NovelToon NovelToon
Hak Milik Yang Ternoda

Hak Milik Yang Ternoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

SIPNOSIS:
Kenneth Bernardo adalah pria sederhana yang terjebak dalam ambisi istrinya, Agnes Cleopatra. demi memenuhi gaya hidupnya yang boros, Agnes menjual Kenneth kepada sahabatnya bernama, Alexa Shannove. wanita kaya raya yang rela membeli 'stastus' suami orang demi keuntungan.

Bagi Agnes, Kenneth adalah suami yang gagal memenuhi tuntutan hidupnya yang serba mewah, ia tidak mau hidup miskin ditengah marak nya kota Brasil, São Paulo. sementara Alexa memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan suami demi memenuhi syarat warisan sang kakek.

Namun, kenyataan tak berjalan seperti yang Agnes bayangkan, setelah kehilangan suaminya. ia juga harus menghadapi kehancuran hidupnya sendiri-dihina orang sekitarnya, ditinggalkan kekasih gelapnya uang nya habis di garap selingkuhan nya yang pergi entah kemana, ia kembali jatuh miskin. sementara Alexa yang memiliki segalanya, justru semakin dipuja sebagai wanita yang anggun dan sukses dalam mencari pasangan hidup.

Kehidupan Baru Kenneth bersama Alexa perlahan memulihkan luka hati nya, sementara Agnes diliputi rasa marah dan iri merancang balas dendam, Agnes bertekad merebut kembali Kenneth bukan karena haus cinta tetapi ingin menghancurkan kebahagiaan Alexa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HMYT-20

Rerry Pulang ke Rumah Pintu rumah terbuka dengan suara pelan, memperlihatkan sosok Rerry yang masuk dengan langkah santai namun penuh perhitungan. Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya, dan dia tampak lelah.

Di ruang tamu, Vienna sedang duduk dengan tenang, mengenakan gaun santai berwarna abu-abu lembut yang memantulkan cahaya lampu temaram. Rambutnya tergerai, dan di tangannya ada sebuah buku yang tidak dibacanya. Dia menatap Rerry begitu pria itu masuk, matanya penuh dengan sorot tajam yang nyaris menusuk.

"Bagaimana harimu?" tanyanya, suaranya lembut tapi tetap penuh kendali. Setelah menunggu sejenak, dia melanjutkan, "Kau sudah bersamanya selama tiga malam, kan? Apa yang kau rasakan?"

Rerry melepas jaketnya dan melemparkannya ke sofa, lalu menghela napas panjang. "Sangat menyenangkan. Agnes benar-benar mempercayaiku. Malah lebih dari yang seharusnya."

Vienna tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Bagaimana rencananya? Berhasil?" tanyanya lagi dengan nada yang lebih serius.

"Ya, lumayan. Pokoknya begitu. Dia bahkan mulai bicara lebih banyak soal keluarganya, termasuk hal-hal pribadi yang dia percaya hanya aku yang tahu."

Percakapan yang Semakin Mendalam

Vienna memiringkan kepalanya sedikit, menatap Rerry dengan senyum yang sulit ditebak. "Kau sudah bersamanya selama dua tahun, kan?"

Rerry menatapnya, lalu duduk di sofa dengan malas. "Ya. Dua tahun, dan dia tidak pernah sekalipun curiga. Dia percaya aku sepenuhnya. Kau tahu, aku hampir merasa seperti... aku benar-benar mencintainya."

Vienna terkekeh pelan, nada tawanya penuh ironi. "Perasaan, ya? Itu hal yang menarik, Rerry. Selama dua tahun, apa kau tidak pernah bertanya-tanya mengapa aku memilihmu untuk tugas ini?"

Rerry menatap Vienna, matanya menyipit. "Tugas ini?"

Vienna berdiri perlahan, berjalan mendekati jendela. "Ya, Rerry. Kau pikir ini hanya tentang Agnes? Ini lebih besar dari itu. Aku memintamu karena aku tahu kau bisa memainkan peran ini dengan sempurna. Dua tahun bersamanya, dan kau berhasil mempelajari semuanya—kelemahannya, kekuatannya, bahkan mimpinya."

Rerry menggertakkan giginya, terlihat sedikit terganggu. "Kau bilang ini hanya tentang keluarganya. Tentang koneksi dan keuangannya."

Vienna berbalik, menatapnya dengan tatapan yang lebih tajam. "Itu bagian dari rencana, Rerry. Tapi yang lebih penting, Agnes adalah kunci untuk sesuatu yang lebih besar. Dan kau tahu itu. Jadi, jangan biarkan perasaan bodoh menghalangi kita."

Vienna yang Penuh Teka-Teki

Rerry menggelengkan kepalanya. "Kadang aku bertanya-tanya, siapa kau sebenarnya, Vienna? Apa yang sebenarnya kau kejar?"

Vienna tersenyum samar, lalu mendekatinya. "Aku sudah bilang, kau tidak perlu tahu segalanya. Yang perlu kau tahu adalah rencana kita hampir selesai. Dan kau, Rerry, adalah bagian terpenting dalam rencana ini."

"Dan kalau aku tidak mau melanjutkan?" tantang Rerry.

Vienna berhenti, matanya berkilat dingin. "Kau akan melanjutkan. Karena kau tahu aku selalu memegang kendali. Dan karena kau tahu, pada akhirnya, kau juga akan mendapatkan bagianmu."

Rerry terdiam, menyadari bahwa Vienna tidak pernah meninggalkan ruang untuk penolakan.

Vienna kemudian mengambil sebuah map dari meja, menyerahkannya pada Rerry. Map itu penuh dengan dokumen, foto, dan catatan detail tentang Agnes. Rerry membuka beberapa halaman, melihat informasi yang bahkan dia sendiri tidak tahu meskipun sudah bersama Agnes selama dua tahun.

"Apa semua ini?" tanyanya.

Vienna tersenyum. "Detail yang tidak kau perhatikan. Itulah sebabnya aku ada di sini, Rerry. Aku melihat apa yang kau lewatkan. Agnes adalah pintu masuk kita ke sesuatu yang lebih besar. Dan ketika waktu itu tiba, kita akan mengambil semuanya."

Rerry membaca lagi, rahangnya mengencang. "Ini lebih besar dari yang kau katakan sebelumnya. Apa sebenarnya yang kau inginkan darinya?"

Vienna tidak menjawab langsung. Sebaliknya, dia membungkuk mendekati Rerry, membisikkan sesuatu yang tidak terdengar jelas. Wajah Rerry berubah, tetapi dia tidak mengatakan apapun.

Rerry bersandar di sofa, wajahnya terlihat lelah namun penuh amarah yang terpendam. Dia mengarahkan pandangan tajam ke Vienna yang berdiri di dekat jendela, siluetnya tampak anggun dalam cahaya temaram.

"Sampai kapan aku harus seperti ini, ha?" tanyanya dengan nada tajam, namun dengan kelelahan yang jelas terasa. "Aku lelah, Vienna. Dua tahun! Dua tahun aku memainkan peran ini. Apa kau pikir aku tak punya batas?"

Vienna, yang selama ini selalu tampak tenang, berbalik menghadapnya. Ada senyum kecil di sudut bibirnya—senyum yang membuat suasana semakin mencekam. Dia berjalan perlahan mendekati Rerry, setiap langkahnya seolah menekan beban di udara.

"Sampai waktu yang kutentukan," jawabnya dengan suara tenang namun dingin. "Sebentar lagi semuanya akan berakhir. Kau tenang saja."

Rerry menghela napas, mencengkeram lengan kursinya. "Dan setelah itu? Apa yang kau rencanakan, Vienna? Apa kau akan melepaskanku seperti yang kau janjikan?"

Vienna berhenti di depannya, menatapnya dengan mata yang penuh kendali. Dia menyentuh dagunya dengan jari-jari lentiknya, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Setelah itu, aku akan melepaskan perjanjian kita. Semuanya selesai. Tapi sampai saat itu, kau harus tetap di sisiku."

Vienna berbalik, kembali memandang keluar jendela, seolah sedang mengamati sesuatu yang jauh di luar sana. Tapi sebenarnya, pikirannya terfokus pada rencananya yang besar—rencana yang perlahan-lahan mulai terungkap, meskipun hanya untuk dirinya sendiri.

Dia berbicara dengan nada rendah namun penuh kekuatan, lebih kepada dirinya sendiri daripada Rerry.

" Karena... keluarga itu telah merusak terlalu banyak. Membusuk dari akar hingga daunnya. Tapi sebentar lagi, aku akan membuat mereka hancur. Sehancur-hancurnya. Menjadi lebur hingga tidak ada yang tersisa."

" Siapa yang kau maksud? Agnes atau suaminya"

Rerry menatap Vienna dengan mata penuh kebingungan dan ketegangan. "Apa sebenarnya yang kau kejar, Vienna? Apa ini hanya tentang balas dendam?"

Vienna tertawa kecil, tapi tawanya tidak menunjukkan kebahagiaan. Dia menoleh, menatap Rerry dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Balas dendam itu hanya permulaan, Rerry. Ini tentang menyelesaikan sesuatu yang dimulai jauh sebelum kau dan aku ada. Sesuatu yang hanya aku yang mengerti."

Rerry menunduk, menggenggam tangannya dengan erat. "Kau berbicara seolah aku hanya alat bagimu. Tapi kau lupa, Vienna. Aku juga punya batas."

Vienna mendekat lagi, menunduk sedikit sehingga wajah mereka hampir sejajar. "Dan kau juga lupa, Rerry. Tanpa aku, kau bukan apa-apa."

Rerry menahan napas, merasakan kemarahan yang bercampur dengan ketertarikan aneh terhadap wanita di depannya. Vienna bukan hanya sekadar rekan atau pasangan. Dia adalah teka-teki, badai yang tak bisa diprediksi.

Vienna kemudian mengambil map lain dari meja, membuka lembaran-lembaran rencana yang terperinci. Foto-foto Agnes, dokumen keuangan keluarga, dan catatan-catatan penting yang menunjukkan kelemahan mereka semua tersusun rapi.

"Kita hampir sampai," ucap Vienna dengan nada puas. "Begitu kita menarik semua yang kita butuhkan,Agnes  tidak akan bisa bertahan. Mereka akan runtuh, tidak hanya secara finansial, tetapi juga secara sosial. Dan aku akan memastikan setiap orang tahu siapa yang bertanggung jawab."

Rerry memandangnya dengan ragu. "Kau bilang ini akan selesai tanpa terlalu banyak kerusakan."

Vienna menatapnya dengan senyum yang kini terlihat lebih mengancam.

"Aku tidak pernah berjanji soal itu, Rerry. Yang aku janjikan hanyalah bahwa kau akan bebas. Dan kau tahu, aku selalu menepati janjiku."

Rerry merasa seperti terjebak dalam pusaran yang tak bisa dia kendalikan. Tapi dia juga tahu, meskipun dia ingin keluar, dia tidak bisa begitu saja melepaskan diri dari Vienna. Karena di balik semua itu, ada bagian dirinya yang masih ingin melihat rencana ini selesai—dan menyaksikan dunia Karnas runtuh seperti yang Vienna janjikan.

"Kau akan mengerti, Rerry. Pada akhirnya, kau akan melihat mengapa aku melakukan ini. Dan ketika itu terjadi, kau akan berterima kasih padaku."

1
Dinar
kakak aku kirim dua mawar 🌹 sebagai pengantar cinta dari Kenneth untuk istri barunya
Tiramisyuu
kak cover kita sama wkwk , tp untuk ceritaku di platform sebelah
Adelita0305: Oke deh kak
Tiramisyuu: judulnya Kubalas Penghianatan Sahabatku , ada di platform Fi**o hihi .
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!