NovelToon NovelToon
Fading Stitches

Fading Stitches

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Trauma masa lalu / Careerlit
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: AMDee

Alinea Prasasti, seorang gadis berusia 25 tahun yang mengidap gangguan skizoafektif akibat trauma di masa lalu, berjuang untuk menemukan jalan hidupnya. Di usianya yang tidak lagi muda, ia merasa terjebak dalam ketidaktahuan dan kecemasan, tetapi berkat dukungan sepupunya, Margin, Aline mulai membuka diri untuk mengejar mimpinya yang sebelumnya tertunda—berkarier di bidang mode. Setelah bertemu dengan Dr. Gita, seorang psikiater yang juga merupakan mantan desainer ternama, Aline memulai perjalanan untuk penyembuhan mentalnya. Memasuki dunia kampus yang penuh tantangan, Aline menghadapi konflik batin, dan trauma di masa lalu. Tapi, berkat keberanian dan penemuan jati diri, ia akhirnya belajar untuk menerima semua luka di masa lalu dan menghadapi masa depannya. Namun, dalam perjuangannya melawan semua itu, Aline harus kembali menghadapi kenyataan pahit, yang membawanya pada pengakuan dan pemahaman baru tentang cinta, keluarga, dan kehidupan.
"Alinea tidak akan sempurna tanpa Aksara..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMDee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Sebuah mobil sport hitam dengan plat nomor D 0017 WALT baru saja tiba di halaman parkir. Seorang perempuan berusia sekitar 47 tahunan keluar, dan berjalan cepat menuju pos satpam. Raut wajahnya terlihat pucat, matanya juga sudah memerah karena lelah bekerja seharian. Sudah dua hari ia tidak pulang ke asrama karena banyak sekali hal-hal yang harus dikerjakannya di rumah sakit. Namun, itu semua tidak membuatnya berhenti untuk tetap mengetuk pintu kamar berukuran 2x2 meter itu.

"Ada paket untuk saya?" tanya Dokter Gita langsung ke intinya saat ia sudah berada di pos satpam.

Satpam baru yang setiap malam bekerja untuk menggantikan ayahnya itu segera mengecek ke ruangan dan mencari-cari sesuatu di laci meja dan lokernya. "Maaf, Bu, sepertinya tidak ada."

"Belum datang, ya?"

Dokter Gita mengembuskan napas panjang, wajahnya terlihat kecewa sekali. Ia lalu berbalik dan melenggang masuk ke dalam gedung asrama yang telah ia kelola selama lima tahun ini.

Sesampainya di tangga ketiga, entah mengapa Dokter Gita berhenti di depan kamar Aline.

"Lin, ini saya, apa kamu di dalam?" tanya Dokter Gita, sambil mengetuk pintu kamar Aline pelan-pelan.

Apa mungkin Aline sudah tidur? pikir Dokter Gita.

Dokter Gita mengembuskan napas kasar. Ia menggelengkan kepalanya saat tahu tidak ada yang menjawab. Wanita yang dulu sempat berprofesi sebagai seorang perancang busana itu pun kembali melanjutkan langkah kecilnya menuju kamar paling ujung di lantai itu.

Baru saja Dokter Gita selesai membersihkan diri, dan hendak duduk di meja rias untuk memberi sedikit makanan pada kulit wajahnya sebelum ia berlalu dan meluruskan punggungnya di atas ranjang. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ponselnya.

"Tidak penting. Palingan dari operator lagi." Tebak Dokter Gita.

Meskipun demikian, dengan berat hati, tangan Dokter Gita merayap ke meja kecil di samping ranjangnya.

Dokter Gita hampir menjerit kaget saat melihat nama di layar ponselnya. Satu pesan masuk yang diterimanya ternyata bukan dari operator SIM, melainkan dari seseorang yang ia beri nama "James Born".

Wanita paruh baya itu kemudian duduk bersandar di sandaran ranjang yang empuk, membaca setiap pesan yang dikirim James Born di tengah malam seperti ini.

James Born : Bagaimana keadaan Aline?

James Born : Apakah dia baik-baik saja?

Dokter Gita mengernyit, kedua ibu jarinya menari-nari di atas tombol ponsel, membalas SMS James Born secepat mungkin.

Dokter Gita : Aline ada di kamarnya.

Dokter Gita : Lampu kamar Aline sudah dimatikan sejak saya pulang.

Dokter Gita : Mungkin dia sudah tertidur lelap.

James Born membalas pesannya dalam waktu kurang dari sepuluh detik.

James Born : Bolehkah saya minta Anda untuk memeriksa kondisi Aline sekarang? Tolong jaga dia baik-baik. Kalau bisa, jangan tinggalkan dia sendirian. Pastikan saja dia tidak terluka. Terima kasih sebelumnya.

Dokter Gita menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya karena gemas. Ia tersenyum kecil.

"Dia masih saja bertingkah seperti ini. Mengandalkan teman dekatnya untuk berbicara denganku. Padahal dia peduli pada Aline, tapi kenapa dia tidak mau menunjukkan perhatiannya secara pribadi?" Dokter Gita mendecakkan lidahnya lalu terdiam setelah membaca ulang pesannya.

"Tapi apa maksudnya? Aline terluka? Apa terjadi sesuatu yang tidak kuketahui?"

Dokter Gita memiringkan kepalanya, tanpa banyak berpikir dia langsung meraih sandal kelinci berbulunya, lalu keluar untuk memeriksa kondisi Aline di kamarnya.

Pintunya terkunci rapat.

Dokter Gita mencoba mengetuk pintu kamar itu berulang kali, tapi pemilik kamar itu tetap tidak menjawab.

Penasaran.

Dokter Gita kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan. Begitu sampai di depan kamar Aline, ia langsung membuka kenop pintu dan menerobos masuk.

Gelap.

Terlalu gelap.

"Aline?" panggil Dokter Gita saat memasuki ruang tamu yang sempit itu.

Dokter Gita menggeleng melihat barang-barang tergeletak tidak beraturan di lantai kamar Aline. Kamar itu sudah seperti tempat kejadian perkara perampokan saja. Pakaian Aline berserakan di mana-mana, buku-buku, pecahan gelas, lampu tidur, dan semua benda di kamar itu benar-benar kacau balau.

Dokter Gita terkejut begitu ia melangkah maju dan menemukan pecahan-pecahan cermin berukuran kecil di atas karpet kamar tidur Aline.

"Aline? Kamu di mana, Lin? Kamu baik-baik saja?" Dokter Gita menyipitkan matanya, mencari keberadaan Aline di tengah kegelapan kamar itu.

Namun di sana tidak ada jawaban.

Dokter Gita semakin panik. Ia menggunakan indra penglihatannya untuk melihat ke setiap sudut ruangan. Telinganya tetap senyap. Dokter Gita menggunakan indra perabanya untuk mencari sakelar listrik di dinding. Langkahnya begitu pelan saat tangannya merayap di dinding. Berkali-kali kakinya harus berjinjit untuk menghindari serbuk kaca yang berhamburan ke mana-mana. Dokter Gita sudah merangkak sejauh itu seperti cicak, tetapi dia tidak menemukan saklar lampu di ruangan ini. Dokter Gita baru ingat. Saklar listrik di kamar Aline sudah lama rusak dan dia selalu lupa untuk menggantinya dengan yang baru.

Tidak ada yang bisa diandalkan di sini. Tidak ada satu pun lampu hias yang menyala. Dokter Gita semakin kesulitan melihat ke depan. Ia merogoh saku piamanya dan mengeluh karena ponselnya tertinggal di kamar.

Akhirnya, Dokter Gita membuka pintu dan jendela kamar itu lebar-lebar. Dengan perlahan dan hati-hati, Dokter Gita berjalan menghindari pecahan cermin dan benda tajam yang berserakan di sana.

Sekilas, tercium aroma tak biasa memenuhi kamar Aline. Itu adalah aroma khas obat yang biasa diminum Aline. Aroma itu semakin menyengat saat Dokter Gita mendekati ranjang Aline.

"Ya ampun!"

Wanita itu terkejut mendapati Aline sudah tergeletak lemas dengan darah yang menetes di lantai dan karpet bulu merah mudanya. Dari mulutnya keluar cairan yang menyerupai gelembung-gelembung putih kental, tetapi tidak mengeluarkan aroma bau.

Dokter Gita segera mendekat. Ia menggeser pecahan kaca dan menutupinya dengan karpet. Ia kemudian menyeret tubuh Aline, memindahkan kepala gadis itu ke pangkuannya.

"Aline! Bangun, Lin!" Air mata Dokter Gita jatuh di leher Aline. Ia masih mengguncang-guncang tubuh Aline.

Dokter Gita mendekatkan kepalanya ke dada Aline, satu tangannya menyentuh tangan Aline, tangan satunya lagi di lubang hidungnya.

Syukurlah, dia masih bernapas.

Dokter Gita tak kuasa menahan air matanya.

"Kenapa kamu tega berbuat seperti ini, Lin? Aline! Bangun, Lin."

Dokter Gita mengusap wajah Aline. Ia terisak. Namun ia sadar—sudah tidak ada waktu lagi. Ia harus cepat dan bergegas membawa Aline dari kamar itu. Dokter Gita lalu pergi ke balkon di kamar Aline, ia berteriak kepada satpam untuk membantunya menggotong Aline dan menyiapkan mobil. Saat itu juga, Aline berhasil dilarikan ke rumah sakit.

1
Ian
kenapa tuh
Ian
Bukan peres kan??
Ian
Bikin geregetan
Ian
/Panic/
Ian
Ikut kemana??!!
Ian
Pikirannya terlalu kolot /Smug/
Ian
Tertusuk
Ian
sending a virtual hug to Aline
Ian
Jadi kepikiran buat nulis ginian juga
Aimee
Terima kasih ya, Kak Eurydice sudah baca dan kasih dukungan di karya ini. Semoga nggak bosan buat terus mengikuti kisahnya Aline. Salam hangat dari Aline. (´∩。• ᵕ •。∩`) (*^3^)/~♡
Aimee
Sayangnya author nggak bisa menggambar, kalau nyomot gambar punya orang nanti kena pelanggaran hak cipta, Kak. Bikin gambar pakai AI aja ada hak ciptanya hiks
Eurydice
suka kesel sama orang yg suka nganggap urusan orang lain tuh enteng
Aimee: Hehe, betul. Aku juga begitu sebenarnya... (╥﹏╥)
total 1 replies
Eurydice
coba ditukar posisinya
Eurydice
gk peka dih
Eurydice
mental alind yg harus diperhatikan/Scream/
Eurydice
🥺😭
Eurydice
hebat bener kebalikannya aline
Eurydice
😭
Eurydice
akhirnya tau kenapa diawal pesimisbgt
Eurydice
dulu aku jga daftar di FD cuma gak keterima
Aimee: Wah, serius, Kak?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!