Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18-Kesepakatan yang ditolak
"Ya Baiklah" mereka pun menikmati hidangan tersebut dengan hikmat. Setelah selesai mereka berkumpul untuk membicarakan hal penting menyangkut Aksel dan Vivian.
"Baiklah kita langsung saja, Saya tahu kamu sedang hamil dan itu darah daging dari Maximus"ucap Alexander dingin menunjukkan kuasanya.
Christian, Mariana, Vivian pun terkejut mendengar tersebut pernyataan "Bagaimana Anda mengetahui hal ini?"ucap Christian menatap tajam kearah Alexander.
Alexander pun terkekeh dan menunjukkan senyum miring "Seorang Maximus tidak ada yang tidak ia ketahui, jika itu menyangkut harga dirinya."Alexander menatap tajam kearah mereka.
(Benar juga, keluarga Maximus menunjukkan kuasanya jika itu menyangkut harga diri.) gumam Vivian dalam hati.
"Jadi apa sebaiknya kamu dan aksel menikah saja?"Alexander menunjukkan berkas yang berisi kesepakatan pra nikah.
...PERJANJIAN PRA NIKAH...
Pihak Pertama: Aksel Maximus, selanjutnya disebut sebagai Suami.
Pihak Kedua: Vivian Diana Zara, selanjutnya disebut sebagai Istri.
Kedua belah pihak dengan ini menyatakan telah sepakat untuk mengikatkan diri dalam pernikahan dengan syarat dan ketentuan berikut:
...Pasal 1 – Masa Berlaku Pernikahan...
Pernikahan ini dilakukan selama masa kehamilan Pihak Kedua.
Setelah Pihak Kedua melahirkan, maka Pihak Kedua memiliki hak penuh untuk mengajukan gugatan cerai tanpa adanya halangan dari Pihak Pertama.
...Pasal 2 – Kewajiban Pihak Pertama...
Selama masa kehamilan, Pihak Pertama berkewajiban menanggung seluruh biaya yang berkaitan dengan kebutuhan Pihak Kedua, termasuk namun tidak terbatas pada:
- Biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan,
- Biaya kebutuhan sehari-hari,
- Tempat tinggal yang layak bagi Pihak Kedua.
Pihak Pertama wajib memberikan perlindungan dan dukungan moral kepada Pihak Kedua selama masa pernikahan.
...Pasal 3 – Hak Asuh Anak...
Setelah perceraian terjadi, hak asuh penuh atas anak yang dilahirkan berada di tangan Pihak Pertama.
Pihak Kedua tidak berhak membawa serta anak yang lahir dari pernikahan ini kecuali ada kesepakatan lain yang dibuat secara tertulis antara kedua belah pihak.
...Pasal 4 – Perubahan Perjanjian...
Perjanjian ini dapat diubah atau disesuaikan berdasarkan kesepakatan bersama antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua.
Perubahan perjanjian harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak sebagai bentuk persetujuan.
Perjanjian ini berlaku selama masa pernikahan, yang wajib dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Demikian perjanjian ini dibuat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan dari pihak mana pun, serta disepakati oleh kedua belah pihak untuk ditaati dan dijalankan sebagaimana mestinya.
...Pihak Pertama (Suami)...
...[Aksel Maximus & Tanda Tangan]...
...Pihak Kedua (Istri)...
...[Vivian Diana Zara& Tanda Tangan]...
...Saksi 1...
...[Alexander Maximus & Tanda Tangan]...
...Saksi 2...
...[Christian Jagger& Tanda Tangan]...
"Apa maksudnya ini?"ucap Christian dan Vivian tajam, kemudian membaca isi dari berkas tersebut. Mereka enggan menandatangani kesepakatan tersebut. Apalagi Vivian, ini terlalu mencoreng harga dirinya dan keluarganya.
"Ya seperti yang Anda lihat"jawab Alexander menaikkan bahunya acuh. Sebenarnya dirinya tidak ingin terlibat dengan permasalahan putranya, tapi jika dibiarkan Aksel semakin semena-mena tingkah lakunya.
"Apa ini maksudnya Pa!" teriak Aksel yang baru saja memasuki ruang tamu, berjalan dengan cepat untuk mengambil berkas yang ada ditangan Vivian. Sedari tadi Aksel memang tidak ada di kediamannya, dirinya baru saja sampai. Melihat ada kendaraan milik keluarga Vivian dibagasinya kemudian dengan tergesa-gesa kedalam berharap Vivian sudah mau menerima dirinya, namun... Kali ini dirinya teramat kecewa dengan tindakan Ayahnya.
"Apa-apaan ini Pa! Sudah Aku bilang, biarkan masalah ini Aku selesaikan sendiri! Tapi apa? Papa masih saja ikut campur dalam hidupku!"ucapnya dengan nada tinggi, disaksikan oleh semua orang yang ada disana.
"Apakah ini salah? Papa ingin mempermudah penyelesaian masalahmu. Kamu saja yang tidak becus menyelesaikannya sendiri. Bukankah bagus jika kalian menikah?"ucap Alexander datar.
"Ya, bukan begini caranya Pa! Aku mencintai Vivian, tapi tidak dipaksa begini untuk bisa terikat denganku. Sudah cukup Papa membuat Aku kehilangan Mama, jangan buat Aku kehilangan Vivian juga!" ucap Aksel dengan nada lebih keras lagi.
Mendengar hal itu, tentu saja itu memancing amarah Alexander. Bagaimanapun masalah keluarganya tidak perlu diungkit saat seperti ini.
"Jangan tinggikan nada bicaramu itu pada Saya!"Alexander menatap tajam kearah putranya itu, suasana semakin dingin. Olivia melihat keributan tersebut, sebelum hal yang lebih parah terjadi segera Ia melerai keduanya.
"Sudah Pa jangan diteruskan, mari kita dengarkan penjelasan dari keluarga Vivian Pa..."ucap Olivia mengucap punggung Alexander untuk menenangkan suaminya itu. "Dan kamu Aksel tidak pantas kamu bicara begitu pada Ayahmu, lebih baik kamu diam dan bersabar menunggu giliranmu untuk bicara..."ucap Olivia lagi pada Aksel yang sudah Ia anggap sebagai putra kandungnya.
"Anda tidak berhak mengatur Saya."Aksel menatap dingin pada Olivia, kebenciannya bertambah berkali-kali lipat jika wanita itu bicara 'begitu pikirnya'. Aksel mengambil posisi untuk duduk.
Akhirnya Vivian angkat bicara "Bukankah Anda terlalu semena-mena tuan kepada saya? Saya ingatkan pada Anda tuan muda Aksel yang terhormat, sampai kapanpun Saya tidak sudi menikah dengan Anda, walaupun Anda sendiri ayah biologis dari Anak Saya." Vivian menatap tajam pada Aksel, Ia sangat membenci Aksel sejak kejadian tersebut, hingga masalah menghampirinya bertubi-tubi.
Aksel yang ditatap begitu hanya menunduk dan merasa bersalah teramat dalam. Dirinya mengakui kesalahannya, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan kesepakatan dengan ayahnya sendiri belum terlaksana, kini Ayahnya sendirilah yang turun tangan. (Segitu bencinya dirimu padaku Vi?...)gumamnya dalam hatinya lirih
Semua ini tak luput dari pandangan Alexander kemudian Ia angkat bicara. "Apa yang membuatmu keberatan hidup bersama Aksel?"ucap Alexander yang menatap tajam kearah Vivian.
"Saya tidak ingin terjadi hal-hal yang sebelumnya terjadi. Saya tidak ingin hal itu terjadi lagi. Saya ingin hidup damai dan bebas!"ucap Vivian lantang.
"Memangnya apa yang membuat kamu menghindarinya? Bukankah perjanjian ini sangat menguntungkanmu?"ucap Alexander tanpa ekspresi.
"Tidak ada yang namanya perjanjian pranikah itu, yang menguntungkan Tuan Alexander. Jika begini caranya, maaf Saya tidak bisa menjadi bagian dari keluarga Anda."ucap Vivian tak kalah dingin.
Christian yang sedari tadi diam, membiarkan putrinya bicara mengeluarkan pemikirannya, akhirnya ikut bicara "Apakah Anda tidak bisa mendengarkan dengan jelas Tuan Alexander? Apa yang dikatakan Putri Saya benar, Saya sebagai seorang Ayah tidak ingin Putri Saya diperlakukan demikian. Jika Tuan Muda Aksel tidak bisa bertanggungjawab, maka jangan coba-coba untuk mengikat anak Saya. Saya masih sanggup membesarkan Anaknya." Darah Christian serasa mendidih Putrinya diperlakukan begitu. Mariana mencoba menenangkan Christian untuk tidak meledak, dan berakibat fatal pada kesehatannya.
"Kamu sudah mendengarkannya Aksel?" Alexander menatap putranya yang keras kepala itu dengan dingin.
"Baiklah jika begitu ucap kalian, kita lihat seberapa jauh kalian sanggup menanggung beban ini. Saya peringatkan, setelah ini pergi dan menjauhlah sejauh mungkin sehingga kami tidak dapat melihat kalian lagi. Jika tidak, lihatlah apa yang terjadi nanti."sambung Alexander kembali dengan ancamannya yang tidak main-main.
Hati Aksel serasa tercabik-cabik, Ia ingin memaksa Vivian namun Ia sadar itu tidak akan membuat Vivian luluh, dan malah semakin benci dirinya. Kali ini Ia hanya bisa diam, tidak bisa melakukan apa-apa.
"Baik, Anda tidak perlu merisaukan hal ini. Kami memang berencana menjauh sejauh yang kami bisa. Terimakasih atas jamuannya dan kemurahan hati Anda. Kami permisi dulu, dan selamat malam."Christian akhirnya mengakhiri, dan mengajak Vivian dan Mariana untuk pulang.
Setelah keluarga Jagger itu menghilang dari balik pintu utama mereka. Alexander angkat bicara lagi, saat Aksel yang hendak beranjak dari sana. "Kamu sudah melihat dan mendengarkannya bukan? Bahkan gadis itu lebih menghindari dirimu. Bukankah Kamu tahu apa yang harus dilakukan? Kamu tetap sekolah diluar Negeri, tanpa bantahan!"Alexander mengeluarkan ultimatum yang tidak bisa dibantah.
"Ckk... Persetan!"ucap Aksel dan menuju kamarnya, dan membanting pintu kamarnya tersebut.
"Pa... Mama khawatir apa yang terjadi kedepannya. Tampaknya Aksel semakin tertekan dan depresi akan hal ini...."ucap Olivia lembut, perdebatan antara ayah dan anak itu tidak pernah berakhir.
"Dia tidak akan gila! Sudahlah kamu biarkan saja... Sekarang temani aku menenangkan diri. Hmm..."ucap Alexander dengan nada bicaranya sudah memberat, kemudian menggendong Olivia ala bridal style menuju kamar mereka.
~Flashback Off~
...----------------...
Lanjut Bab berikutnya👉👉
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja