Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sore hari Di rumah Maria
Guys mohon maaf kalo banyak typo. Dan silahkan di koreksi aja.
Minta support like nya yaa.. Biar aku semangat update!!
Cerita ini memang cerita ringan tentang masa remaja anak SMA. Terimakasih yang sudah setia membaca..
...****************...
Sesampainya di rumah Maria mereka bertiga sudah ditunggu oleh Brian.
"Assalamualaikum, "
Ucap mereka bertiga berbarengan yang langsung dijawab oleh Brian.
"Kak Mon kak Raff aku kedalam ya.. Bye.."
"eh Marr, jangan lupa desain. Aku tunggu besok ya.."
Maria hanya mengangkat jempolnya sebagai tanda oke.
"jadi ada apa om manggil kota berdua?"
Kini Raffi bertanya karena melihat Simon sepertinya lemas sehabis menyetir.
Mereka bertiga duduk digazebo samping rumah yang menghadap ke kolam ikan koi. Tak lama Sofia datang dan memberikan cemilan sore.
"makasi Tante, " ucap Raffi
"tante bikinin teh jahe buat Simon. Kata Maria kamu sakit ya tadi sampe di rawat di klinik.."
Simon menunduk malu.
"sekarang udah mendingan kok tante" ucapnya pelan.
"syukurlah, tante masuk dulu ya.."
Sepeninggalan Sofia, Brian berdehem pelan.
"jadi mau siapa dulu nih yang bicara?"
"Om dulu aja.."
Brian mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya kepada Raffi.
"itu bonus kamu bulan ini. Pakailah untuk membeli perlengkapan adikmu sekolah. om sudah daftar6dia sekolah di sekolahan dekat rumah kamu biar ibumu tidak repot antar jemput terlalu jauh"
Raffi menatao Brian kaget.
"Om?" ucapnya tak percaya.
Bagaimana tidak, selain dirinya yang dibiayai full oleh Brian, sekarang adik bungsunya yang masih berusia 5tahun juga dibiayai. Bahkan untuk membeli perlengkapan sekolah nya pun Brian memberikan uangnya.
"Makasih om, tapi om ga seharusnya melakukan ini. Ini terlalu berlebihan, mengingat pekerjaan saya...."
"pekerjaan kamu memang terlihat sederhana jika didunia, namun kamu tau dengan adanya kamu diantara Maria dan Simon, secara tidak langsung kamu menyelamatkan saya dari siksa neraka. Karena sebagaimana ajaran agama islam, bahwa jika ada seorang anak perempuan disentuh oleh yang bukan mahrom nya maka yang berdosa adalah ayahnya. Kamu tau seberat itu tanggung jawab saya terhadap anak gadis saya. Dan saya tidak mau main main dengan akhirat. Oleh sebab itu saya harap kamu bisa menjalankan tugas kamu dengan sebaik-baiknya. "
Jelas Brian panjang lebar.
"Om ga ush khawatir, tanpa saya awasi Simon sangat menjaga dirinya Om. Bahkan bukan hanya dengan Maria dia menjaga pandangannya, tapi dengan lawan jenis yang lain juga dia seperti itu om. Diaselalu menjaga dirinya agar berwudhu agar ketika bersentuhan dengan lawan jenis secara tidak sengaja maupun sengaja, dia harus pergi berwudhu lagi"
Raffi terharu, kalau dipikir ternyata ini alasan Simon sangat menjaga dirinya. Itu karena Brian memang terus terang tentang ketakutannya akan hisab akhirat.
"Saya tahu.. Saya tahu Simon selalu menjaga dirinya, namun namanya Syetan selalu punya cara. Dan cara cara itulah yang saya antisipasi"
"saya janji akan menjalankan tugas saya dengan baik Om. Terimakasih atas kepercayaannya om"
"Dulu, Almarhum Papa kamu adalah orang kepercayaan saya, dan dia selalu menjaga kepercayaan saya sampai akhir hayatnya. Dan sekarangpun saya akan menjadikan kamu sebagai pengganti nya. Raffi, kamu bersedia kan?"
Raffi mengangguk.
"Simon, "
"iya om?"
"bagaimana menurut kamu ?"
"ekm.. Itu hak Om. Selama ini saya memang terbantu dengan Raffi om. Dia selalu mengingatkan saya jika saya sudah mulai sedikit khilaf menjaga pandangan saya" Simon salting. memang akhir akhir ini dia sering khilaf memandang Maria yang begitu mempesona ketika sedang memimpin tim OSN latihan.
tegas, galak dan Sombong. Begitulah citra Maria disekolah.
Namun bagi Simon Aria tetaplah Maria yang sangat manja kepada ayahnya. Dan terkadang kepadanya juga hehe..
"itu karena sekarang kalian satu rutinitas!"
"Maria yang pilih saya loh Om! Bukan saya yang minta hihi" Simon tertawa.
Brian hanya mengendus.
"kamu kihat kan Raff, walaupun Simon pasif, tapi malah anak saya yang agresif huh!"
Simon dan Raffi tertawa.
"berarti Om juga perlu pengawal buat Maria"
Brian menggeleng,
"ga perlu, saya dan istri saa yang akan mengawal dia langsung"
"Ngobrolin apa sih kok astik banget?"
Itu Maria, dia datang dengans telan gamis dan kerudung pashmina yang menutupi dada.
"ngobrolin kamu lah siapa lagi? Hahaa" jawab Brian tertawa membuat Simon dan Raffi juga tertawa.
" kata ustadz ghubah itu pamali dosa tauu.. Bagaikan memakan bangkai saudaranya sendiri!"
"iya deh iya ustadzah.."
"ihh papaa!! "
"ada apa kesini? Mau curi curi pandang ke Simon ? Hm?" tanya Brian sambil menggoda Maria.
"ih apa sih Papa, ga gituu.. Ini tadi kan kak Mon pesen desain pah!! dan ini desainnya udah jadi."
Simon mengerutkan dahinya heran.
"kok cepet?" tanyanya
"iyaa.. Aku udah bikin draft nya jadi tinggal edit dikit. Kaka tenang aja semua organisasi yang ada di sekolah udah aku bikinin draft nya kok. jadi kalo ada permintaan tinggal edit edit dikit. Nih bawa ipad aku, flashdisk punya ku ada di Clara belum dibalikin" Maria menyerahkan ipadnya.
"kok kamu tau kalo mereka pengen gamis?"
"bisa ditebak lahh, namanya anak syar'i kan harus syariah.. Hihii.. Aku juga bikin desain hijab, peci dan sorbannya loh kak. Jadi proyek ini bakal menjanjikan nihhh.."
Brian tersenyum bangga.
"hebat anak papa, udah jago strategi bisnis ya sekarang"
"kan papa yang ngajarin " Maria menjulurkan lidahnya yang langsung ditegur Brian.
"ada Simon dan Raffi ga boleh kaya gitu!"
Maria cemberut.
"baru dipuji udah di marahin lagi"
"hahahaha" mereka tertawa.
"kalau buat anak da'wah aku bikinin mereka jas gitu kak. Tapi beda sama jas sekolah walaupun warna nya hampir sama, tapi ini bakal bikin mereka kelihatan lebih berwibawa. Nah, kaka bisa tawarin sekalian, " Maria kembali menjelaskan ketika dia melihat Simon mengecek desain di folder lain selain folder tahfidz.
Simon mengangguk sambil terus memperhatikan desain yang dibuat.
"Om, menurut om apa aku harus cari vendor lain untuk membuat gamis dan koko ini?"
Kini Simon berbalik menatap Brian. Hal ini yang sedari tadi ingin ia diskusikan.
"tentu saja. Konveksi kamu selama ini kan hanya menghandle jaket dan kaos saja. bahan yang mereka gunakan tentu saja beda dengan bahan gamis dan koko. Jadi kamu cari lagi vendor yang bagus untuk project ini"
"apa gapapa om oake banyak vendor?" tanya Simon Ragu.
"gapapa yang penting sesuai dengan keinginan kita. ingat, kualitas nomer satu ya Simon.. Jangan hanya karena ingin lebih murah, kamu percaya kan lagi ke vendor yang ini. Toh nanti juga sama vendor kamu ini mereka akan mencari vendor lagi dan tentu dengan mengambil keuntungan untuk mereka. Jadi biaya produksi akan lebih besar karena ada vendor didalam vendor"
Raffi kagum. Ternyata senyaman ini berdiskusi dengan Ayahnya Maria. Pantas saja Simon selalu menceritakan bahwa apapun kendalanya dia selalu mengatakannya kepada Brian.
Sedangkan Simon tampak sedang berfikir dimana dia akan mendapatkan vendor untuk membuat gamis dan koko ini.
"menangkan dulu tender nya baru mikirin vendor"
Brian menepuk bahu Simon memberikan semangat.