SRI

Tidak pernah sekalipun Sri yang kini telah berubah nama menjadi Lestari atau Tari itu bercita-cita untuk menjadi wanita lain dalam kehidupan rumah tangga orang lain, namun sepertinya takdir selalu menggiringnya ke arah itu, setelah sebelumnya hampir menjadi istri ke empat tuan tanah di desanya, kini dia malah menjadi wanita simpanan untuk pria yang baru di kenalnya, sialnya gadis desa polos yang belum pernah merasakan berpacaran dan jatuh cinta selama hidupnya itu justru malah merasakan jatuh cinta pad pandangan pertama pada pria yang kini menjadi sugar daddy nya.

Sri tau kalau hal ini tidak benar dan mungkin hanya merupakan cinta satu pihak yang di rasakannya saja, mengingat Regan tidak pernah sekalipun mengatakan cinta atau suka pada dirinya bahkan setelah satu bulan lamanya kini mereka bersama. Sri juga harus pasrah dan menerima dengan kebersamaan mereka yang sangat terbatas, kunjungan Regan ke apartemennya dalam sebulan ini bisa di hitung dengan jari, itupun tidak pernah menginap dan hanya sekedar mampir makan siang atau makan malam saja, tidak lebih. Namun kembali lagi Sri harus legowo dengan semua itu karena seperti yang sering Regan ingatkan padanya kalau dirinya harus sadar posisi, se rindu apapun Sri pada Regan tetap saja dia tidak berani menghubungi sugar daddy nya itu jika Regan tidak menghubunginya terlebih dahulu, namun Regan juga bisa di katakan tidak pernah menelponnya, paing hanya mengirim pesan yang seperti template yang berisi sudah makan, atau ada yang kamu perlukan? Hanya sebatas itu, namun sudah cukup membuat Sri bahagia bukan kepalang.

Malam ini Sri sibuk mempersiapkan berbagai hidangan makanan yang di masaknya di atas meja makan setelah sore tadi regan mengirimnya pesan jika dia akan makan malam di apartemen bersamanya, beberapa makanan juga memang atas permintaan Regan.

Gadis itu sudah berdandan cantik demi menyambut kedatangan sang pujaan hatinya itu.

Sri juga sengaja mengenakan dress seksi yang dia beli di online shop. Gadis desa itu sekarang sudah mulai konsumtif, dia sudah pintar berbelanja online dan menonton tutorial make up dan juga belajar mengenai fashion kekinian, dia benar benar bukan lagi seperti Sri yang dahulu kumal dan tidak pernah peduli dengan penampilan nya, Sri benar benar seperti terlahir kembali sebagai Lestari si gadis metropolitan, dia bahkan kursus bahasa inggris secara daring dan belajar apapun yang demi meng upgrade dirinya agar setidaknya bisa terlihat tidak bodoh lagi di hadapan Regan.

"Hai Mas, apa hari ini sangat melelahkan? Aku akan menyiapkan air hangat untuk kamu mandi agar kamu segar kembali, setelah itu kita makan malam bersama, aku juga memasak cumi asam manis, aku melihat resepnya di internet tadi, semoga kamu suka ya!" Sambut Sri saat Regan datang dengan wajah yang kusut seperti sedang memikul beban yang sangat berat.

Gadis itu berusaha keras untuk membuat Regan yang malam itu terlihat suntuk dan bad mood sejak kedatangannya tadi.

Surat cerai yang datang ke toserbanya tadi siang sukses membuat hati dan pikiran Regan kacau balau tidak menentu, terlebih saat dirinya tidak menemukan keberadaan Karina sang istri untuk di ajaknya berdiskusi, hal itu membuat pria yang cinta mati pada istrinya itu seperti kehilangan akal.

"Mas, apa ada masalah?" tanya Sri saat mereka tengah menikmati makan malam, gadis itu mencoba memecah kesunyian karena regan sejak tadi seperti enggan bersuara, dengan wajah yang terus di tekuk, padahal Sri sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghibur prianya itu.

"Hidup ku penuh masalah, dan kamu tidak perlu tau apa masalah ku." ketus Regan.

"Baiklah, aku hanya khawatir saja. Aku hanya tidak terbiasa melihat mu seperti ini. Meskipun aku tidak bisa membantu apa-apa, setidaknya kamu bisa bercerita pada ku mas, kata orang, dengan bercerita kita akan merasa sedikit lebih lega." Meski Regan menjawabnya dengan nada ketus, hal itu tidak membuat Sri yang tergila gila pada Regan itu tersinggung, dia malah berusaha bersikap lembut, gadis itu bahkan beranjak dari tempatnya duduk dan memberanikan diri memeluk tubuh Regan dari belakang.

Entah apa yang membuat Sri menjadi seberani itu, karena di sepanjang kebersamaan mereka satu bulan ini bisa di katakan tidak pernah ada kontak fisik di antara mereka berdua, tidak sekalipun Regan menyentuhnya, hal itu terkadang yang membuat Sri merasa dirinya tidak menarik di hadapan Regan.

Jika berbicara logika, pria memberinya uang, fasilitas mewah dan lain sebagainya, tentu mengincar sesuatu, dan pada umumnya mereka ingin menukarnya dengan kenikmatan dari tubuh sugar baby nya itu. Hanya saja Regan tidak pernah sekalipun menyentuhnya, sehingga membuat Sri akhirnya berinisiatif untuk memulainya saat ini, dia berpikir mungkin harus dirinya yang memulai.

Tidak ada penolakan dari Regan, pria itu terlihat seperti menikmati pelukan hangat Sri di tubuhnya, bahkan Regan terlihat memejamkan matanya seperti sedang terlena dengan kehangatan yang selama setahun ini tidak pernah lagi di dapatkannya.

Entah siapa yang memulainya tiba tiba saja bibir mereka saling bertaut namun entah di menit keberapa Regan tiba tiba melepaskan tautan bibirnya dan mendorong tubuh Sri yang tau tau sudah berada di pangkuannya.

"Maaf, aku tidak bisa!" Ujar regan seraya menjauhkan tubuh Sri dari dirinya dan dia bangkit dari tempat duduknya.

"Kenapa? Apa yang salah? Bukankah aku di beri segala kemewahan ini dan di jadi kan wanita simpanan mu untuk menjadi pemuas mu? Atau aku tidak menarik untuk mu?" Tanya Sri sedikit berapi api, harga dirinya yang sudah dia gadai pada Regan kini merasa tersakiti akibat sikap Regan yang menolak dirinya.

"Bukan seperti itu, kamu cantik, kamu menarik, tidak ada yang salah dengan mu, itulah yang menjadi pertimbangan ku saat memutuskan untuk menjadikan mu sebagai wanita ku. Tapi,,," ucapan Regan terjeda, dia seperti sedang kebingungan mencari kata-kata yang pas untuk dia sampaikan pada Sri agar gadis itu mengerti namun sekaligus tidak menyakitinya.

"Lalu kenapa? Kenapa kamu tidak pernah menyentuh ku? Itu membuat ku merasa buruk." Kejar Sri.

"Karena aku mencintai istri ku yang telah berselingkuh di belakang ku, aku pikir aku bisa membalas perbuatannya dengan mencari wanita lain untuk membalas apa yang di lakukannya pada ku, namun nyatanya aku selalu merasa bersalah padanya saat aku berdekatan dengan mu, katakan saja aku bodoh, karena kenyataannya aku masih mengharapkan istri ku kembali ke pelukan ku." Jujur Regan.

Air mata mulai meleleh di pipi mulus Sri, hati gadis yang tengah jatuh cinta itu seketika hancur berkeping keping saat mendengar pengakuan jujur Regan yang ternyata hanya menjadikannya alat untuk balas dendam pada istrinya yang berkhianat, bahkan lebih parahnya Regan cinta mati pada sang istri dan masih mengharapkannya meski telah di khianati.

"Baiklah kalau begitu, aku rasa tidak ada gunanya kamu mempertahankan ku di sini, karena yang kamu inginkan istri mu, dan aku hanya membuat mu merasa bersalah terhadap istri dan pernikahan mu, aku akan pulang ke desa saja dan mengembalikan semua yang kamu berikan pada ku, terimakasih sudah memberi kebahagiaan selama satu bulan ini, membuat aku merasakan semua hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, termasuk cinta." Ujar Sri dengan suara yang tercekat menahan sakit di tenggorokannya.

"Cinta?" beo Regan.

"Ya, aku jatuh cinta pada mu Mas, terdengar konyol ya, tapi itu yang aku rasakan." Sri tertawa getir dalam deraian air matanya yang tidak kunjung berhenti menetes.

"Ya Tuhan, maaf jika membuat mu merasa kecewa. Tapi aku tidak bisa membalas cinta mu, dan aku hargai keputusan mu untuk kembali ke desa, aku tidak akan menahannya, kamu tidak perlu mengembalikan semua yang aku berikan pada mu, termasuk apartemen ini, aku bisa menggantinya dengan uang sebagai gantinya dan bisa kamu jadikan modal untuk membuka usaha di desa." Regan terlihat merasa bersalah karena dirasa telah mempermainkan perasaan gadis sepolos Sri.

"Tidak, aku mungkin hanya akan meminta ongkos untuk pulang saja, aku tidak mau ada kenangan apapun tentang kamu mas, ini semua sudah cukup buat ku. Besok pagi aku pulang." tolak Sri, sementara Regan hanya bisa mengangguk pasrah menyetujui apapun keinginan Sri, gadis yang selama satu bulan ini menghiasi harinya itu, sebenarnya telah berhasil mengisi kekosongan hatinya yang terasa hampa selama satu tahun belakangan ini, namun rasa cintanya untuk Karina masih terasa begitu besar dan belum bisa dia hilangkan begitu saja.