Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.Rasa Rindu Raya
"Ini semua karena papa sama mama kamu yang udah meninggal, kamu jadi di bawa buat tinggal di sini!" Teriakan Naya beberapa menit lalu, yang masih terdengar dengan jelas oleh Raya hingga saat ini.
Beberapa menit yang lalu, Raya yang memutuskan untuk membawakan Naya beberapa kue coklat dan meminta maaf pada Naya ke kamarnya.
Tetapi ia malah di teriakan kata-kata yang tajam dari gadis kecil itu.
Raya hanya bisa tersenyum sedih, ia tidak bisa marah, karena ia yakin Naya tidak mengerti apa yang ia katakan oleh dirinya sendiri.
Raya sekarang hanya bisa melihat ke arah langit yang sudah mulai senja dari jendela kamarnya.
Raya menjadi sedikit terkejut, ketika ada sepasang tangan yang menyentuh pundaknya. Dari wanginya, Raya bisa tahu kalau itu adalah Aaron yang baru pulang dari kantor. Ia terlalu fokus menatap langit senja, sampai tak sadar ada Aaron yang masuk ke dalam kamar.
"Kamu lagi apa, Raya?" tanya Aaron dengan heran.
"Nggak apa-apa, Raya cuma lagi lihatin langit aja," ucap Raya.
"Kamu kenapa?" tanya Aaron lagi.
"Raya, cuma mau aja," balas Raya.
Mendengar ucapan lesu dari Raya, membuat Aaron jadi semakin penasaran. Ia penasaran dengan wajah Raya yang terlihat sedih.
"Bukan itu, maksud paman kenapa kamu kelihatan sedih?" ucap Aaron sambil sedikit mengeratkan genggamannya ke pundak Raya.
Raya kembali menggelengkan kepalanya, ia enggan menjelaskannya, karena ini hanya masalah kecil saja baginya.
"Kamu jujur saja, Raya!" ucap Aaron sedikit tak suka karena Raya tidak mau berterus-terang padanya.
Ia hanya ingin membatu Raya saja, jika ia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Raya.
"Raya kangen sama ayah sama ibu...." ucap Raya pada akhirnya sambil meneteskan air mata.
Ia tak sepenuhnya berbohong, ia memang jadi kangen dan teringat dengan ayah dan ibunya.
Hari ini, mungkin menjadi kali pertama Aaron melihat Raya menangis kembali setelah beberapa bulan yang lalu Raya terakhir kali menangis di hadapannya.
Aaron langsung membawa Raya ke dalam pelukannya, ia membiarkan Raya menangis sepuasnya di sana. Ia mengerti betul apa yang Raya rasakan saat ini, karena ia juga pernah mengalaminya saat di tinggal oleh papanya saat masih duduk di bangku SMP dulu. Aaron mengerti bahwa sangat berat jika ditinggalkan oleh orang tua kita sendiri, apalagi Raya yang harus ditinggal oleh kedua orangtuanya secara bersamaan.
Ternyata di balik kepolosannya itu, Raya pintar menyembunyikan perasaanya sendiri, sehingga terlihat baik-baik saja sebelumnya.
"Sudah jangan menangis, ayah sama ibu kamu pasti ikut sedih, kalau lihat kamu nangis begini," ucap Aaron sambil mengusap kepala Raya.
Raya melepaskan pelukannya dari Aaron, ia menganggukkan kepalanya. Raya menundukkan wajahnya karena malu wajah jeleknya saat menangis di lihat oleh Aaron.
"Sudah jangan menangis lagi," ucap Aaron sambil menggenggam dengan lembut tangan Raya.
"Iya, Raya nggak nangis lagi," ucap Raya lesu.
"Sudah daripada kamu nangis terus, sekarang kamu temani paman makan aja, paman lapar," ucap Aaron yang langsung menarik Raya keluar dari kamar dan menuju ke dapur tanpa menunggu jawaban dari Raya.
setelah sampai di dapur Aaron meminta Raya membuatkannya sesuatu, agar Raya teralihkan dari rasa sedihnya.
Raya juga berusaha untuk tidak lagi menunjukkan kesedihan yang ia rasakan.
Raya mengeluarkan bahan-bahan yang ada dan mencari resep yang simpel di buku resepnya. lalu ia menaruh kembali buku resep itu setelah menemukan resep yang simpel.
"Jadi sekarang kamu mau masak apa?" tanya Aaron samping Raya.
"Korean Vegetable Pancake," ucap Raya sambil memasukkan beberapa potongan kecil-kecil sayuran ke dalam mangkuk besar berisi terigu yang sudah dicampur air dan juga penyedap rasa.
"hah? Korean Vegetable Pancake?" Aaron heran makanan apa itu, ia melihat bahan-bahan yang Raya masukkan terlihat familiar, tetapi nama makanannya terdengar sangat keren.
Aaron memperhatikan Raya yang sedang memasukkan adonan ke atas wajan berisi minyak panas, dan membuat bentuknya menjadi bulat. Raya lalu membalikkannya ketika sudah matang.
Aaron jadi terdiam sejenak dan menepuk jidatnya sendiri, ternyata yang ingin dibuat oleh Raya itu adalah bakwan.
"Namanya aja susah Korean Vegetable Pancake, padahal bilang aja mau buat bakwan!" ejek Aaron dengan nada bercanda.
"hehe, kan biar keren aja," ucap Raya sambil sedikit tertawa geli.
Melihat Raya yang sudah tidak sedih seperti tadi lagi membuat Aaron ikut senang.
"Ya sudah, terserah kamu aja," ucap Aaron sambil mengusap kepala Raya.
"Buatnya yang banyak ya, paman mau makan bareng sama kamu kalau udah selesai," ucap Aaron.
Aaron langsung meninggalkan Raya di dapur dan menuju ke meja makan, karena tidak mau diminta membantu Raya memasak. Aaron besyukur Raya sudah tidak bersedih lagi seperti di kamar tadi.