Dewasa🌶🌶🌶
"Apa? Pacaran sama Om? Nggak mau, ah! Aku sukanya sama anak Om, bukan bapaknya!"
—Violet Diyanara Shantika—
"Kalau kamu pacaran sama saya, kamu bakalan bisa dapetin anak saya juga, plus semua harta yang saya miliki,"
—William Alexander Grayson—
*
*
Niat hati kasih air jampi-jampi biar anaknya kepelet, eh malah bapaknya yang mepet!
Begitulah nasib Violet, mahasiswi yang jatuh cinta diam-diam pada Evander William Grayson, sang kakak tingkat ganteng nan populer. Setelah bertahun-tahun cintanya tak berbalas, Violet memutuskan mengambil jalan pintas, yaitu dengan membeli air jampi-jampi dari internet!
Sialnya, bukan Evan yang meminum air itu, melainkan malah bapaknya, William, si duda hot yang kaya raya!
Kini William tak hanya tergila-gila pada Violet, tapi juga ngotot menjadikannya pacar!
Violet pun dihadapkan dengan dua pilihan: Tetap berusaha mengejar cinta Evan, atau menyerah pada pesona sang duda hot?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Obat Penawar
"Diblokir? Kok bisa?!" William buru-buru membelokkan mobilnya ke pinggir jalan dan tanpa ragu merebut ponsel Violet. Matanya menelusuri layar, dan benar saja, toko tersebut benar-benar telah memblokir Violet. Jadi sekarang, tidak ada cara lagi bagi Violet untuk mengirim pesan atau melakukan pemesanan ke toko tersebut.
"Kurang ajar! Ini pasti kedok penipuan!" geram William kesal.
Tanpa membuang waktu, William mengambil ponselnya sendiri dan segera mengunduh aplikasi serupa. Begitu aplikasi siap, ia mencari toko yang dimaksud dan langsung mengirim pesan tanpa basa-basi.
'Hei, penjual gila! Air jampi-jampi yang kamu jual itu bikin saya nggak bisa tidur! Cepat kirimkan obat penawarnya sekarang juga!'
Tak butuh waktu lama, balasan pun muncul.
'Pelanggan yang terhormat, untuk saat ini kami belum memiliki obat penawar untuk air jampi-jampi yang kita jual. Namun, jika pelanggan ingin menunggu, kami bisa kirimkan dalam dua minggu. Tapi karena kesulitan dalam pembuatan, harganya tidak murah.'
William langsung mengetik cepat. 'Persetan dengan harga! Yang penting kirimkan obatnya!'
'Baik pelanggan, untuk harganya satu botol sepuluh juta. Apa pelanggan masih tetap akan memesan?'
"Apa? Sepuluh juta?" William menggertakkan giginya. "Sialan! Orang ini sengaja memanfaatkan aku!"
Violet yang sedari tadi duduk di samping William hanya bisa menatap pria itu dengan yang marah-marah sendiri dengan heran.
"Kenapa, om?"
"Orang itu minta sepuluh juta untuk obat penawarnya," gerutu William.
"Ya udah, dibayar aja, lah, Om," jawab Violet santai.
William langsung menatapnya sinis. "Kamu yang bayar, kan?"
"Eh? Nggak dong, Om! Aku mana punya uang segitu!"
"Ya kamu harus tanggung jawab, lah! Gara-gara kamu, saya jadi kayak gini!"
Violet terdiam. Ia mulai panik. Dari mana dia bisa mendapatkan sepuluh juta? Uang bulanan kiriman orang tuanya saja tidak pernah sebesar itu!
"Gini deh, Om," katanya setelah berpikir sejenak. "Aku kan sekarang nggak punya duit segitu banyak. Gimana kalau aku DP dulu, terus bayarnya nyicil?"
William mendengus, menatapnya tajam. "Memangnya sekarang kamu punya uang berapa?"
Violet merogoh-rogoh tasnya dan mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan. "Hm, ini jatah bulan ini buat beli skincare sih om.. Tapi ya udah nggak apa-apa, aku kasih buat DP, deh." Ia menyodorkan uang itu dengan raut pasrah.
William menatapnya lama, sebelum akhirnya mendengus tajam. "Lima puluh ribu? Heh, ini bahkan nggak ada satu persennya dari sepuluh juta!"
"Ya gimana, Om? Aku cuma punya segitu," Violet menatapnya dengan wajah memelas.
William menghela napas berat. Ia tahu dirinya sekarang sedang dipermainkan oleh si penjual air jampi-jampi, tapi sayangnya, untuk saat ini tidak ada jalan lain yang lebih baik.
Akhirnya, ia melemparkan uang itu kembali ke Violet. "Ambil aja duit kamu. Saya jadi kasihan lihat muka kamu itu."
Violet menangkap uangnya dengan cepat, lalu menatap William penuh tanya. "Jadi, aku nggak usah bayar, Om?"
"Enak aja, kamu tetap harus bayar lah! Tapi pakai cara lain,"
Dahi Violet mengernyit. "Cara lain itu apa, Om?"
"Mulai besok kamu ke apartemen saya,"
Mata Violet membelalak. "Hah? Om? Jangan! Saya nggak mau!" serunya panik, menyilangkan tangan di depan dada.
William ikut terbelalak. "Apa yang kamu pikirkan, hah?!" Ia langsung menjentik dahi Violet dengan cukup keras. "Saya nyuruh kamu ke apartemen saya buat bersih-bersih!"
"Aw!" Violet meringis, mengusap dahinya yang mulai memerah. "Makanya kalau ngomong yang jelas, Om! Kan saya jadi salah paham!"
"Kamu aja yang pikirannya kotor!" balas William kesal.
Violet cemberut, tapi kemudian matanya langsung berbinar karena teringat sesuatu. "Om, kalau di apartemen Om, berarti ada Kak Evan dong? Iya Om, aku mau bersih-bersih tempat om!"
William langsung mendengus. "Heh, siapa bilang ada Evan di sana? Evan itu sekarang tinggal di rumah mamanya, jadi kamu jangan berharap bertemu dia!"
"Yah...," semangat Violet langsung runtuh. "Emangnya kenapa kalian tinggalnya pisah-pisah sih, Om?"
"Ya karena saya dan mamanya Evan sudah bercerai," jawab William santai.
"Ya itu dia! Kenapa kalian harus cerai! Kan aku jadi nggak bisa modus buat deketin Kak Evan!"
William melotot. "Hih, anak ini mulutnya!" Saking kesalnya, ia sampai mencubit bibir Violet yang mengerucut.
"Sakit, loh, Om!" Violet menepis tangan William. "Memangnya saya disuruh bersih-bersih sampai kapan, Om?"
"Sampai saya sembuh dari pengaruh air jampi-jampi itu lah!"
"Haish, matilah aku!"
...----------------...
Perjalanan panjang yang dipenuhi perdebatan itu akhirnya berakhir saat mobil mewah William berhenti di depan kosan Violet.
"Awas ya, jangan lupa! Besok kamu harus ke apartemen saya buat bersih-bersih!" ujar William memperingatkan sebelum Violet keluar dari mobil.
"Iya, iya, Om. Bawel banget sih," gerutu Violet sambil membuka pintu. Dengan sengaja, ia membanting pintu mobil dengan keras.
"Heh, kamu ya!" William kesal sambil menunjuk-nunjuk Violet dari jendela mobil.
"Bye, Om!" Dengan senyum nakal, Violet langsung berlari ke dalam kosan, meninggalkan William yang masih marah-marah sendiri di dalam mobil.
"Hih, dasar om-om rese!" gerutu Violet sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal. Saat itu, Tono, penjaga kos yang sedang menyapu halaman, menghampirinya.
"Itu siapa, Neng? Tumben pulang nggak naik taksi?"
"Eh?" Violet agak kaget karena Tono tiba-tiba sudah ada di depannya. "Itu...om aku mas,"
"Om?"
"Iya," Violet mengangguk cepat supaya tidak kelihatan berbohong. "Ya udah ya mas, aku masuk dulu,"
"Iya Neng," Kata Tono, masih menatap mobil mewah yang ada di depan gerbang dengan heran. Sementara itu, William masih marah-marah di dalam mobil sebelum akhirnya melaju pergi.
Sebelumnya, author mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa bagi para pembaca yang muslim 🥰🙏
Terus.. untuk menjaga kekhusyukan para pembaca dalam beribadah, mulai besok bab selanjutnya akan update setelah buka puasa. Jadi tenang aja, meskipun ada adegan plus plusnya, ga akan bikin batal 🤭
Terimakasih atas perhatian nya...
Dukung terus karya ini dengan kasih like, komen, gift, subscribe, dan lain-lain.
Terimakasih! ❤