NovelToon NovelToon
ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Orang bilang punya istri dua itu enak, tapi tidak untuk Kelana Alsaki Bragha.
Istrinya ada dua tapi dia tetap perjaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

“Minum dulu, Bang.”

Bening memberikan segelas air putih untuk suaminya. Ia sudah mengajak Kelana masuk ke dalam kamar, setelah menyuruh semua temannya pulang karena mereka banyak bertanya tentang siapa Kelana yang berani memeluknya.

“Makasih.”

Kelana meneguk air putih hingga tenggorokan yang sakit itu terbasahi. Sebenarnya ia gengsi untuk menangis, namun tangisannya itu pecah lagi meskipun tanpa suara.

“Om, sebenarnya Abang kenapa?”

“Kamu niat panggil om atau Abang, sih?” tanya Kelana, lantas mengelap ingusnya.

“Maaf, Bang. Belum terbiasa. Memangnya Abang kenapa bisa nangis gini?”

“Tolong jangan bilang siapa-siapa kalau saya nangis, bahkan ibu pun nggak boleh tau. Saya malu nangis di depan orang.”

“Memangnya aku bukan orang?”

“Ya kamu orang, tapi kamu kan istri saya. Entah kenapa saya nggak malu kalau nangis di depan kamu. Lagian salahin aja hati saya, kenapa rasanya sesakit ini? Salahin juga mata saya, kenapa jadi banci begini?” Kelana pun menangis hingga bersuara sampai ingusnya ke mana-mana.

“Udah, Bang. Jangan nangis lagi. Mendingan Abang cerita, sebenarnya kenapa Abang nangis? Siapa tau sedih Abang berkurang kalau cerita.” Bening mengambil tisu, lantas mengelap ingus Kelana yang hampir masuk ke mulut.

“Ternyata Dara beneran pernah diper-kosa. Saya sempat kasian sama dia, tapi saya mergokin dia sama sahabat saya. Dan ternyata Dara itu memang selingkuh di belakang saya, tapi yang lebih sakit, pacar Dara itu ternyata sahabat dekat sayaaaaaa ....”

“Cup – cup – cup.” Bening menepuk-nepuk pundak Kelana berharap suaminya tenang, namun ia sudah mengerti mengapa Kelana menangis dan sudah memaklumi.

“Ngapain kamu tepuk-tepuk saya kayak tepuk pantat bayi? Ditepuk-tepuk rasanya malah makin sakit ... (SROOOOOT!)” Kelana meniup ingusnya sampai habis, namun tak bisa meniup air matanya agar habis juga.

“Maaf kalau malah bikin tambah sakit, aku tau kok perasaan Abang lagi sakit. Aku cuma pingin Abang tenang, kalau gitu mau peluk aja?” Bening menyodorkan ke dua tangannya.

Kelana pun memeluk Bening lagi hingga menumpahkan semua rasa sakit hatinya.

Bening mengusap-usap punggung Kelana di dekapannya. “Yang sabar ya, Bang. Hidup itu memang banyak cobaan, kalo nggak mau diuji, mendingan Abang mati.”

“Kamu nyumpahin saya mati?”

“Bukan gitu, Bang. Kalau Abang mau tetap hidup, ya Abang harus mau menerima cobaan hidup. Hidup itu kayak ban berputarnya, Bang. Kadang di atas kadang di bawah, tapi kalau enggak ke atas-atas mungkin ban Abang lagi kempes.”

“Harus dikompa dong?”

“Ya iya, dikompanya itu dengan semangat dan ikhtiar. Kalau bannya udah nggak kempes, baru deh Abang bisa ke atas lagi.”

“Makasih kata-kata penenangnya.” Kelana menghentikan tangisannya, dan baru sadar kalau bannya memang harus tetap berputar walaupun sudah berhenti karena bocor.

“Sama-sama, Bang. Intinya Abang harus tetap semangat dan jalani apa pun yang sedang terjadi di hidup Abang. Aku siap jadi pendengar untuk Abang kok, kalau punya masalah apa-apa jangan dipendam sendiri, aku nggak mau suami aku gila.”

“Memangnya kamu nganggap saya suami?”

“Ya memang kenyataannya Abang suami aku, kan?” Bening mempererat pelukannya.

**

**

**

[Senangnya dalam hati ... Kalau beristri duaaa ... Seperti, duniaaaa ana yang punya ... Kepada istri tua –]

Bunyi ringtone telepon itu membangunkan Kelana yang sedang pulas tidur dari sore sampai malam. Pria itu meraba-raba kasur untuk mencari ponsel yang masih menyanyikan lagu Ahmad Dani, mata kantuknya pun melebar saat melihat kontak dengan nama ‘Adipati Laskar Hariri’.

“Ngapain ni orang nelepon? Sejak kapan juga nada deringku nggak digetarain?” gumam Kelana di tengah lagu Ahmad Dani yang masih berdendang.

“Apa?” Kelana mengangkat telepon itu dengan nada malas.

[Tumben jawabnya gitu? Biasanya ‘Halo Brooo’,] ucap Adipati.

“Nggak usah banyak basa-basi, mau apa kamu telepon saya?”

[Kamu kenapa, Bro? Lagi ada masalah?]

“Tho the point.”

[Oke, saya cuma mau ngasih tau kalau saya udah berhasil bujuk om saya yang sutradara itu. Katanya kamu tinggal bawa aja talent kamu ke lokasi syuting minggu besok. Kalau memang talent kamu masuk kriteria, mungkin akan diterima karena memang lagi butuh peran pembantu antagonis.]

“Oke.”

[Nanti saya share lokasi.]

[KLIK!] Kelana memutus panggilan.

“Ternyata sahabat adalah maut itu ada. Adipati memang punya muka dua. Di depan manis banget kayak permen karet. Giliran udah di belakang malah jadi tusuk sate. Jadi selama ini dia ketawa kalau aku curhat punya masalah sama Dara? Atau jangan-jangan dia nyumpahin putus juga?”

KLUNG!

[Kamu kenapa sih Bro? Marah sama saya?] Pesan Adipati.

KLUNG!

[Ini lokasi syutingnya.] Adipati share location.

Kelana tak ingin berurusan apa pun dengan Adipati hingga memilih mengabaikan pesannya. Ia bersikap ‘Cukup tau’, dan memilih silent treatment.

“Udah bangun, Bang?” Bening masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi makanan.

“Kelihatannya?”

“Udah bangun, kalau gitu Abang makan dulu. Dari tadi Abang tidur mulu.”

“Saya nggak laper, Bening. Napsu makan saya lagi buruk, mendingan kamu pijitin saya aja.”

Bening meletakan makananya, lantas menghampiri suaminya yang sedang acak-acakan di atas tempat tidur, bahkan masih menggunakan pakaian kantor.

“Apanya yang mau dipijit?” tanya Bening.

“Ini.” Kelana menunjuk punggungnya, hingga berakhir tengkurap ingin dipijiti.

“Kalau udah kupijit, Abang janji harus makan, ya?”

“Oke.”

Bening mulai memijiti punggung Kelana dengan wajah riangnya, namun entah mengapa ia jadi kecanduan dan suka melayani suaminya seperti raja, sekaligus merasa kasihan pada Kelana yang dihianati pacar sekaligus sahabatnya.

“Enak nggak, Bang?” Bening memijit tengkuk Kelana dengan satu tangan.

“Enak banget.” Kelana sampai merem melek karena pijitan Bening bisa merenggangkan otot-ototnya yang tegang.

“Mas –“

Kelana mendengar suara Kadara masuk ke kamar itu, namun pria itu enggan mengangkat kepala untuk sekedar menoleh. Bahkan Kelana lebih memilih memejamkan mata lagi ingin khusuk merasakan pijatan Bening.

“Bening, aku ikut mijitin Mas Kelana juga, ya. Kamu pijit sebelah situ, aku pijit sebelah sini.” Kadara menunjukkan punggung Kelana yang sebelah kiri.

“Boleh, Mbak,” sahut Bening yang tak berhenti memijiti tengkuk.

“Mas, kamu belum makan?” Kadara melihat piring makanan yang isinya masih utuh.

“Belum, Mbak. Bang Kelana mau dipijitin dulu, baru mau makan,” sahut Bening, sesekali melirik dada Kadara yang besar dan tampak belahannya, berbanding terbalik dengan dadanya yang biasa saja.

“Bang? Kamu panggil Mas Kelana Abang?”

“Iya, Mbak. Kata ibu biar lebih hormat dan sopan.” Bening melihat garis bekas tangisan di wajah Kadara.

“Oke, nggak papa. Aku panggil Mas, kamu panggil Abang, semoga kita bisa jadi istri yang baik untuk suami kita, ya?”

Bening mengangguk dengan senyuman.

“Mas?” Kadara mencium pipi Kelana, hingga membuat Bening memalingkan muka. “Kamu kenapa diem aja, Mas? Kamu masih marah sama aku?”

Kelana tetap silent treatment dan enggan membuka mata.

“Mas, maafin semua kesalahanku, ya? Aku udah pikirkan langkah apa yang akan aku ambil untuk penyakit aku. Mulai besok aku mau berobat.”

“Memangnya penyakit Mbak bisa sembuh?” tanya Bening.

“Mungkin bisa, tapi aku belum tau pasti karena belum konsul ke dokter. Tapi by the way, kamu udah tau penyakit aku, Bening?”

“Udah, Mbak. Bang Kelana yang cerita.”

Kelana bangkit dari tengkurapnya di tengah obrolan ke dua istrinya yang tampak akrab. Ia enggan menatap Kadara, hingga fokus menatap Bening.

“Saya mau makan, Bening.”

“Oke, Bang.” Bening mengambil makanan di meja belajarnya. “Nih.” Lanjut menyodorkan piringnya.

Kelana enggan menerima piring itu dan tetap menatap Bening dengan mata sayunya. “Suapin.”

“Disuapin sama aku, atau Mbak Dara?”

“Sama kamu.”

“Oke.”

Bening menyendok makannya dan mulai menyuapi Kelana yang sedang tak napsu makan.

“Aku juga mau siapin kamu, Mas.” Kadara menusuk tempe mendoan menggunakan garpu, dan menyodorkan tempe yang sudah dicocol sambal itu ke bibir Kelana.

“Aaa?” Bening menyodorkan sendok berbarengan dengan tempe mendoan Kadara.

Namun Kelana lebih memilih melahap makanan dari bening, dan mengabaikan suapan dari Kadara tanpa ekspresi.

“Mas, kamu kenapa jadi diem begini? Kamu lagi silent treatment? Kamu lagi marah besar kah sama aku?” Kadara sudah mengetahui sifat Kelana yang selalu silent jika sedang marah besar.

“Udah, Bening. Saya udah kenyang.” Kelana yang wajahnya pucat itu pun mendorong pelan piring yang dipegang Bening, cara bicaranya pun sangat lemah seperti orang yang sedang kena flu burung.

“Mas –“ Kadara langsung menoleh ke arah pintu karena Dewi masuk ke kamar itu, di tengah Bening yang meletakan piring di atas nampan.

“Bu, ngapain ibu ke sini?” tanya Kadara.

“Bu Dewi belum pulang?” tanya Kelana.

“Belum, ibu mau menginap di sini. Ibu cuma ingin lihat keadaan kamu yang dari pulang kerja nggak keluar-keluar kamar. Kamu kenapa, Kelana? Sakit?” tanya Dewi.

“Ya,” sahut Kelana. “Sakit Hati.”

“Sakit hati kenapa? Apa putri ibu menyakiti kamu?”

Kelana silent treatment lagi.

“Dara, kamu apain suami kamu?” tanya Dewi.

“Aku nggak ngapa-ngapain, Bu. Aku juga nggak tau kenapa Mas Kelana jadi diam gini,” sahut Kadara.

“Kelana, tolong maafkan putri ibu kalau Dara punya kesalahan, ya. Ibu tau, pasti kamu nggak terima karena harus menerima istri yang udah nggak perawan, ibu juga minta maaf karena selalu diam. Ibu dipaksa tutup mulut oleh mantan direktur Kadara itu.”

“Nggak usah dibahas lagi, Bu,” sahut Kelana dengan mimik tak bergairah melanjutkan hidup.

“Ibu cuma merasa bersalah, Kelana. Ibu nggak mau kamu tinggalin anak ibu. Ibu udah sayang sama kamu seperti anak ibu sendiri. Bahkan cuma kamu yang selalu membantu keluarga kami.”

“Bapak mana?” Kelana tampak tak suka dengan topik pembicaraan.

“Bapak lagi ngojek, ibu suruh bapak kerja biar nggak kecanduan judi online lagi. Ibu pusing sama bapak kamu yang berhutang sana sini cuma buat judol, bahkan ibu nginep di sini pun karena udah capek didatengin depkolektor yang nagih hutang bapak.”

Kelana tak menanggapi curhatan mertuanya dengan jawaban atau ekspresi apa pun. Namun Kelana sudah tau bahwa ayah mertuanya itu memang sering main judi online hingga ibu mertuanya sering meminjam uang padanya untuk kebutuhan sehari-hari yang tak dipenuhi Rusli.

“Kelana, ibu mohon tolong jaga dan sayangin Kadara, ya. Sekarang cuma kamu yang Dara punya. Ibu nggak mau Dara kembali lagi ke lingkungan bapaknya.”

Kelana tetap tak menanggapi dengan tatapan kosong.

“Tapi ngomong-ngomong kamu siapa? Kenapa ada di kamar anak dan menantu saya?” Dewi bertanya pada Bening yang menjadi patung.

“Dia Bening, istri saya,” jawab Kelana.

“Istri?” Dewi terkejut dengan mata membola.

“Ibu ikut aku.” Kadara menarik lengan ibunya untuk keluar dari kamar Kelana.

Hening.

Hanya tersisa Kelana dan Bening di kamar itu. Bening menatap Kelana yang tak memiliki semangat hidup, Kelana pun menatap Bening yang sedang bingung.

“Sini –“ Kelana menepuk-nepuk kasur di hadapannya.

“Mau apa, Bang?” Bening duduk mematuhi perintah suaminya.

“Saya cuma butuh kamu untuk istirahat.” Kelana pun memeluk Bening sambil terpejam.

1
NT.Fa
Cerita yang sangat menarik, cerita ini bikin penasaran, baca awal jd ketagihan Goodluck
NT.Fa
aku baru tau loh...
NT.Fa
iya nih gimana sih si Kelan. td katanya Terima sekarang gk gitu. /Facepalm//Facepalm/
NT.Fa
wah ini toh yang jadi masalah nya ?
NT.Fa
wih MasyaAllah ni calon suami idaman.
NT.Fa
hahaha bener ni otak mu 🤭
NT.Fa
wih jarang bgt ya jaman sekarang ni😭
Mưa buồn
Sampai begadang buat baca ini, terbayang-bayang sampe pagi.😍
Nami/Namiko
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Tani
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!