Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Resepsi pernikahan hari itu diadakan di hotel yang sama namun di ruangan yang berbeda. Karena tamu undangan yang hadir pun, akan lebih banyak.
Seluruh teman-teman Abi, kakak nya, dan juga Ibu mertua nya Hanin, semua datang ke sana. Mereka akhirnya bisa melihat Abi menikah dengan wanita yang benar.
Karena sejak dulu, memang mantan-mantan nya Abi itu tidak pernah sopan dalam berpakaian. Maka dari itu, Bu Ambar pun tidak ingin memiliki menantu seperti itu.
Grace dan mantan-mantan Abi ada di sana. Ia tidak menyangka, Abi benar-benar meninggalkan nya demi wanita desa yang tidak berpendidikan itu.
Pesta pernikahan itu sungguhlah megah. Lampu kelap kelip di pasang di setiap sudut. Bahkan lantai yang ada di sana, ada yang terbuat dari kaca dengan dekorasi yang sangat mengagumkan.
"Abi."Ucap Grace dengan berlinang air mata.
" Mau apa kau ke sini? Jangan buat rusuh di acara anakku!"
Bu Ambar yang juga ada di sana langsung saja menegur Grace. Beliau tidak ingin, Grace malah merusak segalanya.
" Bu, Abi yang mengundang Grace. Jadi, biarkan dia ada di sini untuk hari ini."
Saat mendengar perkataan Abi, Grace sangat senang. Ia pun mencoba untuk memeluk Abian seperti biasanya. Namun, entah bagaimana cerita nya, amplop yang ada di tangan Hanin jatuh, dan membuat ia menunduk.
Saat ia menunduk, tidak sengaja badannya menyenggol tubuh Grace dengan kuat. Grace yang sedang mencondongkan tubuh nya pada Abi, untuk di peluk, tidak menjaga keseimbangan nya. Karena ia mengira, ada Abi yang akan menangkap nya.
Namun..
Boom..
Grace terjatuh ke samping dan tidak sempat di pegang oleh Abi. Hanin yang masih memungut amplop itu, malah bingung.
Amplop-amplop di tangan nya merupakan amplop yang diberikan pada Hanin oleh ibu-ibu yang datang dari desa. Ia tidak ingin salah satu amplop itu hilang.
Maka dari itu, ia tergesa-gesa mengambil amplop yang jatuh tanpa memikirkan apa yang akan terjadi.
"Bang Abi, dia kenapa?" Tanya Hanin saat ia sudah membetulkan kembali jilbab nya yang miring.
Belum lagi Abi menjawab, tiba-tiba saja Grace langsung bangun sambil memegang pinggangnya yang sakit. Ia pun di tertawakan oleh orang-orang yang ada di sana.
"Kamu berani sekali mempermalukan aku. Awas kamu ya." Ucap Grace berapi-api.
"Maksudnya gimana? Hanin nggak ngapa-ngapain dari tadi."
"Jangan bohong kamu. Kamu pasti sengaja kan dorong aku?"
"Loh, kapan Hanin dorong kakak nya. Hanin aja cuma di sini sejak tadi."
"Nggak mungkin. Abi, aku lihat sendiri tadi dia nunduk."
"Ya. Hanin memang nunduk. Ada barang Hanin yang terjatuh. Terus masalah nya dimana?"
"Berarti kamu ngaku udah dorong aku?"
"Enggak. Hanin nggak dorong. Kakak ini gimana sih. Gimana Hanin mau dorong kalau Hanin lagi nyari barang Hanin yang jatuh."
"Sudah. Sudah. Grace, silahkan pulang. Bukan kah kau sudah bertemu dengan Abi?" Ucap Ibu nya Abi yang tidak ingin Grace merusak semua nya.
"Abi, apa kamu mau aku pergi?"
Grace pun masih juga berakting di atas sana. Abi melihat ke arah Hanin. Tapi Hanin bahkan tidak peduli dengan drama itu. Saat ini pakaian yang ia pakai sudah membuat ia tidak nyaman.
"Pulang lah Grace. Kita sudah bertemu."
"Abi,, apa aku masih bisa bertemu dengan mu?"
"Kita lihat nanti, Grace."
"Tenang saja, kita hanya akan berteman setelah ini."
Abi tidak menjawab. Grace akhirnya pergi setelah mata Bu Ambar terus memindai nya. Dan kini, malah giliran mantan-mantan nya Abi yang naik.
Mereka hanya bicara seadanya. Tidak seperti Grace yang terlalu berlebihan. Saat datang ke sana pun, mereka tetap saja tidak berpakaian kekurangan bahan.
"Selamat ya, Abi."
Para mantan hanya bersalaman dengan Abi. Mereka bahkan melupakan Hanin yang ada di sana. Dan Hanin pun, menatap mereka dengan penuh keheranan.
"Ada apa lihat kami seperti itu? Kau cemburu?" Tanya salah satu mantan nya Abi.
"Apa kalian tidak kedinginan, memakai pakaian seperti itu? Ini baju model apa nampak ketek nya begini?"
Bu Ambar yang mendengar apa yang dikatakan oleh Hanin, sontak tertawa. Untung saat itu para tamu masih makan dan belum ada yang naik ke atas pelaminan untuk bersalaman dengan pengantin.
Sedangkan keluarga Hanin sampai sekarang belum tiba di sana. Entah ada di mana mereka. Bu Ambar tidak mengizinkan mereka di jemput.
Hanin menurut karena Bu Ambar adalah ibu mertua nya. Dan Hanin, tidak ingin membantah orang tua itu.
"Dasar orang kampung miskin. Apa kamu tidak tahu berapa harga baju ini?"
"Enggak. Karena Hanin baru kali ini melihat orang ke pesta pakai baju sobek di ketek. Apa nggak malu kak? Atau kakak nggak punya baju lain. Mau Hanin berikan baju Hanin yang tidak sobek?"
"Diam kamu!"
"Iya. Hanin diam."
Hanin pun menutup mulut nya dan benar-benar diam. Ia tidak mengatakan apapun lagi saat itu.
Wajah nya tetap tersenyum di atas pelaminan. Karena Bu Ambar memang menyuruh nya seperti itu. Dan Hanin pun menurut.
"Abi, aku nggak nyangka kamu bisa menikah dengan wanita seperti ini. Aku kira, Grace yang jadi pemenangnya." Ucap salah satu mantan Abi yang bertengkar dengan Hanin tadi.
"Semua sudah berlalu. Terima kasih sudah datang."
"Akan ku pantau terus wanita kampungan ini. Awas saja jika ia membuat masalah."
Akhir nya mereka semua pun turun. Hanin sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh wanita.
"Bang Abi dulu nya sekolah di sekolah perempuan ya?"
"Hah? Apa maksud kamu bicara begitu."
"Ya dari tadi, tidak ada teman laki-laki yang bersalaman dengan kita. Hanya perempuan-perempuan yang pakaian nya sobek."
"Trus, kamu mau nya teman-teman ku itu laki-laki? Supaya bisa kamu ajak kenalan?"
"Iya. Supaya Hanin juga banyak teman nya."
Abi melongo. Ia mengira Hanin akan menjawab tidak. Tapi ternyata, jawaban Hanin selalu di luar batas.
"Eheem,,, ternyata kamu lebih suka berteman dengan laki-laki, ya." Ucap Abi lagi.
"Jelas dong. Laki-laki nggak ribet kayak perempuan. Karin capek berteman dengan perempuan yang sedikit-sedikit ngambek, cuma karena nggak di sapa sekali.
Maka nya Hanin heran. Kenapa Bang Abi bisa betah punya kawan perempuan kayak mereka. Pasti, Bang Abi lebih hebat dan kuat ketimbang Hanin."
" Hah! Kuat apa nya? "
" Kuat main nya lah. Main sama semua perempuan-perempuan tadi."
Uhuuuuuuuk....