Who?

Who?

Kepergian Velia

Gadis cantik dengan lesung pipi tersenyum lembut saat temannya masuk ke kamarnya. Dia yang tadinya berbaring, mengambil posisi duduk bersandar di kepala ranjang

"Gak usah senyum senyum sama gue" celetuk Lisya yang langsung duduk di pinggiran ranjang

Velia Ra Wana, anak dari pengusaha di bidang tekstil. Keluarga Wana termasuk jejeran keluarga terkaya. Keluarga Wana juga populer karena aura bangsawan melekat bahkan dijuluki keluarga darah biru dari dulu hingga sekarang.

Velia hanya terkekeh pelan melihat ekspresi kesal gadis itu. Sungguh imut karena bentuk bibir atas nya yang tebal

"Udah sakit sakitan masih aja ketawa" Lisya kembali menyeletuk menatap temannya ini

"Abisnya lo lucu kalau lagi kesal, bibir lo itu monyong monyong unyu" Velia berucap sambil menirukan bibir Lisya saat marah marah

Lisya Lupiana Cheryl, wajah cantik manis tapi tak seperti omongannya, bisa dibilang kasar. Ia tak berasal dari keluarga kaya raya tapi termasuk lebih dari cukup kebutuhannya. Dia berteman dengan Velia dari SMP

"Sampai kapan lo diam gini, nunggu mati?" Sentak Lisya dengan ekspresi serius tetapi tak serius dengan ucapan yang terakhir itu

Velia tau kemana arah pembicaraan Lisya ia hanya tersenyum kecil. "Lo berharap gue mati"

"Iya! biar gue gak liat orang selemah lo lagi" celetuk Lisya. Ia hanya sedang kesal karena gadis itu bersikap lemah

"Ntar nangis kayak gue masuk rumah sakit bulan lalu" cibir Velia

Lisya mengalihkan pandangannya lalu menghela nafas pelan. "Gue serius Vel! Lawan mereka, gue gak mau liat lo sakit kayak gini" nada gadis itu berubah sedih

Velia gadis itu hanya tersenyum lemah dan itu menambah kebencian dalam hati Lisya. Lisya benci Velia masih bisa tersenyum disaat sudah menderita seperti sekarang. Lisya benci Velia tak melawan para penindas. Lisya benci Velia tetap bertahan di sekolah yang tidak menangani kasus kekerasan

Velia menjadi korban pembullyan. Lisya masih pusing dengan penyebab gadis itu terus terusan di bully. Karena Velia miskin? tidak masuk akal! Dari nama belakang saja orang-orang akan tau sekaya apa keluarga Wana. Karena Velia jelek? Gadis itu cantik, putih, tinggi, terlalu kurus saja sih. Karena dia bodoh? Dia mendapatkan peringkat kedua umum di sekolah dan banyak mengikuti olimpiade, itu sudah membuktikan seberapa encernya otak gadis itu

Itu penyebab nya. Gadis itu sempurna hingga menimbulkan rasa iri dengki dalam lubuk hati para manusia di sekolahnya. Lisya akui kadang ia juga iri tapi apakah memang harus dengan kekerasan untuk melumpuhkan Velia

"Apalagi yang mereka lakuin" tanya Lisya

"Bukan mereka yang lakuin" elak Velia

"Lo masih anggap gue temen kan?" ujar Lisya datar namun mengintimidasi

Tentu saja Lisya adalah sahabat nya yang terbaik dan Velia langsung menjawab "Gue disiram habis itu dikurung di toilet tapi gue gak papa kok" 

"Udah demam gini lo bilang gak papa? Gue panik denger lo pingsan dan dengan entengnya lo bilang gak papa" omel Lisya

Velia hanya menunduk "maaf ya"

"Diem lo! Manusia yang harus nya minta maaf tu harusnya tu orang yang sok berkuasa di PHS" sungut Lisya

"Makasih udah khawatir gue dan maaf kalau nyusahin" ujar Velia dengan lembut

Lisya mendengus sebal mendengar gadis di depannya. "Njir! mereka yang nampol kepala lo pakai kursi ada gak minta maaf?"

Velia hanya diam tak berkutik "Harus nya mereka udah dihukum kalau lo gak diam aja dan bongkar semuanya" lanjut Lisya.

"Maaf... Gue gak berani" ujarnya lemah karena ingin menangis

Lisya kembali mendengus kesal karena temannya sedih karena mendengar ucapannya yang kasar. "Pantas aja lo digituin, hati lo terlalu lembek" Lisya memang harus mengontrol mulutnya sekarang

Hening sejenak, Lisya kembali membuka suara "Apalagi alasan lo ke ortu lo?"

"Kehujanan" cicit Velia

Sungguh Lisya tak bisa berkata-kata lagi. Gadis ini punya kekayaan dan kekuasaan, ayah nya pasti dengan mudah menjatuhkan orang-orang yang melukai putrinya. Tapi putrinya saja lemah lembut diancam dikit langsung ketar ketir dan Lisya masih tak tau apa ancaman yang berhasil membuat Velia tak berkutik

"Untung bapak emak lo lagi ke luar negeri, kalau gak mana percaya dia, lah sekarang lagi musim kemarau" ujar Lisya

Pintu di buka dengan kasar dari luar. Velia dan Lisya hanya dapat mengelus dada melihat manusia yang baru masuk ke dalam kamar Velia

Dia adalah Sabela Falena, teman Lisya dan Velia. Mereka bertiga sangat dekat dari SMP hingga sekarang

"Velia, are you okey?" Sabela meneliti teman di depan nya dan saat tangan nya menyentuh kulit gadis itu ia langsung mengaduh karena panas nya badan Velia

"Okey okey okey, orang nya pucat mati gini masih aja ditanyain are you okey" ujar Lisya dengan sewot

"Mulut gue gak pernah ngomong sama Lo" celetuk Sabela

"Pasti ulah Seira dan antek-anteknya! Sumpah sebel banget gue sama tu orang" kesal Sabela pada Lisya

"Yaudah tonjok jambak, itu aja susah" ucap Lisya dengan santai

Sabela kemudian berdecak "Lo gak sekolah di PHS jadi mana tau kekuasaan Seira di sekolah"

"Lah lo berdua juga kaya" celetuk Lisya

"Nyatanya bukan hanya uang yang membuat orang punya kekuasaan"

...****************...

Derap langkah cepat terdengar di koridor sebuah rumah sakit. Lisya berhenti di sebuah ruangan. Membuka pintu dengan gemetaran dan saat terbuka suara tangisan histeris yang terdengar

Seragam masih melekat karena ini masih jam pelajaran. Lisya membolos saat mendapati pesan singkat dari Sabela saat istirahat

"Ca"

"Sabela jatuh dari rooftop"

"Sekarang lagi di rs"

"Ca..." itu suara Sabela. Gadis itu berdiri dan langsung memeluk Lisya

Tangisan kembali terdengar dan Lisya juga ikut menitikkan air mata. Dia membalas memeluk Sabela dengan erat seolah menyalurkan rasa sedih yang mendalam

Sabela melepaskan pelukan lalu mendorong punggung Lisya dengan pelan. Ia menuntun gadis itu ke arah bankar dimana terdapat manusia yang diselimuti kain putih. Sabela mundur memberi ruang kepada Lisya

Sungguh Lisya mempunyai harapan jika mereka salah orang seperti di film yang pernah ia tonton. Tangannya dengan gemetaran memegang ujung kain putih di bagian atas

Perlahan hingga wajah itu terlihat sempurna tapi tidak dengan bentuknya. Lisya menangis lalu memeluknya dengan erat

"VEL JANGAN PERGI" teriaknya dibarengi dengan tangisan histeris

"Vel... Plis bangun, gue bercanda nyuruh lo pergi." Bisiknya dengan sesenggukan

"Katanya lo pengen ortu nonton lo tampil dance minggu depan, ayo bangun dan tunjukkin ke ortu lo kalau lo pengen jadi idola bukan dokter" Lisya kemudian mengguncang tubuh tak bernyawa itu

Sabela mendekat lalu memegang sebelah bahu Lisya "Udah Ca... Ikhlasin" ujar nya dengan pelan

Lisya tertunduk, percuma juga dia menangis histeris begini. jika sudah takdir memang tak bisa lagi di ubah.

"Bel... Keluarga nya udah dihubungin" tanya Lisya yang masih tersedu sedu

"Udah" jawab Sabela

Sabela terdiam kemudian lanjut berucap lagi "Ca... Kata dokter dia nemuin beberapa bagian yang kayak kena kekerasan fisik"

...****************...

Terpopuler

Comments

mina

mina

Semangat thor

2024-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!