Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.
Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.
Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.
Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh
“Lihat, Pakde bawa sule, kue pancong, surabi, sama apa ini ... kue cubit. Ayo makan buat ganjal perut! Bunda mana?” Dua kantong transparan dan isinya ia sebutkan, Salman serahkan kepada Pelangi.
Kedua mata Salman mengawasi sekitar, tak ada tanda-tanda Mendung di sana. Namun Salman yakin, Mendung tak mungkin membiarkan Pelangi beraktivitas sendirian. Salman yakin bahwa Mendung ada di sekitar sana.
Diam-diam, Mendung memang bersembunyi di antara pohon singkong yang tingginya lebih dari dua meter. Salman masih mengawasi suasana sekitar, sebelum mendadak ada suara teriak dari Mendung. Para bunglon dan iguana yang populasinya makin hari makin banyak di sekitar sana, menjadi alasan Mendung syok. Mendung memang paling anti dengan jenis-jenis reptil tersebut dan membuatnya geli sekaligus takut.
Salman langsung tersipu melihat kelakuan Mendung yang ia yakini sengaja menghindarinya. Beberapa saat kemudian, setelah disuguhi hijaunya kebun nan asri walau sudah ditinggal berminggu-minggu oleh pemiliknya. Salman turut serta ke kandang bebek. Beberapa telur bebek tergeletak di kandang, sementara bebek yang jumlahnya ada tiga puluh, ada satu yang lumpuh.
“Kasihannya kamu. Yah, bebeknya kurus semua karena enggak ada yang kasih makan, Ngie. Ini Bunda coba obatin pakai sereh ya!” ucap Mendung di antara suara bebek yang sangat riuh.
“Sereh? Diapakan?” balas Salman.
Berbeda dengan Mendung, Salman yang tak terbiasa pada aroma bebek berikut koto rannya, sampai harus memakai tiga lapis masker. Karena walau sebelumnya, ia asli orang kampung, Salman yang jarang menghirup aroma menyengat layaknya di sana, memang jadi pusing dan mual.
Sekitar sepuluh menit kemudian, bebek yang kaki kanannya lumpuh, sudah Mendung perban bagian lukanya menggunakan sereh yang digeprek.
“Kirain mau direbus hidup-hidup, diperban pakai sereh geprek gitu,” ucap Salman serius.
Sebenarnya Mendung ingin tertawa pada tanggapan serius Salman. Namun, ia yang masih membatasi hubungan mereka, sengaja menahannya.
Tak jauh dari mereka dan itu di lantai dapur yang hanya berupa plesteran semen, Pelangi masih anteng membawa bawaan Salman. Pelangi menikmati surabi dengan sangat menghayati, kemudian tersenyum, dan meraih gelas berisi sule, atau itu su su kedelai.
“Nanti pengacaraku datang buat urus perceraian kamu dan Andika. Baru persiapan dan akan langsung diajukan,” ucap Salman refleks latah ketika bebek yang lumpuh dan Mendung biarkan di sebelah mereka, lari menyeruduk kaki Salman.
Pelangi menjadi yang paling tertawa lepas karena latahnya Salman.
“Ternyata Mas takut ke bebek?” tanya Mendung, tapi Salman langsung menepisnya.
“Cuma kaget,” ucap Salman meyakinkan.
“Pelangi sangat suka daging bebek. Rencananya aku mau masakin bebek buat Pelangi. Karena Mas di sini, ... Mas mau aku masakin apa?” sergah Mendung.
“Disamakan saja, ... biar kamu enggak kecapaian,” ucap Salman.
“Jangan merasa terganggu dengan rumah tanggaku. Sekarang, kita fokus ke kamu dan Pelangi dulu,” sergah Salman karena Mendung mendadak murung.
“Pernikahanku lebih kacau dari pernikahanmu, Ndung. Namun karena aku artis, aku harus selalu kelihatan mesra sekaligus romantis apalagi jika di depan kamera,” lanjut Salman.
Walau hanya diam, hubungan mereka membuat Mendung pusing. Mendung memilih tak lanjut membahasnya dan kembali siap-siap masak.
Kini, meski tampak anti, Salman tetap membantu Mendung mengurus bebek. Salman berdalih akan membersihkan bebek yang dipotong. Dua bebek mereka potong lantaran tubuh bebeknya yang kelewat langsing. Mendung khawatir, andai ia hanya memotong satu, masakannya tak sampai sore.
“Kenapa enggak potong yang lumpuh saja? Bahkan badannya lebih gemuk kan,” ucap Salman masih bertahan memakai masker tiga lapis agar tidak kebauan.
“Kasihan lah Mas. Masa sudah lumpuh, juga dipotong," ucap Mendung.
“Jaminannya kan langsung masuk surga, Ndung,” balas Salman.
“Pokoknya aku enggak tega, Mas,” balas Mendung dan langsung membuat Salman mengalah.
Mendung segera menyiapkan api di tungku. Kayu bakar dan daun kelapa kering, atau warga sekitar sebut klari, menjadi bahan bakar utamanya. Ia merebus air dan berhubung Salman masih di sebelahnya, ia yang masih jongkok di depan tungku, sengaja membahas rencana balas dendamnya.
“Mungkin ini terkesan kejam, tetapi aku sangat ingin melakukannya agar orang seperti Yanti, kapok. Aku ikhlas suamiku diambil. Bahkan aku enggak segan menikahkan mereka asal Pelangi enggak diusik. Sekarang Pelangi begini, dan mereka tetap enggak peduli,” ucap Mendung masih bertutur penuh kelembutan.
“Memangnya, kamu pengin apa?” tanya Salman yang kemudian jongkok di sebelah Mendung.
Mendung jadi deg-degan kacau. Ia sungguh sulit mengutarakan rencananya lantaran apa yang akan ia lakukan, terbilang sangat kejam.
“Kenapa? Sama aku enggak usah sungkan apalagi malu,” ucap Salman jauh lebih lirih dari sebelumnya.
Mendung tak langsung menjawab, dan justru menghela napas panjang sekaligus dalam. Sembari menunduk, Mendung berkata, “Aku punya rencana jahat banget ke Yanti, Mas. Rencananya, aku pengin bikin kulit Yanti ru sak. Iritasi, gatal-gatal dalam waktu lama. Karena hanya dengan begitu, wanita seperti Yanti yang begitu menyombongkan tubuhnya, jera.”
“Hanya itu?” balas Salman sangat enteng.
“Hah? Maksud Mas, bagaimana?” bingung Mendung sambil menatap Salman.
“Yang kamu mau, hanya itu?” balas Salman meyakinkan.
“Aku ingin melakukannya sendiri. Menaruh apa pun itu yang bisa bikin kulitnya iritasi parah, di produk kecantikannya. Apalagi aku paham betul, jadwal perawatan kecantikannya, Mas. Namun andai aku yang turun tangan, berarti harus ada kesempatan buat aku diam-diam masuk ke rumahnya,” balas Mendung.
“Ini rumah yang di mana dulu? Soalnya rumah sebelumnya juga sudah aku ratakan,” balas Salman.
“Hah?” Mendung yang baru tahu, benar-benar terkejut. Namun tak lama kemudian, ia jadi mengetahui semuanya karena Salman menceritakan semuanya.
Seolah benar-benar tulus mencintainya, Salman berdalih akan mendukung sekaligus melancarkan aksi balas dendam Mendung kepada Yanti. Segala rencana mereka susun, termasuk cairan yang harus mereka taruh di kosmetik Yanti.
“Nanti aku yang pesan, tetapi aku juga kurang paham. Biasanya orang-orangku yang tahu. Harusnya di hari ini juga, cairan yang kamu butuhkan bisa aku pesan. Agar saat dipanggil polisi untuk menjalani serangkaian pemeriksaan, dia sudah gatal-gatal dan enggak punya kesempatan buat berobat,” ucap Salman.
“Oh iya, bener Mas. Jadi enggak ada kesempatan buat berobat dan hanya sibuk garuk-garuk ya,” balas Mendung yang langsung setuju dengan setiap arahan Salman.
“Ketimbang hanya memenjarakan Yanti, bahkan membunu h Yanti. Menyiksanya secara perlahan dan itu dengan membuatnya caca t korengan, memang jauh akan lebih membuatnya tersiksa sekaligus kena mental.
Detik itu juga, Mendung merasa sangat lega. Memiliki Salman sebagai partner balas dendam, dirasanya akan membuatnya mendapatkan balas dendam jauh lebih nyata. Sementara untuk urusan di luar kasusnya dan Pelangi, Mendung akan menunggu penjelasan lanjutan dari Salman. Karena tak mungkin juga Mendung menuntut semuanya dalam waktu bersamaan. Tentunya, Mendung akan tetap menerapkan batasan dalam hubungan mereka.