandung Audrey. Russel terkejut ketika Dokter mengatakan jika Audrey mengalami pendarahan dan menyatakan kandungannya lemah. Beruntung bayi dalam kandungan Audrey masih bisa diselamatkan karna dibawa ke rumah sakit tepat waktu dan mendapat perawatan terbaik dari rumah sakit ini. Jika tidak, mungkin Audrey akan kehilangan bayinya.
Lucas yang masih terpukul hanya bisa mengangguk lemah. Berkali-kali dia mengusap kasar wajahnya. Dia hampir kehilangan anaknya. Lucas tidak bisa membayangkan sehancur apa perasaannya jika dia telat membawa Audrey ke rumah sakit.
"Dasar bodoh!! Sudah tau dia hamil, kamu malah bersikap kasar dan menidurinya! Otakmu dimana Luke?!" Russel melayangkan pukulan berkali-kali dan mencaci makinya. Dia merasa putranya pantas mendapatkan semua itu karna hampir membuat nyawa seseorang melayang.
Russel hampir tidak bisa berkata-kata lagi saat Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan Audrey. Dokter itu mendapati cairan sperm* di va gina Audrey. Yang artinya belum lama ini Audrey baru saja melakukan hubungan. Meski sudah keluar bercampur darah, tapi tidak sulit bagi Dokter untuk membedakannya.
Lucas menghela nafas kasar dan bersandar pada dinding. Matanya tidak lepas dari ranjang rumah sakit, dimana Audrey sedang terbaring lemah dan belum sadarkan diri.
"Jika tidak menginginkan anak itu, tidak perlu mencoba menghilangkan nyawanya! Mommy yang akan membantu Audrey merawat anak itu tanpa kamu!" Geram Russel tak habis pikir.
"Mom, jangan mencampuri urusanku. Aku bukan anak kecil lagi!" Tatapan Lucas menjadi tajam. Ada kemarahan karna Russel berniat memisahkan dia dari anaknya.
"Yakin bukan anak kecil lagi?! Tapi perbuatan mu melebihi kebodohan anak kecil Luke! Apakah Mommy dan Daddy pernah mengajarimu berbuat kasar pada wanita?!" Russel menahan diri untuk tidak membabi buta pada Lucas di ruang rawat inap Audrey. Dia bahkan berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu kencang.
Lucas memilih tidak menanggapi. Sebab apapun yang dia katakan pasti selalu salah di mata Russel karna sedang terbawa emosi.
Russel menghela nafas. Saat ini marah pun hanya sia-sia. Belum lagi sifat putranya uang keras kepala dan tidak mau disalahkan.
"Mommy akan memanggilkan Dokter untuk mengobati lenganmu." Ujar Russel kemudian keluar dari ruangan.
Lucas memang bersalah dan cukup membuat Russel kecewa. Tapi sebagai seorang Ibu, tetap saja Russel tidak tega ketika melihat putranya terluka.
Luka di lengan Lucas semakin parah, darahnya lun semakin banyak. Seharusnya Lucas tidak melakukan aktivitas berat pada agar tidak memperburuk kondisinya. Namun Lucas baru saja menggendong Audrey dari lantai 3 ke garasi rumahnya. Dia juga memangku Audrey selama didalam mobil hingga sampai di rumah sakit. Jahitan yang belum mengering itu hampir seluruhnya terbuka lagi. Russel sampai dibuat ngilu saat melihatnya, walaupun Lucas tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan.
...******...
1 jam berlalu, Audrey mulai sadarkan diri dengan pandangan yang masih berkabut. Samar-samar dia melihat wajah Russel dan Lucas didepannya. Senyum bahagia Russel merekah, hal itu membuat perasaan Audrey menghangat di tengah-tengah kondisinya yang rapuh.
"Audrey,, kamu bisa melihat Bibi kan?" Tanya Russel tanpa melepaskan genggamannya di tangan Audrey.
Audrey mengangguk lemah, dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka lantaran terasa berat.
"Katakan apa ada yang tidak nyaman atau sakit? Bibi akan memanggilkan Dokter agar memeriksa mu."
Audrey menggeleng dengan mata terpejam. Sepertinya dia hanya butuh lebih banyak waktu istirahat. Kepalanya sedikit pusing dan tubuhnya terasa lemas.
Sedetik kemudian, Audrey terperanjat dengan kedua mata terbuka sempurna. Dia baru ingat apa yang menyebabkan dia tidak sadarkan diri.
"Anakku?" Lirihnya sembari menyentuh perut.
"Dia baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir." Jawab Russel sembari mengusap pucuk kepala Audrey.
Senyum bahagia terbit di wajah Audrey meski sangat tipis. Dia bersyukur kandungannya baik-baik saja. Melihat banyak darah yang keluar saat itu, Audrey sempat berfikir dia akan kehilangan anaknya. Audrey syok dan mengakibatkan dia tidak sadarkan diri.
"Mom, pulanglah. Daddy bisa curiga jika Mommy terlalu lama di luar." Lucas mengusir Russel secara halus. Keberadaan Russel akan membuat Lucas tidak leluasa bicara dengan Audrey.
Russel melirik kesal putranya. "Jelas-jelas Mommy sudah tau semuanya, kamu berharap Daddy mu tidak tau apa-apa soal ini? Jangan harap Luke. Ini menyangkut keturunan Thomson, Daddy mu berhak tau."
Lucas mengusap kasar wajahnya. Semua yang terjadi tidak sesuai dengan rencananya. Lucas sudah mengatur semuanya, dia akan mengenalkan putranya pada keluarganya tanpa menyebutkan siapa Ibu dari anaknya. Tapi keberadaan Audrey terpaksa harus diketahui Russel. Lucas tidak punya pilihan lain agar Audrey tidak nekat mengakhiri hidup.
"Sudah ku bilang Mommy tidak perlu ikut campur. Nanti jika anak ku sudah lahir, aku sendiri yang akan memberi tau Daddy dan yang lain."
Russel mengerutkan keningnya. Apa maksud Lucas bicara seperti itu? Lucas akan mengenalkan anaknya pada keluarga besar setelah lahir? Kalimatnya seolah-olah Lucas ingin menyembunyikan identitas Audrey sebagai Ibu dari anak itu.
"Lalu Audrey? Kamu tidak berniat hanya mengambil anak kalian saja kan?! Jawab Luke?!"
"Seharusnya Mommy sudah tau jawabannya." Sahut Lucas tenang.
Russel menahan diri untuk tidak menampar Lucas di depan Audrey karna akan melukai harga diri putranya.
"Sadar Luke, tidak semua wanita sama seperti Ruby. Kamu tidak bisa memperlakukan Audrey seperti ini."
Lucas memiliki kenangan yang buruk soal pernikahan dan wanita. Dia selama ini selalu menolak jika kedua orang tuanya ingin mengenalkan Lucas pada anak teman mereka. Lucas semakin menutup diri dan dingin pada semua wanita.
"Mommy harus tau bagaimana dia bisa mengandung anakku." Ujar Lucas dingin. "Dia tidak jauh berbeda seperti pela cur murahan itu."
Audrey memejamkan mata dan memalingkan wajah. Dadanya terasa sakit mendengar Lucas menyamakannya dengan pela cur. Audrey mengaku salah karna berniat menjebak Lucas, tapi semua itu terjadi karna tekanan dari Teresa. Jika bukan karna Teresa, Audrey tidak akan pernah menghancurkan masa depannya sendiri.
"Dia harus menerima konsekuensinya karna sudah menjebak ku." Kata Lucas penuh penekanan.
Russel sedikit terkejut mendengarnya, tapi dia tidak sepenuhnya percaya jika Audrey berani menjebak Lucas. Meski hanya beberapa hari tinggal bersama Audrey, Russel sangat mengenal kepribadiannya. Audrey bukan wanita yang terlihat berambisi pada harta.
"Audrey,," Russel menyentuh lembut lengannya. Audrey menoleh dengan ekspresi pasrah. Dia tidak akan memberikan pembelaan karna kenyataannya memang seperti itu. Dia salah karna mendatangi Lucas ke kamarnya.
"Jangan pikirkan apapun, fokus saja pada kesehatan mu agar bayi dalam kandungan mu semakin kuat."
Audrey mengangguk patuh. "Terimakasih Bibi."
"Tidak, jangan Bibi lagi. Kamu sedang mengandung cucuku, mulai sekarang panggil Mommy." Russel mengusap lembut pipi Audrey dan itu membuat Audrey meneteskan air mata karna terharu.
"Mommy harus pulang dulu, masalah sepenting ini harus dibicarakan dengan keluarga." Ujarnya sembari melirik Lucas karna secara tidak langsung ingin menyindirnya. "Jika Lucas bersikap buruk lagi padamu, bicara saja pada Mommy."
Audrey hanya mengangguk, dia tidak tau harus bicara apa. Russel terlalu baik padanya.
"Ingat Luke, kamu akan berurusan dengan keluarga kita jika tetap merencanakan ide gila mu." Ancam Russel sebelum pergi dari sana.
"Apa kau senang melihat anakku hampir meninggal?" Tanya Audrey dengan suara bergetar.
Lucas menatap tajam. "Berhenti bicara omong kosong!"
Jika Lucas berharap seperti itu, mana mungkin dia sangat panik ketika melihat Audrey mengeluarkan darah, dan tanpa pikir panjang menggendong Audrey dengan berlari agar segera sampai di rumah sakit.
kamu luke klo dia tau kenyataan yg sebenarnya dia dipisahkam dgn paksa dr ibu kandungnya bahkan ibu kandungnya ngak dianggap keterlaluan kamu luke setidaknya klo
kamu ngak mau nikahi audrey dgn alasan ngak cinta jng pisahkan bahkan hapus jejak siapa ibu kandungny dong pecundang kmu luke