Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
"Sekolah bakalan bikin acara api unggun semalaman." kata Bara memberitahu.
"Kapan?" tanya Andra.
"Besok, lo berdua jadi panitia keamanan." ulang Bara
Decklan membuka matanya menatap Bara tajam. Dia tidak pernah suka terlibat jadi panitia apalagi di kegiatan sekolah begituan.
"Udah terima aja, lagian kan setahun sekali acara kek ginian." ujar Andra sebelum Decklan buka suara. Ia tahu betul apa yang ada dibenak lelaki itu.
"Gue baca nama adek lo di daftar panitia." kata Bara.
Deklan menarik nafas malas, segala sesuatu yang berhubungan dengan sih gadis heboh itu membuatnya malas.
***
Sepulang sekolah Chaby cepat-cepat keluar kelas. Seseorang sudah menunggunya digerbang depan sejak tadi. Ia menghentikan langkahnya didepan sebuah mobil sport mewah yang diparkir didepan sekolah itu. Pandangannya turun ke pria tampan didalamnya yang kini menatapnya dengan senyuman lebar.
"Kak Danzel rapat lagi?" tanyanya ke Galen. Sudah tiga hari berturut-turut ini gadis itu dijemput oleh Galen.
"Emang udah bosen dijemput sama kakak kamu yang ini? balas Galen menggoda Chaby.
Chaby ingin membalas ucapan Galen tapi terhenti karena merasa ada orang lain dibelakangnya. Ia menoleh ke belakang dan melihat tiga kakak kelasnya sudah berdiri tak jauh darinya. Pandangannya berpindah pindah kekiri kanan melihat para siswi-siswi disekitar situ yang tengah memperhatikan mereka. Mungkin karena didekatnya berdiri cowok-cowok populer itu, makanya mereka jadi pusat perhatian.
"Mama nyariin lo semalam." kata kakak kelas yang kalau tidak salah namanya Bara itu pada Galen yang duduk di kursi supir.. Chaby merasa heran karena tampaknya sih kakak kelasnya itu kenal sama kak Galen. Bukan tampaknya lagi, mereka memang saling kenal.
"Gue lagi jagain anak orang." balas Galen malas.
Chaby kembali menatap bergantian ke Galen dan Bara yang masih saling berinteraksi dengan ekspresi bingung. Dua kakak kelasnya yang datang bersama Bara juga berada disitu. Entah sejak kapan mereka sudah berdiri disebelahnya.
"Dia kakak gue." ucap Bara menatap Chaby. Suaranya datar dan terdengar tidak bersahabat. Ia tidak menyukai Chaby karena menurutnya gadis itulah yang membuat Galen jarang pulang ke rumah dan tidak menghiraukan mama mereka lagi.
"Kak Galen punya adik kok nggak cerita-cerita?" semprot Chaby pada Galen dengan nada manja dan ekspresi cemberut.
"Manja banget ternyata." bisik Andra ditelinga Decklan.
Decklan yang mendengar bisikan Andra tidak merasa heran lagi karena semenjak pertama kali ia bertemu gadis itu, dirinya sudah tahu kalo Chaby adalah tipikal gadis manja. Ia adalah pria yang sangat anti dengan tipikal gadis seperti itu, tapi entah kenapa pada gadis yang satu ini perasaannya malah berbeda. Pandangannya tidak lepas dari Galen dan Chaby, dari gerak-gerik mereka, mereka keliatan sangat dekat. Foto pelukan yang pernah ia lihat juga di hp Bara waktu itu..,
Apa mereka pacaran?
"Bilangin ke mama ntar malam gue belum bisa pulang." ucap Galen lagi ke Bara.
"Karena dia lagi kan?"
Bara menunjuk Chaby. Nada bicaranya kasar membuat gadis itu ketakutan dan cepat-cepat menundukan kepala.
"Lo nggak usah gertak dia didepan gue." tegur Galen tegas, raut wajahnya tidak senang menatap Bara.
Tatapannya berubah lembut saat kembali menatap Chaby.
"Sayang, masuk ke mobil cepet." perintahnya yang cepat-cepat dituruti Chaby. Ia tidak mau berlama-lama didekat para kakak kelas yang menakutkan itu.
Decklan mengamati pasangan itu yang sekarang berada didalam mobil dengan tangan Galen mengusap-usap kepala Chaby penuh sayang.
Sepertinya mereka memang pacaran, batin Decklan. Panggilan dan sikap Galen ke gadis itu memang terlihat seperti seorang pacar. Pria itu mendengus pelan, pikirannya yang sempat ingin lebih kenal gadis itu mendadak hilang. Ia tidak suka berurusan dengan pacar orang.
Pria itu berbalik pergi dari situ. Tak ada gunanya juga berada disitu.
Andra mengikutinya dari belakang.
"Gue pergi." ucap Galen ke Bara dengan suara datar.
Bara terus menatap ke mobil milik kakaknya yang sudah mau menghilang dari hadapannya.
Rahangnya mengeras. Sialan, Galen benar-benar keterlaluan, makinya. Ia marah karena pria itu lebih memilih gadis yang tidak jelas asal-usulnya itu daripada keluarganya sendiri.
"Lo kok kayaknya nggak suka banget sama temennya Pika?" tanya Andra yang malah mendapat tatapan tajam Bara.
Mereka sudah ada dirumah Decklan dan sedang nongkrong di kamar cowok itu seperti biasa.
"Galen jarang pulang rumah karena tuh cewek." perkataan Bara ikut mengundang perhatian Decklan yang sejak tadi sibuk sendiri didepan komputernya.
"Maksud lo mereka tinggal bareng?"
Tanya Andra memastikan apa yang didengarnya. Bara tidak mengiyakan tapi aksi diamnya malah membuat Andra dan Decklan berpikiran bahwa Galen dan Chaby memang tinggal bersama. Decklan tersenyum sinis. Ia pikir gadis itu masih polos.