Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab
Alisa sampai di halaman rumah ke dua orang tuanya, dia menarik nafas berat, sejujurnya dia tidak ingin membuat orang tuanya bersedih, namun klau dia berbohong mungkin orang tuanya akan semakin bersedih.
Tok...
Tok...
Tok....
Alisa mengetuk pintu rumah orang tuanya.
"Tunggu sebentar!" teriak orang di dalam sana.
Terdengar bunyi anak kunci di putar dari dalam sana.
Ceklek..
Pintu terbuka dan menyumbul lah kepala sang ibu dari balik pintu sana.
"Alisa, kamu pulang nak?" tanya sang ibu berbinar.
"Assalam mu'alaikum, bu." ujar Alisa meraih tangan sang ibu dan menciumnya penuh takzim.
"Waalaikum salam, sayang. Kamu sama siapa? kenapa bawa koper? kamu mau pergi kemana nak?" tanya sang ibu beruntun, biasanya klau Alisa datang pasti bersama suaminya dan kali ini sang anak datang sendiri dan membawa koper, membuat hati sang ibu mulai gelisah dan bertanya tanya.
"Apa aku boleh masuk dulu bu, nanti di dalam aku akan ceritakan." ucap Alisa berusaha tegar dan tidak menangis di hadapan sang ibu.
"Ayo... Masuk nak." ujar bu Lastri, membuka pintu lebar lebar, agar sang anak bisa masuk ke dalam rumah.
"Siapa yang datang, bu..." tanya pak Rian kepada sang istri, dia belum melihat keberadaan anaknya.
"Alisa, Yah." sahut bu Lastri.
Mata pak Rian berbinar, mendengar nama putri semata wayangnya di sebut.
"Mana Alisa?" tanya pak Rian penuh semangat.
"Yah, Lisa di sini." seru Alisa di belakang sang ibu.
"Lisa, anak ayah pulang." ujar pak Rian merentangkan tangannya agar sang anak masuk ke dalam pelukannya.
Tanpa di minta dua kali, Alisa lansung berhambur ke dalam pelukan sang ayah, memang itu yang dia butuhkan saat ini, pelukan dari cinta pertamanya itu, untuk menumpahkan rasa sakit di dadanya, namun dia tidak ingin memperlihatkan air matanya di depan orang tuanya itu, takut ibu dan ayahnya akan ikut bersedih.
"Ada apa nak, bicaralah sama ayah, jangan di tahan sendiri." ujar pak Rian seolah tau apa yang di rasakan oleh sang anak.
Alisa melepaskan pelukannya dari sang ayah.
"Yah, bu, Lisa mau bicara sama ayah dan ibu, tapi... Ayah sama ibu janji ngak akan marah." ujar Alisa sendu.
"Bicaralah nak, apa pun itu, ayah tidak akan marah sama kamu." ujar pak Rian meyakinkan sang anak.
"M-mm... Yah, bu, masa lalu mas Rafael telah kebali." ujar Alisa pelan dan masih bisa di dengar oleh ke dua orang tuanya.
Deg....
Jantung bu Lastri lansung berdetak lebih kencang, apa hubungan anaknya akan berakhir, kasihan sekali anaknya itu.
Pak Rian pun tak kalah terkejut, sakit sungguh sakit hatinya melihat anaknya itu, andai waktu itu dia tidak sakit, pasti tidak akan membuat posisi anaknya seperti saat ini.
"Maafkan ayah nak." ucap pak Rian berkaca kaca.
"Kenapa ayah minta maaf, ini bukan salah ayah." kaget Alisa.
"Andai waktu itu ayah tidak sakit, pasti kamu tidak akan mau menerima penawaran yang orang itu tawarkan, tapi... karena ayah kamu jadi menderita seperti ini." lirih pak Rian.
"Ayah, ayah ngak boleh bicara seperti itu, semua sudah takdir kita seperti ini yah, tidak ada yang perlu di sesali, kita jalani saja hidup ini dengan ikhlas." ujar Alisa yang tidak ingin sang ayah menyalahkan dirinya.
"Andai waktu itu aku tidak bertemu dengan dia, mungki sekarang aku dan ibu sudah tidak bertemu ayah lagi, andai waktu itu aku tidak bertemu dia, mungkin saat ini aku tidak akan bisa meraih cita cita Lisa jadi seorang dokter, jadi ada anggap saja semua sudah jadi takdir Lisa seperti ini." ujar Lisa.
Sungguh pak Rian dan bu Lastri menatap kagum kepada sang anak, alih alih menyalahkan pak Rian dan menyalahkan takdir, justru anaknya selalu berfikir positif dengan apa yang terjadi dalam hidupnya, tidak menyalahkan siapa siapa dalam hidupnya.
"Apa kamu di usir dari rumah itu nak?" tanya Bu Lastri.
Alisa hanya tersenyum simpul, mungkin sebentar lagi aku akan menjadi janda bu." ucap Alisa.
"Maaf..." pak Rian kembali meminta maaf.
"Jangan minta maaf terus, Yah." oceh Alisa.
Pak Rian dan bu Lastri menatap anak satu satunya dengan tatapan sendu.
"Tapi Yah, bu, sebenarnya aku sekarang sedang berbadan dua, di sini" menunjuk perut ratanya " ada calon cucu ibu dan ayah." jujur Alisa.
"Haaa.... Benarkah, nak!" pekik bu Lastri dan pak Rian.
"Mm...." angguk Lisa.
"Tapi aku tidak mau mereka tau yah, bu, aku akan membawa anakku pergi dari kota ini, hanya ini satu satunya yang aku punya." terang Alisa.
"Baiklah, ibu dan ayah akan mengikuti kemauan mu, kami akan ikut kemana kamu pergi." ujar pak Rian.
"Ehh... Tapi bagaimana dengan usaha, ayah di sini?" kaget Rian.
"Besok pagi Ayah akan memulangkan rumah dan toko itu kepada mereka, karena semua adalah pemberian mereka, beruntungnya selama ini ayah selalu menyisihkan bagian ayah, sebagai kerja keras ayah membangun toko itu, jadi ayah tabungan untuk pergi dari kota ini." ujar sang ayah.
"Kita pulang ke kota xx, di sana masih ada rumah orang tua ibu di sana, tapi... Bagaimana dengan kerjaan kamu, nak?" tanya bu Lastri.
Alisa mengangguk setuju dengan ucapan sang ayah dan ibunya, rumah ini bukan lagi milik mereka, dulu memang rumah ini milik mereka, namun saat ayahnya sakit rumah ini di gadai ke bank oleh sang ibu, untuk pengobatan sang ayah, setelah dia menikah dengan Rafael, rumah itu di tebus oleh rafael dan di renovasi menjadi hunian yang bagus, dan Rafael juga membukakan orang tuanya toko sembako yang lumayan rame di daerah itu, itu bukan hak mereka lagi, Alisa setuju ayahnya mengembalikan rumah dan toko itu kepada Rafael, dia akan mengubur semua tentang Rafael kecuali anak yang ada di dalam kandungannya, dia tidak akan pernah memberi tahu keberadaan anak itu kepada ayah kandungnya, dan dia akan ikut pindah ke kota xx bersama orang tuanya, agar jauh dari orang orang yang telah menyakitinya.
"Alisa akan mengundurkan diri besok bu, klau dapat secepatnya kita pindah dari sini, Alisa tidak mau berlama lama tinggal di sini." ujar Alisa.
"Baiklah, besok setelah ayah dan ibu menyerahkan rumah dan toko ini kepada mereka, dan kamu mengundurkan diri ke rumah sakit, setalah itu kita lansung pergi dari kota ini." ujar sang ayah yang juga tidak ingin berlama lama tinggal di rumah yang membuat anaknya hancur itu.
"Baiklah... Sebaikanya kita beres beres dulu, bawa apa yang menjadi hak kita saja, tinggal semua yang bukan milik kita." ujar sang ibu.
"Aku bantu bu." ujar Alisa, walau sebenarnya Alisa dan ke dua orang tuanya ingin menangisi nasib hidupnya, namun itu semua tidak akan ada gunanya.
"Ayo... Kita lakukan bersama, biar cepat dan istirahat." ajak pak Rian.
Ke tiga orang itu mulai bergerak mengambil barang barang yang mereka beli dengan uang sendiri, tanpa mau membawa apa yang di belikan oleh keluarga Rafael, perhiasan perhiasan yang di belikan oleh Rafael pun di tinggal oleh bu Lastri, dia hanya mengambil perhiasan nya yang di belikan oleh anak dan suaminya saja, selebihnya dia tinggalkan di dalam lemari itu.
"Sudah rapi?" tanya pak Rian.
"Sudah Yah." sahut ke dua orang yang sangat di cintai oleh pak Rian itu.
"Klau sudah, mari kita beristirahat, biar besok tidak kesiangan." ajak pak Rian.
Bersambung...
Hallo.... Kesayangan mamak, mamak hadir dengan cerita baru nih, jangan lupa like komen dan vote ya...😘😘😘
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe