NovelToon NovelToon
Cintaku Luar Biasa

Cintaku Luar Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.

Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.

“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.

Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI

===
follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CLB - Drama Suami Istri

Kaisar bungkam, Rumi menatap orang yang hadir di ruangan itu tampak serius jelas kalau pernikahannya nyata. Bahkan perempuan paruh baya yang tadi memberikan pakaian ganti pada Rumi mengucapkan selamat.

Jika orang lain menikah dengan rasa suka cita, entah apa yang Rumi dan Kaisar rasakan. Apalagi mendengar wejangan dan nasihat pernikahan yang mereka dengarkan sambil menunduk, mungkin masuk kuping kiri keluar kuping kanan.

“Tanda tangan dulu, ini untuk pendaftaran pernikahan kalian dan membuat surat nikah.”

Kaisar memberikan tanda tangan di tempat yang sudah seharusnya, begitu pula dengan Rumi.

“Cium tangan suamimu,” titah Djarot.

Pasangan itu akhirnya berhadapan, meski Rumi masih menunduk. Perlahan ia mengangkat wajah menatap pria itu, suaminya. Tangannya terulur lalu mencium dengan takzim.

“Sentuh kepala istrimu dan bacakan doa!” Djarot masih memberikan perintah, hanya saja kali ini untuk Kaisar.

Namun, pria itu terdiam menatap wajah Rumi. Sejak tadi tidak memperhatikan kalau Rumi tidak menggunakan kacamata dengan frame hitam gaya klasik dan sudah ketinggalan zaman.

Wajah Rumi terlihat lebih manis meski dengan wajah kesal dan bingung karena pernikahan dadakan. Seseorang menyentuh bahu Kaisar menyadarkan dari lamunan. Tangan Kaisar menyentuh kepala Rumi dan membacakan doa.

“Sudah malam, kalian boleh istirahat dan meninggalkan tempat ini besok pagi.” Pesan Djarot sebelum meninggalkan ruangan.

Pasangan halal itu dipersilahkan untuk istirahat di sebuah kamar yang agak jauh dari kamar para murid dari pondok. Sepertinya kamar khusus tamu.

“Bapak kenapa diam aja sih, kita nggak saling cinta kenal juga baru berapa hari,” keluh Rumi.

“Saya sudah jelaskan, jangan kamu pikir saya terima begitu saja keputusan ini. Menurut mereka kita salah sudah melanggar hukum adat. Aneh, masa tempat umum tapi diatur kalau datang harus dengan pasangan halal. Kenapa nggak dikasih plang atau baliho sekalian.”

Rumi duduk di tepi ranjang menatap kartu debit yang diberikan Kaisar sebagai mahar. Jangankan proses lamaran, foto prewed, bahkan cincin kawin pun tidak ada.

Kaisar masih berdiri dan terlihat gusar dengan berjalan mondar mandir. Tidak ada sahutan dari Rumi membuatnya menatap gadis yang masih menunduk.

“Hubungi pak Medi, minta sepagi mungkin dia ke sini,” titah Kaisar dan pandangannya tidak lepas dari wajah Rumi. Apalagi kerudung yang dipakai waktu mereka melaksanakan ijab kabul sudah melorot turun karena hanya disematkan saja.

“Ponsel saya lowbat dan sudah mati waktu kita dibawa ke mari. Kenapa nggak bapak aja yang telpon?”

“Ponsel saya ketinggalan di mobil.”

Pengurus pondok sudah menawarkan mereka untuk makan malam, baik Kaisar ataupun Rumi tidak selera untuk makan. Akhirnya ada yang mengantarkan air minum dan roti ke kamar mereka.

“Jadi, kita beneran suami istri Pak?”

“Dari proses yang kita lalui, sepertinya begitu,” jawab Kaisar ketus. Pria itu duduk pada kursi kayu menghadap sebuah meja belajar.

Bingung menghadapi hari esok. Sempat tercetus ide dalam benaknya akan mengucapkan ikrar talak ketika mereka meninggalkan tempat itu. Namun, Djarot seakan memberi ultimatum agar tidak mempermainkan pernikahan. Yang membuat rencananya batal adalah pernikahan mereka akan didaftarkan secara negara.

Rumi duduk di ujung ranjang bersandar pada headboard dengan selimut menutupi sampai pinggul karena udara malam mulai terasa dingin. Rupanya kebisuan Rumi menjadi perhatian Kaisar.

“Kamu … sudah ada pacar atau tunangan?” tanya Kaisar. Tidak ingin disebut sebagai perebut pasangan orang, maka ia perlu mengenal istrinya lebih jauh.

“Pacar brengsek saya menikah dengan sepupu saya, tapi nggak layak disebut pacar atau mantan pacar sih. Lebih cocok disebut … kampret.”

Mendengar makian dari mulut Rumi membuat Kaisar merinding. Jangan-jangan dirinya pun pernah dimaki Rumi.

“Bapak gimana? Saya nggak mau disebut pelakor.”

“Saya belum menikah, jadi kamu bukan pelakor dan saat ini saya sedang kosong.”

Rumi mengernyitkan dahi mendengar Kaisar menyebut statusnya kosong, padahal dia bukan bertanya masalah khodam.

“Bilang aja jomblo,” gumam Rumi.

‘Yang tajir, ganteng, kerjaan mapan aja jomblo. Apa kabar denganku,’ ucap Rumi dalam hati.

“Jadi kita ini gimana pak?”

“Ya nggak gimana-gimana, saya suami dan kamu istri. Saya nggak mau bicara masalah kontrak pernikahan atau kesepakatan aneh-aneh macam cerita dalam novel. Kamu dengar sendiri Pak Djarot melarang kita main-main dengan pernikahan ini.”

“Terus?”

“Jalani saja. Nggak usah mikir kejauhan saya akan minta hak sebagai suami, kalau dikasih ya nggak nolak,” tutur Kaisar dan Rumi refleks langsung menarik selimut menutupi tubuhnya sampai leher.

“Nggak mungkin saya kasih gitu aja.”

Kaisar merencanakan sesuatu, besok pagi ia akan menemui Djarot. Bersedia menjalankan pernikahannya asal masalah izin pembangunan diberikan oleh Djarot dan Prapto.

Paling tidak ia bisa pulang ke Jakarta dengan misi sukses dan berhasil pula bawa pulang perempuan dengan status istri. Masalah cinta atau tidak, itu urusan nanti. Mana tahu banyak manfaatnya Rumi sebagai istri.

“Sudah malam, kita tidur saja.” Kaisar beranjak mengunci pintu kamar lalu naik ke ranjang.

Rumi langsung menggeser duduknya karena Kaisar mendekat.

“Bapak ngapain ikut naik.”

“Saya mau tidur,” jawab Kaisar menepuk bantal yang akan digunakan. Jauh dari kata lembut, agak keras. Rasanya ingin dia sobek untuk melihat isi bantal. Terasa bagai bukan dari kapas melainkan tumpukan kardus.

“Tidur bisa tidur di kursi atau di bawah saja? Saya nggak mau kita tidur seranjang.”

“Tidur di bawah? Kamu nggak lihat lantainya bukan keramik, tapi ubin dan nggak ada kasur lantai apalagi karpet. Saya di ranjang, kamu boleh tidur di bawah kalau keberatan.”

Kaisar pun berbaring dan menger4ng setelah meregangkan tubuh dan meluruskan kedua kaki. Rasanya nyaman karena sudah lelah secara fisik dan mental setelah mereka berulah di banyu suci.

“Enak saja, saya juga tidur di sini.”

Rumi memposisikan guling sebagai pembatas diantara mereka lalu berbaring memunggungi Kaisar yang melakukan hal yang sama. Meski mencoba untuk memejamkan mata, nyatanya pasangan itu masih terjaga dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Cukup lama saling diam, akhirnya Kaisar membuka suara.

“Rumi,” panggilnya lirih, khawatir sudah tidur.

“Hm.” Mendadak Rumi cemas kalau ia harus melaksanakan kewajibannya sebagai istri di malam pertama pernikahan. Dalam hati ia merutuki kebodohan menjawab panggilan Kaisar.

Ternyata belum tidur. Sempat diam sejenak, Kaisar kembali bicara. “Selimutnya, jangan dipakai sendiri. Yang kedinginan bukan hanya kamu.” Tangan Kaisar menarik ujung selimut.

Tidak terima, Rumi balas menarik. Akhirnya mereka sibuk tarik menarik dan berdebat masalah selimut.

“Ngalah dikit kenapa sih.”

“Enak saja,” sahut Kaisar.

Terdengar ketukan pintu lalu keduanya langsung diam dan saling tatap seakan memberi perintah untuk membuka pintu.

“Mas Kaisar dan Mbak Rumi, tolong jangan ribut. Kalaupun mau melakukan sesuatu, pelan-pelan saja ya.”

“Hah?” 

\=\=\=\=\=

Pembaca : kapan unboxing thor?

Author : nanti kalau udah tamat 🤣🤣

1
Farida Razigi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Farida Razigi
Semoga berkah kaisai
Farida Razigi
Assalamualaikum thor salam kenal ya...aq ngikuti Ig km thor...
Siti Dede
Laaah kenapa aku baru tahu agda karya barumu thooor
aliifa afida
lanjut thor
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
sabar ya Kai mungkin Mak otor masih belum seratus persen merestui mu jadi kamu harus berusaha lebih keras lagi untuk mengambil hati Mak otor 🤣🤣🤣🤣
Eva Karmita
mulai dah si Mela ganjen lupa tu perut udah kayak bola kaki , masih aja gatel so" kecantikan jadi orang 😏😏
Eva Karmita
Rumi sayang ngk tuuuuuhhhh...👻🙈😂😂😂😂😂😍
Dewi kunti
sakne kaisar, author edan 😤😤😤😤
CintaAfya
senang bgt Rumi mendapat layanan yg baik2 dari keluarga Kaisar..
Purnama Pasedu
kaisar tersingkir
aroem
bagus
Ilfa Yarni
Alhamdulillah sambutan yg menyenangkan
Mrs.Riozelino Fernandez
mulut mu pak 😅
Rini
sabar 😂😂
Adit monmon
😂😂lnjut thor
Dewi Purnomo86
ternyata keluarganya baik kan rum......kasian deh Mela....kayak gak di akui sama keluarga Ardi.....hehe....kalo Rumi jelas dong yaaa.....
𝙌𝙤𝙧𝙞𝙨𝙮𝙖
sangat bangus
𝙌𝙤𝙧𝙞𝙨𝙮𝙖
apes banget nasib loe kai🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!