Sequel
" Semerbak wangi Azalea."
" Cinta Zara."
" Sah."
Satu kata, tapi kata itu bisa berakhir membuatmu bahagia atau sebaliknya.
Zayn Ashraf Damazal akhirnya mengucap janji suci di depan Allah. Tapi mampukah Zayn memenuhi janji itu ketika sebenarnya wanita yang sudah resmi menjadi istrinya bukanlah wanita yang dia cintai?
Cinta memang tidak datang secara instan, butuh waktu dan effort yang sangat besar. Tapi percayalah, takdir Allah akan membawamu mencintai PilihanNya. Pilihan hati yang akan membawa mu menuju surga Allah bersama sama
" Kamu harus tahu bahwa kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang tidak di takdirkan untukmu." _Ali bin Abi Thalib.
" Perempuan perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, laki-laki yang baik untuk perempuan perempuan yang baik pula." _ QS.An - Nur 26
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 : Trauma parah
Zayn akhirnya keluar setelah memastikan demam Aretha sudah berangsur turun.
Pilihan ada dua, tidur di kasur atau di sofa seperti kata Zayn tadi.
Dan, Zayn memutuskan tidur di sofa saja. Kurang etis rasanya jika dia membaringkan tubuhnya di atas kasur nan empuk sementara pemiliknya bersempit sempit tidur di dalam lemari pakaian.
Masih menjadi misteri bagi Zayn, kenapa ada kasur kecil di dalam walk in closet, yang sejatinya tempat itu bukanlah untuk tidur, melainkan tempat menyimpan pakaian dan sejenisnya. Dan kenapa juga Aretha lebih memilih tidur di sana sedangkan kasurnya sangat lah nyaman.
Tengah malam, hujan semakin deras dengan gemuruh suara petir yang menjadi nyanyian ketakutan bagi sebagian orang.
Zayn sudah terlelap namun terbangun karena tenggorokannya tiba tiba saja terasa kering. Dia butuh air untuk membasahi kerongkongannya itu.
Karena persediaan dikamar habis, Zayn pun ke dapur.
Zayn menuang air dan menghabiskan segelas penuh sebelum memutuskan kembali ke kamar dan beristirahat.
Zayn menyempatkan menatap ke luar jendela, cahaya kilat dalam kegelapan bagaikan flash kamera fotografer yang sedang mengambil gambar di dalam sebuah studio.
" Ini indah sekali." Gumamnya.
" Apa yang indah nak?"
Zayn cukup terkejut, umi Nisa tiba tiba sudah berdiri di belakangnya.
" Zayn menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Tidak ada umi. " Jawabnya risih.
" Apa Aretha sudah tidur? "
Mendapatkan pertanyaan dengan jawaban yang sulit, membuat Zayn jadi terbata.
" I.. iya umi. "
" Syukurlah, umi rasa setelah menikah dia tidak takut lagi dengan hujan. "
Zayn terperangah.
" Di luar sedang hujan. Aku tidak suka dengan suaranya. "
" Oiya umi, Zayn ke kamar dulu."
" Iya nak."
Zayn berjalan tergesa, kalimat Aretha kembali terngiang.
Pintu kamar terbuka. Zayn mulai khawatir, dia takut jika apa yang dia pikirkan benar benar terjadi.
" Semoga dia tidak apa apa." Gumam Zayn.
Langkahnya ia percepat menuju ruang ganti di mana Aretha berada.
Zayn membuka pintu.
Dan,, jantung Zayn teriris melihat kondisi Aretha yang nampak kacau.
Aretha duduk dengan kepala yang berada di antara lutut nya, sementara kedua tangannya ia gunakan menutup telinganya.
Pemandangan yang membuat iba siapa saja yang melihatnya termasuk Zayn.
Kondisi ketakutan biasanya akan membuat seseorang menangis histeris. Apalagi jika itu pernah membuat trauma yang cukup dalam, yakinlah akan ada tangisan kuat yang menyertainya . Tapi ini tidak, kondisinya berbeda. Semua sunyi, kecuali suara gemuruh petir yang masih terdengar di luar sana.
Perlahan Zayn melangkah mendekati Aretha, ia berjongkok dan memegang tangan Aretha dengan lembut.
" Kamu tidak apa apa?"
Merasakan sentuhan seseorang sontak membuat Aretha beringsut mundur.
Netra keduanya bersitatap dan Zayn serasa ingin menangis melihat wajah istrinya.
Wajah yang selalu memperlihatkan senyuman, terkadang cuek dan nampak marah, kini terlihat mengenaskan. Seluruh wajahnya di penuhi air mata. Dan yang paling membuat Zayn sedih adalah luka di bibir Aretha. Zayn sangat yakin jika Aretha menggigit bibirnya sendiri.
" Retha..." Panggilnya.
Bukannya menjawab, tubuh Aretha justru gemetar ketakutan.
Zayn tidak tahan, dia memegang bahu Aretha dan membawanya ke dalam pelukannya.
Zayn memeluk Aretha, meski sempat berontak, tapi Zayn tetap tidak melepasnya, bahkan pelukannya semakin erat.
Usapan di punggung dan kepala membuat Aretha luluh, dia merasa di lindungi. Sayup sayup suaranya mulai terdengar, tidak ada kata ataupun kalimat yang terkadang membuat Zayn emosi, yang ada hanya tangisan yang masih tertahan.
" Jika dengan menangis hatimu akan lega, maka menangis lah."
Ucapan Zayn seperti mantra yang menghipnotis Aretha.
Tangisannya pecah setelah mendapatkan izin dari Zayn.
Semakin kencang tangisan itu, semakin erat pula pelukan yang Zayn berikan.
" Jadi kau menahan semuanya dan berakhir melukai dirimu sendiri hanya agar orang lain tidak mendengar mu menangis atau melihat kesedihan mu? Kamu sungguh luar biasa. Tidak banyak wanita yang bisa sepertimu , aku salut. Mulai sekarang kau tenang saja, aku akan selalu ada dan menjadi tempat bersandar dari setiap luka yang kau rasakan." Batinnya.
Jujur, dia ingin mengatakan itu secara langsung, tapi sepertinya Zayn belum mampu mewujudkannya.
Tangisan Aretha terhenti setelah cukup lama ia melampiaskan kesedihan nya itu. Dan Zayn tidak meninggalkan nya sedetik pun.
" Kamu mau minum?"
Aretha mengangguk.
" Tunggu di sini."
Zayn mengambil kan air untuk Aretha dari gelas bekas minumnya yang sudah di isi ulang.
Dan ternyata bukan hanya air minum yang dia bawa masuk, namun ada bantal dan selimut yang ikut meramaikan tangan Zayn.
Aretha meneguk air tersebut hingga tidak tersisa setetes pun.
Zayn menyimpan gelas dan menggelar selimut tepat di samping Aretha.
" Dokter mau apa?"
" Tidur." Jawabnya enteng.
" Di luar saja. aku tidak biasa tidur dengan orang lain."
" Aku bukan orang lain." Ucap Zayn cuek dan tetap melanjutkan kegiatannya tanpa menghiraukan perkataan Aretha.
Ya benar, dia memang bukan orang lain, hanya saja, Aretha masih merasa asing dan aneh berdekatan dengan Zayn.
Aretha pasrah saja menyaksikan Zayn yang sibuk sendiri. Setelah semua siap, Zayn kembali keluar dan datang membawa sesuatu di tangannya.
" Kemari." Perintahnya sambil menepuk ujung kasur mini milik Aretha.
Aretha menurut.
Zayn membuka kotak obat yang dia bawa, lalu perlahan membersihkan bibir Aretha.
Kapas dengan cairan pencuci luka menyentuh ujung bibirnya dan spontan Aretha menghindar.
" Berikan padaku, aku bisa sendiri." Tangan Aretha terulur meminta kapas yang di pegang Zayn.
" Duduk saja dengan tenang, tidak usah banyak bicara." Zayn menolak dan kembali mengobati luka Aretha.
Di suruh duduk diam dan tenang benar benar di lakukannya. Aretha tidak menolak sama sekali.
Zayn mengoles obat di bibir Aretha yang berdarah. Awalnya biasa saja, Zayn melakukan tugasnya dengan sangat lancar dan profesional, tapi lama kelamaan, jantung Zayn mulai tidak sehat, itu seperti jika jantungnya akan melompat keluar karena berdetak sangat kencang. Netranya tidak bisa beralih dari bibir tipis Aretha.
Beberapa kali, Zayn menelan salivanya. Jujur, dia tergoda.
" Jika aku mencicipinya, mungkinkah rasanya akan manis seperti kata orang orang?" Zayn membatin. " Tapi aku takut dia akan marah padaku." Lanjut nya dengan hati yang bergejolak.
" Hmm.." Zayn segera tersadar dan menarik tangannya.
" Selesai." Ucapnya lalu kembali membereskan obat yang di gunakan ke dalam kotaknya semula.
Zayn menatap Aretha. Tatapan dalam penuh arti. " Lain kali, jangan melukai dirimu sendiri."
Aretha terdiam. Kalimat itu singkat tapi maknanya sangat dalam. Dan seketika hati Aretha menghangat.
" Sudahlah, aku mengantuk." Kata Aretha mengatur posisi tidurnya membelakangi Zayn.
Namun kepala Aretha belum menyentuh bantal, jantungnya kembali di buat tidak karuan oleh Zayn.
" Aku tidak suka melihat nya."
Aretha terpaku tak bisa berkata kata. Untuk sesaat kepedihannya menghilang.
Sunyi.
Zayn dan Aretha salah tingkah. Hanya sebuah frase tanpa unsur pernyataan cinta di dalamnya, tapi mampu membuat keduanya jadi terlihat kikuk satu sama lain.
Aretha menjatuhkan kepalanya di bantal dan berusaha menutup mata. Sementara Zayn yang juga sudah merebahkan tubuhnya, tidak bisa berpura pura tidur atau mencoba menutup mata seperti yang di lakukan Aretha.
Netranya memandangi punggung Aretha yang terlihat sangat rapuh.
Setelah menikah, Zayn selalu tidur sendiri, berarti ini adalah pengalaman pertamanya tidur dengan seorang wanita yang tidak ada hubungan darah dengan nya. Lalu apa yang di rasakan Zayn setelah membaringkan tubuhnya di samping seseorang yang sudah sah menjadi istrinya?
" Rasanya sangat nyaman, dan aku menyukai nya." Gumamnya dalam hati.
...****************...
🤭😍🤩
mudah sekali aslinya zaynnn
tinggalkan gengsi mu
punya kesempatan tium2
nanti jama'ah lagi za mas
5 waktunya setiap hari
lumayan, vitamin 5 kali 😃
halal iniii
😃🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂
" hallo pindah kan barang² nyonya Aretha di kamar utama sekarang "
nahh jadi tiap malam bisa bubu bareng teruss 🤣🤣
kamu tu dah jatuh cinta sama areta