Nikah dadakan karna di jodohkan ❌ Nikah dadakan gara gara prank ✅ Nikah dadakan karna di jodohkan mungkin bagi sebagian orang memang sudah biasa, tapi pernah gak sih kalian mendadak nikah gara gara prank yang kalian perbuat ? Emang prank macam apa sampe harus nikah segala ? Gw farel dan ini kisah gw, gara gara prank yang gw bikin gw harus bertanggung jawab dan nikahin si korban saat itu juga, penasaran gimana ceritanya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shusan SYD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Malam ini berlalu dengan sunyi. aku tertidur di sofa kecil di sudut kamar Salsa, sementara Salsa mungkin masih terjaga. Pikirannya berkelana, mencoba mencari makna dari semua yang dia rasakan. Mungkin dia tidak pernah bermaksud melukaiku, tapi setiap kali melihat ku sepertinya dia hanya diingatkan pada keputusan yang bukan miliknya sendiri.
Salsa menghela napas panjang, lalu melirik ke arah ku yang terlihat lelah, mungkin ada rasa bersalah yang perlahan-lahan merayap di hatinya, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakui itu.
“Kenapa sih lu harus sayang sama gue ?” gumam salsa pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Keesokan pagi, saat aku terbangun. Salsa sudah tak berada di kamar. Sebuah catatan kecil tertempel di meja, dengan tulisan singkat:
“Gw pergi duluan." aku membaca tulisan salsa. Segengsi itu kah dia untuk membangunkan ku dan meminta izin berangkat lebih dulu secara langsung ?
Aku hanya bisa menghela nafas, aku tahu pesan itu bukan sekadar tentang pagi ini, tapi tentang hubungan kita. Namun, aku masih belum ingin menyerah.
Setelah mandi, aku memutuskan untuk berbicara dengan mertuaku. Wanita itu menyambut ku di ruangan makan seraya sibuk menyiapkan sarapan.
“Pagi, Farel sini sarapan dulu.” ajak mertuaku ramah.
“Iya mih,” jawab ku seraya mencoba tersenyum meski hati ku terasa sangat berat.
“Mih...." ucapku memulai, walaupun ragu tapi aku harus memberanikan diri.
"Kenapa ?" tanya wanita itu yang masih fokus dengan aktifitasnya, aku pun duduk di bangku meja makan.
"Apa salsa pernah cerita apa-apa sama mamih soal... kita ?” tanyaku.
Tante Linda terdiam sejenak, lalu menatap ke arahku dengan pandangan lembut.
“Salsa nggak pernah cerita apa apa farel, emang kenapa ?" tanya mertuaku, wajahnya seperti menutupi sesuatu tapi dia juga penasaran dengan pertanyaanku.
"Gak apa apa, cuma mau tanya aja." jawabku.
"Apa ada masalah yang terjadi sama kalian ?" tanya mertuaku. Aku hanya menoleh sesaat dan menggeleng seraya tersenyum ke arah wanita itu.
“Salsa itu keras kepala farel. Dia nggak pernah bisa nerima sesuatu kalo itu bukan pilihannya sendiri." ucap tante linda seolah tahu pernikahan kita memang bukan kesepakatan bersama dan semua hanya pura pura.
Aku tak bisa berkata kata, pasti salsa sudah menceritakan semua pada ibunya saat aku tak pulang ke sini selama beberapa hari lalu.
"Ayok sarapannya di makan. Entar kamu telat." ucap tante linda menyadarkan ku dari lamunan.
"Iya mih." ucapku.
"Kadang, cinta itu bukan soal siapa yang bertahan paling lama, tapi siapa yang mau mengerti lebih dulu.” ucap tante linda memberi wejangan.
Aku mengerti, mungkin selama ini caraku menghadapi salsa salah. Aku terlalu memaksa salsa untuk mengakui ku sebagai seseorang yang berarti di hidupnya.
Menyerah pun sepertinya bukan keputusan yang tepat, jadi aku akan mencoba sekali lagi dengan mengubah caraku untuk menghadapi Salsa mulai hari ini.
Setelah selesai sarapan, aku segera berpamitan dan berangkat ke kampus.
Kelasku berakhir sore hari ini, salsa tak ku dapati keberadaannya. Entah dia belum selesai atau mungkin sudah pulang lebih dulu.
Jadi, aku memilih pulang sendiri. Alesha juga menemui ku namun hari ini aku sedang malas berurusan dengan perempuan itu dan sepertinya alesha kecewa dengan penolakan ku. Maaf alesha, aku punya urusan lebih penting yang harus aku urus dulu.
Sesampainya di rumah suasana tampak sepi, entah pergi kemana semua penghuninya. Tanpa berlama lama aku langsung naik ke lantai 2 menuju kamar salsa dan ternyata perempuan itu juga belum pulang.
Aku bebersih dan akan melakukan kegiatan apa yang sekiranya bisa kulakukan seraya menunggu salsa datang.
Benar saja, salsa pulang lebih larut hari ini. Saat pintu kamar terbuka dan dia masuk, aku hanya meliriknya dari sofa sesaat karna aku tengah membaca buku, aku juga tak berkata apa-apa, hanya sesekali mengamati gerak-geriknya yang tampak lelah.
Aku sekuat tenaga menahan agar aku tak bertanya lebih dulu, biarkan saja salsa yang membuka obrolan. Masalahnya apakah dia akan melakukan hal itu ?
“Lu belum tidur ?” tanya salsa, akhirnya keheningan pun terpecahkan.
Aku mengangkat bahu.
“Belum ngantuk.” jawabku dengan posisi yang tak beralih sedikit pun.
Hening kembali mengisi ruangan. Dia berjalan ke arah lemari, meletakkan tasnya, lalu mencuri pandang ke arahku dari sudut matanya. Aku pura-pura tidak memperhatikan, tapi aku tahu ada sesuatu yang ingin dia katakan.
“lu nggak mau nanyain kenapa gw pulang larut ?" tanya salsa, Dia akhirnya berbicara lagi namun dengan nada yang terdengar ragu.
Aku menutup buku perlahan, memastikan dia tahu aku mendengarkan perkataannya.
“Enggak.” jawabku dengan nada bodo amat.
"Owh," ucap salsa seperti kecewa, aku kembali fokus pada buku yang masih ada di genggamanku dan mulai membacanya kembali. Walaupun tak dapat di bohongi, pikiranku memang tak selaras dengan apa yang sedang aku baca saat ini.
Perempuan itu berlalu ke kamar mandi dan tak lama kembali dengan keadaan yang lebih segar.
Posisiku sudah berbaring di atas sofa, salsa mungkin memperhatikanku. Aku tahu karna aku hanya terpejam namun tidak terlelap.
Sepertinya dia mulai merasa tak nyaman dengan sikapku yang mulai dingin, gimana sal, gak enakan di anggurin ?
"Farel, lu udah tidur ya ?" tanya salsa dengan suara pelan.
"Ehmm.." aku hanya bergumam.
"Lu gak mau tidur di sini ?" tanya salsa. Tumben banget.
"Enggak." jawabku. Padahal aslinya aku sangat ingin tidur di samping salsa, sambil memeluknya, mendapatkan sikap hangatnya owh aku sangat ingin itu.
"Oke." jawab salsa.
Hingga aku dan Salsa kembali saling diam. Tidak ada kata-kata yang terucap, hanya keheningan yang terasa semakin menyesakkan. Aku tahu, ada banyak hal yang ingin dia katakan, tapi seperti biasa, Salsa memilih membungkamnya.
Ting..
Tiba-tiba, ponselku berbunyi, tanda ada pesan masuk. Suara itu membuat Salsa menoleh sejenak, tapi dia tidak bertanya apa-apa. Mungkin dia penasaran, tapi terlalu gengsi untuk menunjukkannya.
Aku meraih ponsel di sampingku dan langsung membuka pesan itu. Ternyata dari Alesha.
[Farel.]
Setelah membaca, aku biarkan saja dan tak ada sedikit pun niat untuk membalasnya.
[Kenapa sih sikap kamu kayak berubah ? Apa aku ada kesalahan ya ?] alesha kembali mengirimkan 1 pesan lagi.
Pesan yang kedua membuatku mendesah pelan. Aku tahu Alesha mulai merasa ada jarak yang aku buat karna biasanya aku tak pernah bersikap cuek padanya.
[Sorry sha, tadi aku lagi capek. Lagi banyak pikiran juga.] balasku.
Tak butuh waktu lama untuk balasannya masuk. Tapi aku tak punya tenaga untuk melanjutkan percakapan itu. Aku hanya ingin fokus menyelesaikan apa yang ada di depanku, yaitu masalahku dengan Salsa.
Aku menatap layar ponsel beberapa detik sebelum menaruhnya kembali di sampingku.
Tapi aku sadar dengan raut wajah salsa yang terlihat jengah, dia kenapa ? Atau mungkin karna ada pesan masuk barusan ?
Dari sudut mataku, aku bisa melihat ekspresi salsa yang langsung berubah. Dia meraih ponselnya juga dan pura-pura tak peduli padaku. Tapi sorot matanya mengatakan sebaliknya.
Aku akan sengaja membalas pesan alesha, dan melihat bagaimana reaksi salsa.
"Berisik banget notif lu, bisa di silent aja gak ? Gw mau tidur." ucap salsa.
Kan ? Dia mulai merasa terganggu, apalagi saat aku tersenyum ketika membalas pesan alesha. Walaupun dia juga tak tahu aku berbalas pesan dengan temannya.
"Sorry, aku keluar dulu ya." ucapku dan beranjak ke luar kamar.
Setelah menutup pintu, aku akan menunggu apakah salsa akan menyusul ku ?
Aku berdiri tepat di depan pintu, benar saja. Salsa menyusul ku.
Dia terkejut saat mendapati ku tepat di depannya.
"Kenapa ?" tanyaku seraya tersenyum.
"Kenapa apa ?" tanya salsa gelagapan.
"Kamu mau tau aku chatan sama siapa ?" tanyaku memancing,
"Enak aja, gw gak sekepo itu. Gw cuma.."
"Cuma apa?"
"Gw cuma mau ambil minum di dapur." ucap salsa seraya langsung berlalu turun ke lantai 1.
Padahal aku tahu maksud kamu sal, kenapa kamu gak nanya aja langsung sih ?
Heran, sebenarnya dia maunya apa ? Apa mungkin dia sudah mulai menyesal karna sering mengabaikan ku?