"Seberapa keras pun usaha ku untuk menjadi yang terbaik, aku tetaplah aku yang berasal dari kegelapan malam."
"Aku tidak bisa kembali menjadi suci kecuali jika ada seseorang yang mampu membersihkan dosa-dosa ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Tentu urusan ku."ucap Diego.
"Terserah saja."ucap Azura yang kini membuka laptopnya, dan memainkan ponselnya sebelum dia benar-benar memulai membuat design rumah impian nya.
Dengan judul: (Rumah bahagia).
Azura mulai membuat sketsa mulai dari ukuran luas tanah dan pondasi rumah yang terlihat begitu mudahnya, hingga tercipta sketsa dari detail lantai bawah dengan ukuran dari berbagai ruangannya dan juga perkiraan bahan material yang dibutuhkan namun sedang asyik-asyiknya calon arsitektur itu membuat gambar tiba-tiba laptopnya di tutup oleh Diego yang sedari tadi menahan amarahnya.
"Apa-apaan ini?! bisa tidak sekali saja jangan mengganggu saya kita tidak punya urusan di luar kantor dan juga fi di luar kampus jadi tolong menjauh."ucap Azura tegas.
Beruntung lah semua orang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing hingga tidak ada orang yang melihat keributan mereka.
"Aku tidak suka diabaikan kau apa kau dengar itu."ucap Diego yang hampir melempar laptop itu jika saja Azura tidak langsung menarik laptop tersebut kedalam dekapannya.
"Saya tidak mengerti kenapa anda selalu bersikap posesif terhadap saya, bahkan disaat ada istri anda di dalam ruangan yang sama, saya heran apa itu memang sifat anda yang buaya atau memang anda tidak pernah dibagikan oleh istri anda itu."ucap Azura yang akhirnya meluapkan emosi nya.
Gadis itu pun bangkit dan pergi meninggalkan pria yang kini menatap tajam kearahnya karena tidak terima dikatakan buaya.
Azura pun memutuskan untuk menunggu di dalam mobil di parkiran salon kecantikan tersebut.
Azura pikir Diego telah menyerah tapi nyatanya Diego langsung menyusul dirinya masuk kedalam mobil milik Azura yang memang pintu geser mobil itu terbuka.
Dia langsung masuk dan menutup pintu tersebut, Azura membulatkan matanya dia tidak bisa lagi mengelak.
Diego langsung membawa Azura keatas pangkuannya tidak peduli wanita itu akan berontak seperti saat ini.
"Lepas apa-apaan ini tuan."ucap Azura yang kini berusaha melepaskan diri.
"Apa ini."ucap Diego yang kini melihat tatto yang ada di paha atas Azura tepat di bekas luka nya itu.
"Anda punya mata, kenapa harus bertanya."ucap Azura dengan lantang.
"Aku tidak mau tau mulai besok tatto ini sudah harus hilang."ucap Diego tegas.
"Berhenti!! Tolong berhenti mengganggu ku dan mengatur ku, aku! Aku bukan siapa-siapa mu."ucap Azura yang kini menitikkan air mata.
Dia sudah benar-benar jengah dengan sikap Diego, tapi pria itu bukanya berhenti dia langsung memaksa Azura untuk melayani nafsu nya.
Diego pun hanya ingin mengingatkan bahwa Azura adalah miliknya. Percintaan paksa itu terjadi Diego benar-benar tidak melepaskan Azura.
Pria itu begitu menggebu-gebu seperti biasanya hingga akhirnya des*han yang sedari awal Azura tahan pun lolos begitu saja.
Azura tidak lagi mampu menolak atau pun mengelak dari kenikmatan yang diberikan oleh Diego.
Hingga percintaan itu terjadi atas kerjasama mereka, bukan lagi karena paksaan dan keduanya menuju puncak, baik Azura ataupun Diego sama-sama tidak menggunakan pengaman apapun.
Tatapan sayu dari mata Azura yang terlihat malu dan senyum tipis di bibir Diego yang kembali mengecup bibir manis milik wanita cantik itu.
Di posisi Azura yang berada di atas membuat tubuh seksi itu terpampang nyata di hadapan Diego.
Azura meraih tisu basah lalu membersihkan area sensitif nya dengan itu dan Diego pun membantu membersihkan nya sebelum akhirnya membantu Azura mengancingkan kemeja nya kembali.
Azura kembali duduk di posisinya tanpa membantu Diego bersih-bersih dia sibuk menyeka keringatnya sendiri karena tidak ingin sang bibi tau bahwa dia sudah melakukan hal itu di sana.
Diego yang sudah selesai bersih-bersih pun kembali menatap Azura yang kini merapihkan rambutnya yang sempat dijambak oleh Diego saat mereka bercerita tadi saking nikmatnya hingga melakukan hal itu meskipun bukan jambakan kekerasan.
Azura masih diam tanpa kata sampai saat Diego memasangkan cincin berlian di jari manis nya yang membuat Azura menatap kearah pria itu.
Tidak hanya itu black card yang pernah Diego berikan padanya waktu itu pun kini kembali diserahkan pada Azura.
"Gunakan itu untuk semua kebutuhan mu, aku tidak suka penolakan atau dunia ini akan tau apa hubungan mu dengan ku."ucap Diego yang akhirnya pergi meninggalkan mobil tersebut dan bergegas masuk kedalam salon kecantikan itu.
Beruntung Leony masih melakukan perawatan bersama Amalia, sementara adiknya sudah pergi sebelum Diego menghampiri Azura.
Azura pun kembali masuk setelah memastikan bahwa penampilannya tidak kusut dia pun langsung bergegas menuju ruangan dimana sang bibi berada.
"Wow, benarkah ini adalah bibi ku Aunty."ucap Azura yang kini benar-benar merasa pangling saat melihat wanita paruh baya yang kini sudah berubah penampilan menjadi terlihat lebih muda meskipun usianya tidak pernah berubah.
"Tuh kan apa Aunty bilang, aunty akan melakukan perubahan besar padanya.
"Sudah selesai."ucap pria kemayu itu.
"Ah syukurlah ayo pulang Bi kita cari makan dulu aku lapar."ucap Azura karena hari memang sudah berganti malam dan waktu makan malam sebentar lagi tiba.
"Ayo sayang bibi juga sudah tidak sabar."ucap wanita berambut pendek lurus itu karena habis melakukan perawatan dan potong rambut.
"Aku yakin paman akan sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan bibi."ucap Azura yang kini berjalan melewati Diego yang masih menunggu istrinya itu.
Tatapan mata Diego masih tertuju pada Azura, seakan tak rela kehilangan sumber kebahagiaan nya itu.
Entah apa yang menjadi alasan bagi Diego menjadikan Azura sebagai wanitanya, karena jika dilihat sekilas Leony pun tidak ada yang kurang dari wanita itu justru jauh lebih sempurna dibanding dengan Azura yang terlalu banyak dosa menurut nya.
Azura pun pergi menuju sebuah restaurant yang tidak terlalu jauh dari tempat itu, dia sudah sangat lelah dan tidak dan ingin segera mengisi sumber tenaga sebelum akhirnya nanti dia pulang dan istirahat.
Azura pun memesan makanan bersama sang bibi yang sedari tadi memperhatikan kondisi Azura yang terlihat lelah itu, mungkin karena seharian ini beraktivitas di luar.
Sampai saat makanan itu datang, Azura langsung menyantap makanan tersebut tanpa peduli dengan sekitarnya.
"Azura."ucap seseorang yang beberapa waktu lalu terus membayangi dirinya selain Diego tersebut.
Pria tampan yang kini duduk di hadapan kedua wanita itu menatap lekat ke arah gadis yang kini sedang makan dengan lahapnya tanpa peduli pada dirinya.
"Babe, kamu kemana saja aku mencarimu."ucap nya.
"Maaf tuan anda siapa kenapa sebarang memanggil keponakan saya dengan nama itu."ucap sang bibi yang kebingungan.
"Jangan hiraukan dia bi biarkan saja ayo habiskan makan malam nya biar kita cepat pulang dan istirahat."ucap Azura yang tidak ingin membuat sang bibi kebingungan.
...🧸🧸🧸🧸🧸...
Azura sudah lelah menghadapi pria yang sedari tadi terus mengajak dia untuk pergi, hingga dia menunjukkan cincin dijari manis nya.
"Saya sudah berhenti bekerja tuan, dan saya sudah memiliki tunangan tolong jangan ganggu saya lagi."ucap Azura pada Arga yang tetap tidak percaya dan tidak peduli dengan itu karena saat ini dia sudah sangat menginginkan Azura.
"Aku akan membayar mu tiga miliar untuk satu malam babe atau kamu mau rumah aku akan belikan asal kamu tidak menolak ku."ucap Arga yang kini sudah memohon.
Andaikan saja semua itu ditawarkan oleh suami Azura mungkin dirinya akan sangat bahagia. Tapi rasanya itu cuma mimpi yang tidak akan pernah bisa dia dapatkan.
"Aku transfer sekarang juga honey please."ucap Arga yang kini terus memohon.
"Tunggu aku di tempat biasa."ucap Azura yang akhirnya mengalah bukan karena dia menyukai uang itu, tapi dia tidak ingin membuat bibinya semakin curiga.
Arum sedang menunggu di dalam mobil sebelum Azura selesai bicara, wanita itu sebenarnya merasa sangat khawatir dengan itu, tapi Azura meyakinkan bahwa ia bisa mengatasi pria itu dan meminta dirinya untuk menunggu di dalam mobil.
Azura kembali ke mobil, tapi kali ini tidak ada lagi senyum manis di bibir manis itu. Azura benar-benar diam tanpa kata hingga akhirnya ia tancap gas dan pergi menuju arah pulang.
Azura masih terus berfikir bagaimana caranya dia bisa berhenti dan pergi dari dunia yang sungguh telah membuat nya terjerat dalam kesalahan tapi nyatanya sangat sulit dan hampir setiap hari dia dibayangi dengan dosa-dosa terindah nya itu.
Mereka pun tiba di rumah, Azura langsung bergegas pergi ke kamar nya setelah dia menutup pintu garasi mobil nya dan memastikan bahwa pintu pagar sudah terkunci secara otomatis.
Gadis itu pun langsung bergegas pergi menuju kamar mandi dan membersihkan diri dari sisa percintaannya dengan Diego.
Setelah itu dia mengirim pesan pada seseorang untuk menemani dirinya pergi ke club malam tersebut untuk meyakinkan bahwa ia sudah memiliki pasangan.
Pria itu adalah Natan, ya dia langsung menyetujui permintaan Azura karena pria itu pun tidak ingin Azura kenapa-napa.
Entah kenapa pria itu merasa bahwa dia lah yang telah menjerumuskan Azura kedalam lingkaran dosa itu, karena dia adalah orang pertama yang telah merenggut kesucian gadis itu meskipun terjadi karena transaksi yang mereka sepakati.
Tapi setelah tau tentang Azura dan kenapa dia melakukan hal itu, sungguh hatinya selalu dihantui rasa bersalah karena almarhum ibunya selalu mengajarkan dirinya untuk berbuat baik dan menolong sesama tanpa pamrih karena harta yang mereka miliki adalah titipan tuhan dan tidak semua yang mereka miliki adalah rejekinya, karena diantara semua itu ada rejeki orang lain yang tuhan titipkan padanya.
Sungguh mulia sang mommy yang selama hidupnya selalu mengajarkan dirinya kebaikan, tapi saat itu Natan sedang sangat frustasi karena ternyata gadis yang sangat ia cintai dan ia inginkan untuk mendampingi hidupnya justru lebih memilih sang kakak yang memang lebih dulu mapan darinya.
Saat itu pikiran Nathan yang kacau balau pun telah menggiring dirinya kedalam sebuah dosa besar.
Azura yang malang pun akhirnya ia rampas mahkota nya meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebuah perjanjian diantara mereka. dan Nathan memperlakukan Azura layaknya pasangan bulan madunya.
Dan satu lagi yang membuat Nathan tidak pernah lupa dengan hari itu. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia merasakan surga dunia yang tidak pernah bisa ia rasakan sebelumnya bahkan hingga saat ini pun dia begitu menginginkan hal itu tapi dia tidak ingin membuat Azura seperti seorang pela*ur ditambah lagi dia sudah dijodohkan oleh sang daddy pada anak rekan bisnis nya.
Andaikan saja Azura bersedia untuk menikah dengan dirinya meskipun yang ia tawarkan adalah pernikahan status karena dia tidak menjamin bahwa ia bisa memperlakukan gadis itu seperti layaknya seorang istri, dan dia tidak bisa menjamin bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami.
Tepat pukul sepuluh malam setelah sang bibi terlelap dalam tidurnya Azura pun mengendap-endap keluar dari dalam rumah tanpa membawa mobil karena Nathan sudah berada di pinggir jalan depan rumahnya menunggu dirinya.
Azura keluar dari dalam rumah dengan pakaian santai ala Azura yaitu menggunakan hotpants dan t-shirt longgar tidak lupa jaket yang sering ia bawa, dan boots berwarna hitam juga kacamata andalannya dan juga masker.
"Sudah siap."ucap Nathan.
Azura hanya mengangguk pelan, dia sebenarnya merasa malu dengan itu, tapi dia tidak punya pilihan lain setidaknya agar bisa menghentikan Arga yang tidak bisa ia tolak.
"Gunakan sabuk pengamannya dan jangan terlalu banyak pikiran yakinlah semua akan baik-baik saja karena aku tidak akan membiarkan mu disakiti oleh siapapun."ucap Nathan lembut.
"Terimakasih."lirih Azura yang kini mengusap air matanya yang sudah tidak terbendung lagi.
"Hi...kamu menangis, sebaiknya kita tidak pergi jika kamu tidak siap."ucap Nathan lembut pria itu meraih Azura dan menyandarkan kepalanya di bahu nya.
"Ah aku tidak apa-apa, aku hanya sedang tidak enak badan saja jadi cengeng."ucap Azura yang buru-buru mengusap air matanya dia bahkan memaksakan diri untuk tersenyum.
"Ayudia, menangislah jika kamu ingin menangis aku akan memberikan bahu ini untuk kamu bersandar di saat kamu lelah dan butuh sandaran."ucap Nathan lembut.
"Terimakasih tuan maaf merepotkan dan mengganggu waktu istirahat anda."ucap Azura lirih.
"Bukan masalah lagipula aku sedang santai dan belum mengantuk, oh ayolah mungkin ini aneh tapi kita bisa menjadi teman mungkin."ucap Nathan yang kini mencoba untuk menghibur wanita yang ada di hadapannya itu.
Azura hanya menggeleng pelan,"Tidak jangan sampai nama baik mu hancur saat dunia ini tahu bahwa kau menjadikan seorang pel**ur seperti ku sebagai seorang teman."
"Jangan pernah merendah dirimu, kau bukan wanita seperti itu, kau adalah wanita baik yang terjerumus kedalam dunia yang kejam."ucap Nathan yang kini sudah memarkirkan mobilnya di basement club malam tersebut.
"Ayo."ucap Nathan yang kini meraih tangan Azura dan menyatukan jemari tangannya dengan tangan Azura.
"Kamu siap."ucapnya yang kini tersenyum manis pada Azura.
"Hmm..."lirih Azura.
Sesampainya di dalam club sana Azura pun duduk di sebuah sofa di lantai dua.
tapi kenapa episod yang k 24 dan smpai seterusnya lama sangat yng nak keluar,,,apa lagi cerita nya bikin penasaran /Grimace/