Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Empat
Walau Ghendis telah memikirkan ini sebelum ibunya mengatakan kebenaran, tapi tetap menyakitkan mendengar ucapan itu langsung dari sang ibu.
"Katakan sekali lagi, Bu. Jadi benar aku ini bukan anak kandungmu?" tanya Ghendis dengan suara gemetar.
"Aku tak tahu ... kenapa kalian jadi menyerangku? Apa aku salah mempertahankan rumah ini? Bukankah Aksa membelinya untuk Grace?" Ibu bertanya dengan nada sedikit emosi. Sepertinya dia berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Novi, apa maksud ucapanmu tadi? Jadi Ghendis ini bukan anak kandungmu?" tanya Mama Reni dengan suara pelan, sepertinya dia menahan emosinya.
"Kalian mau tahu juga kebenarannya? Dan kamu Ghendis, apa tidak akan menyesal setelah tahu semuanya?" tanya Ibu Novi.
Ghendis menarik napas berat. Dan membuangnya lagi. Dia mencoba menatap emosi.
"Jujur lebih baik, Bu. Walau itu sangat menyakitkan bagiku," ucap Ghendis.
"Dengar baik-baik ... Kau hanyalah seorang anak yang lahir dari rahim seorang wanita pelakor! Ibumu adalah istri simpanan ayah. Bersyukur aku mau menjaga dan merawatmu dengan baik. Kurang apa lagi aku ini? Anak pelakor aku rawat dengan baik," ucap Ibu Novi.
Ghendis merasa dadanya sesak mengetahui kenyataan ini. Apa benar ibunya seorang wanita ketiga dalam rumah tangga ibu Novi, wanita yang selama ini dianggapnya sebagai ibu kandung.
"Ibu pasti bohong. Semua ini Ibu katakan hanya karena ingin menyakiti hatiku saja, bukan?" tanya Ghendis dengan air mata yang membasahi pipinya.
Alice yang melihat miminya menangis lalu mendekati gadis itu, dia menghapus air matanya. Bocah itu juga mengecup kedua pipi Ghendis.
"Kenapa aku harus berbohong? Bukankah kau sering bertanya kenapa aku selalu memperlakukan kamu dan Grace beda? Inilah jawabannya. Karena kau lahir dari wanita yang paling aku benci. Aku sering bertanya, kenapa harus Grace anakku yang Tuhan ambil, kenapa bukan kau saja? Kau yang hanya menjadi beban bagiku! Setiap hari aku harus menahan sakit hati ini saat melihatmu. Aku selalu saja ingat ibumu setiap aku tatap wajahmu!" ucap Ibu Novi dengan emosi.
Semuanya terdiam, tak bisa berkata apa pun. Aksa dan Mama Reni masih syok mendengar penjelasan dari Ibu Novi. Walau mereka telah menduga jika Ghendis itu bukan anak kandungnya Ibu Novi, tapi tetap saja mereka terkejut.
"Aku rasa tak ada lagi yang ingin aku katakan. Aku hanya meminta padamu Aksa, pajang kembali foto Grace dan jangan jual rumah ini. Aku tahu sampai detik ini kau masih mencintai anakku. Jika hingga hari ini kau masih belum bisa menerima Ghendis, bagiku itu bukan salahmu. Karena cinta tak bisa dipaksakan. Apa lagi setelah kau mendengar kenyataan kalau dia hanyalah berasal dari bibit pelakor. Jika kau masih ingin menceraikan Ghendis, aku tak akan melarang," kata Ibu Novi.
Ghendis makin merasa terpuruk dan sedih mendengar ucapan ibunya. Apakah tak ada sedikitpun rasa sayangnya pada gadis itu?
Setelah mengucapkan itu, Ibu Novi langsung berjalan keluar. Tanpa pamit dia keluar.
Mama Reni mendekati menantunya itu. Dia dapat merasakan kesedihan gadis itu. Dia lalu membawa Ghendis ke dalam pelukannya.
"Ghendis, jangan bersedih, Nak. Mama hanya bisa berkata, sabar dan ikhlas. Walau sebenarnya itu sangat sulit," ucap Mama Reni.
"Aku mau ke kamar," ucap Ghendis di antara Isak tangisnya.
"Aku antar ...," balas Aksa. Dia lalu berdiri dan menggendong istrinya. Walau Ghendis sudah bisa berjalan, tapi belum normal seperti biasa.
Aksa menurunkan Ghendis ke ranjang dengan pelan. Dia lalu duduk di tepi ranjang.
"Mas, bisa tinggalkan aku sendiri," pinta Ghendis.
"Baiklah, tapi janji tidak melakukan sesuatu yang nekat!" ucap Aksa. Ghendis hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Aksa berdiri dan.meninggalkan gadis itu seorang diri. Ghendis memang membutuhkan ketenangan.
**
Ghendis terduduk dalam keheningan kamarnya yang gelap. Cahaya rembulan yang masuk melalui celah jendela hanya menyoroti wajahnya yang penuh kebingungan. Hatinya terasa berat, seakan-akan sebuah batu besar sedang dituangkan ke dalam dadanya.
Ibu nya dengan tanpa perasaan telah mengungkapkan kebenaran itu. Tidak menunggu putrinya sembuh.
Rasa terkejut dan kebingungan kini Ghendis rasakan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Selama ini, dia hidup dengan keyakinan bahwa ibunya adalah orang yang melahirkannya. Mereka selalu menjalani kehidupan seolah-olah mereka adalah satu keluarga.
Namun, perbedaan kasih sayang yang dia dapati selama ini membuat dia curiga. Dia yakin ada sesuatu yang ibunya sembunyikan.
Akan tetapi bukan berarti perkiraannya tersebut mampu mengurangi rasa sakit dan kecemasan yang tengah menyiksa jiwanya. Ia merasa hancur seakan-akan seluruh kehidupannya adalah sebuah kebohongan.
Tangis pilu pun pecah dari bibir Ghendis. Air mata tak hentinya mengalir membasahi pipinya. Dia merasa terpukul oleh sebuah kenyataan. Kesedihan yang melingkupi hatinya membuatnya terpisahkan dari dunia luar. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini, bahwa kini dia dianggap sebagai orang asing oleh ibunya sendiri.
Kurang kuat apa aku ini, Tuhan? Di hancurkan orang terdekat, sudah. Disakiti juga sering aku rasakan. Dihina juga sudah. Direndahkan juga. Dibandingkan juga pernah. Dan aku hanya bisa diam dan tersenyum. Betapa indahnya takdir mempermainkan hidupku. Aku kecewa tapi aku tidak berani pergi. Aku sakit tapi aku berusaha kuat dan sabar. Aku terluka oleh ucapannya, tapi aku berusaha diam. Aku berusaha menerima semuanya yang mereka lakukan padaku. Aku selalu berusaha terlihat baik-baik saja, walau hati ini sakit dan terluka.
...----------------...
tpi² mu saat lh menyentuh bangett
kamu keren bnget merajut kata² Thor
aa
dari awl bab kebnykn bicara dlm hati...saran y thor