Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Dia Kembali
Zi,kali ini di bawa ke ruangan utama Algeria. Tidak jauh berbeda dengan ruangan kediaman Graysen dan yang mulia Raja, hanya saja di kediaman Algeria lebih identik dengan warna hitam. Dan pajangan pun banyak yang berbentuk binatang bertanduk dan matanya merah menyala seperti yang dimiliki oleh,Algeria.
"Ibunda, aku haus." Zi, memegang lehernya yang terasa berdenyut sakit seperti terbakar. "Tunggu sebentar!" Algeria, menuangkan air ke dalam gelas kaca yang ukurannya tiga ruas jari. Memberikannya kepada Ziqiesa yang kini tengah menahan perih di kerongkongannya.
Zi, meminum air itu kemudian meneguknya hingga habis. Itu adalah air murni yang bisa menghilangkan rasa panas dalam tubuhnya karena efek sinar panas dari tubuh Algeria. Zi, menemukan beberapa informasi penting dari buku yang di bacanya saat berada di pustaka milik Muchen.
"Apa Kamu masih haus?" Algeria hanya memastikan saja, bahwa Zi tidak haus lagi. "Tidak Ibunda, ini sudah cukup." Jawab Zi sambil mengangguk dalam.
Zi, tidak mempunyai banyak waktu untuk melayani pembicaraan Algeria, jadi ia tidak mau banyak berbasa-basi lagi,dan langsung mengutarakan maksud dan tujuannya.
"Jadi begini Ibunda. Aku punya sedikit informasi penting mengenai anak itu untukmu. sekarang dia terluka parah,entah apa penyebabnya tapi wajahnya tampak luka-luka." Ucap Zi dengan serius. Membuat Algeria mendengus dingin sambil menarik napas panjang.
"Hanya itu saja informasi yang kamu dapatkan?" Algeria berucap sedikit meninggi. Dasar manusia tidak berguna! Itulah pikir Algeria tertawa miris di dalam hati. "Ya,itu aku sudah tau,apa tidak ada yang lain lagi?" Algeria menatap Zi dengan malas padahal dia berharap Zi mendapatkan informasi yang lebih penting dari pada itu.
"Hanya itu saja, Ibunda. Bukankah itu sebuah informasi juga? Aku hanya ingin menyampaikan apa yang aku dapatkan,lagi pula itu adalah informasi yang menarik,bukan?" Zi, merengut kesal, Algeria membentaknya ,membuat Zi kesal setengah mati. Tapi dalam hatinya berseru riang.
"Dasar bodoh! Apa kamu tidak bisa bekerja dengan lebih baik? Dasarnya manusia memang bodoh! Sekarang rasakan hukuman karena kau sudah membuang waktuku dengan sia-sia!" Algeria mengeluarkan sulur tanaman rambatnya yang penuh duri panjang nan runcing. Zi, menelan ludah dengan wajah memucat.
"Itu sangat menyakitkan pasti! Aku harus bagaimana sekarang? Oh Tuhan! Ternyata nenek sihir ini menyeramkan." Zi,membatin sambil menatap sulur-sulur yang kian memanjang dengan penuh duri yang menakutkan.
"Hahaha..rasakan akibatnya karena kau sudah gagal menjalankan perintahku,anak manis!"
Sulur itu mengejar Zi, menjalar,melata,seperti ular,dan mengejar kemanapun kaki Zi menghindar. Algeria, hanya bisa tertawa melihat Zi yang berlarian di ruangannya,tubuh Algeria terasa tergelitik melihat betapa lucunya Zi yang bertubuh kecil itu berlarian ke sana kemari untuk menghindar,dari serangan kekuatan Algeria yang tidak seberapa besar di keluarkannya.
"Ibunda? Tolong hentikan, sulur-sulur jelek itu bisa menyakiti tubuhku!" Pekik Zi sambil terus menghindar,ke kanan ke kiri dan akhirnya kakinya terjatuh karena tersandung oleh gaunnya sendiri. "Ck. Lagi-lagi gaun sialan ini membuatku terjatuh!" Umpat Zi mencoba untuk berguling demi menghindari sulur itu. Tapi karena rasanya tidak akan bisa menghindar Zi putuskan untuk diam saja.
Sulur itu membelit tubuh Zi hingga suara retakan terdengar begitu jelas di telinganya. Zi, memejamkan matanya tidak kuat menahan rasa sakit yang teramat sangat perih, duri-duri sulur rambat itu begitu tajam.
Algeria, tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan mengerikan itu. Rasanya sekarang dia butuh hiburan setelah mendapatkan kekalahan dari Graysen kemarin itu.
"I-Ibunda, tolong lepaskan aku?" Zi merintih kesakitan,dengan peluh dan darah segar yang mengalir dari tubuhnya.
"Hoho.. baiklah. Sekarang kau akan aku beri ampunan. Tapi,kalau besok kau gagal lagi mendapatkan informasi yang penting,aku akan mencabik-cabik tubuhmu hingga tidak tersisa!" Ancam Algeria melepaskan sulurnya dari tubuh Zi yang penuh luka.
Zi, terjatuh di lantai rumah kaca,dengan tubuh yang masih terasa sakit. Namun, luka-luka yang di dapatnya sudah menghilang dan tidak ada lagi bekas apapun di tubuhnya. Zi menghirup oksigen sebanyak mungkin, rasanya tubuh Zi benar-benar tidak bisa di gerakkan.
"Nenek sihir sialan! Tidak punya hati sama sekali." Zi, tidak bosan mengumpati wanita itu. Hingga sebuah tangan membantunya untuk berdiri(mengangkatnya),dan meletakkan di tempat tidurnya yang empuk.
"Apa yang kamu lakukan di lantai dingin itu? Kenapa wajahmu pucat? Apa kamu sakit, Zi?" Graysen, memeriksa kondisi tubuh Zi, menempelkan jari telunjuknya di kening Zi dan merasakan sensasi hangat yang berlebihan di sana.
"Ya, ampun. Kamu benar-benar sakit." Graysen, mendorong tubuh Zi dengan pelan agar gadis itu berbaring. "Jusy? Ambilkan obat untuk anak kecil ini!" Cetus Graysen menatap Jusy yang baru saja sampai di ruangan tersebut.
"Baik. Yang mulia pangeran." Jusy bergegas menuju tempat penyimpanan kotak P3K. Setelah mengambilnya ia berjalan mendekati ranjang Zi, memberikan kotak P3K itu kepada Graysen. "Silahkan, yang mulia pangeran." Ulas Jusy meletakkan kotak itu di atas meja dekat ranjang tidur.
Zi, tidak berkomentar apa-apa. Tubuhnya yang terasa sangat berat kini perlahan menghilang saat Graysen mengusap-usap lembut kelopak matanya. "Tidurlah, Zi! Obat ini akan bekerja saat tubuhmu dalam keadaan diam dan tenang." Ucap Graysen dengan nada rendah. Suara ber-bas, tegas, dan datar pemuda balok kering itu jangan di lupakan. Meskipun intonasinya terdengar rendah,tapi tetap saja Dia berbicara dengan datar.
"Baik, Graysen. Terima kasih." Sahut Zi yang kini sudah berada di ujung kesadarannya. Detik berikutnya terdengar suara dengkuran halus yang keluar dari mulutnya dengan teratur.
"Sama-sama." Sahut graysen dengan lirih, suaranya bahkan tidak mampu di dengar oleh Jusy yang sudah berdiam diri di pojokan.
"Jusy? Jaga dia dengan baik! Aku harus kembali ke ruanganku sekarang." Graysen menghilang bagaikan angin,"wus.." suaranya terdengar begitu.
"Baik. Yang mulia pangeran, Saya akan menjaga yang mulia Putri,dengan baik." Jawab Jusy dengan cepat.
Perempuan kaku itu baru berani untuk melihat ke arah Zi yang kini tertidur pulas dalam kedamaian. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis saat teringat ucapan Judy bahwa Zi terlihat begitu khawatir melihat kondisi Jusy saat koma,dan terbaring kaku di atas ranjang tidurnya.
"Terima kasih. Yang mulia Putri, telah mengkhawatirkan,Saya. Sekarang Saya kembali menemukan seorang teman, meskipun tubuh Anda kecil,tapi jiwa Anda begitu besar, sehingga saya tertarik untuk terus menjadi penjaga terbaik untuk Anda,yang mulia Putri." Gumam Jusy yang masih pandangi Zi dengan lekat.
•••
Malam sudah surut. Cahaya matahari terbit yang lembut menyinari rumah kaca. Sinarnya membias ke ranjang tidur Zi, mengantarkan kehangatan,dan Kilauan yang mengusik tidurnya. Zi, membuka kelopak matanya secara perlahan, dan mengalihkan pandangannya pada perempuan kaku yang berdiam diri di pojokan. Seketika sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. "Dia,sudah kembali." Batin,Zi.
Zi, merentangkan kedua tangannya. Menggeliat, untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku sehabis bangun tidur. Sebagai manusia Zi otomatis merasakan adanya desakan dari dalam perutnya yang harus di keluarkan setiap kali ia bangun tidur.
Merapikan rambut yang berantakan,agar tidak menghalangi pandangan,Zi,mengangkat gaunnya yang ternyata sudah berganti dengan sebuah gaun tidur yang cukup tipis,dan ringan saat di bawa melangkah.
"Jusy? Kamu mengganti pakaianku semalam?" Tanya Zi dengan suara serak khas bangun tidur. "Ya. Yang mulia Putri." Jusy berseru dengan kepala menunduk hormat.
"Hem. Terima kasih." Angguk Zi merasa bersyukur. "Sama-sama,yang mulia Putri." Jawab Jusy dengan datar dan tenang. Tanpa kata lagi Zi segera berjalan lewati Jusy yang tetap pada posisinya,dan masuk ke dalam kamar mandi.