NovelToon NovelToon
Kencan Buta Terakhir

Kencan Buta Terakhir

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.

Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.

Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?

Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 33

"Masih lama?", tanya Eun-mi saat baru sampai di lantai dua tokonya.

"Sedikit lagi. Yang terakhir sudutnya kurang pas, jadi harus diulang", sahut David seraya berkacak pinggang mengamati Asna yang tengah membidik objek foto di atas meja. Sebuah cake dihias toping estetik dengan latar berbagai elemen yang akan menambah daya tarik fotonya.

"Ada berapa yang difoto tadi?", tanya Eun-mi lagi.

"Ada.. berapa Ray? Aku lupa", tanya David pada Rayyan yang sedang duduk di ujung tangga menuju lantai tiga.

"Lima", Asna yang menyahut, karena sepertinya Rayyan terlalu lambat menghitungnya.

"Ya, ada lima. Berarti empat lagi. Insya Allah besok sudah selesai. Jadi tinggal desain layoutnya aja", timpal Rayyan.

"Menurutku tidak ada salahnya kalau foto kita juga dimuat di pamflet itu. Bagaimana menurut kalian?", tanya David.

"Foto kalian berdua saja. Kalau mau ditambah pun, masukkan para baker. Itu hasil karya kalian, jadi lebih etis kalau foto kalian saja yang ada di situ", sahut Eun-mi.

"Baiklah kalau begitu menurutmu", David berkata seraya membenahi set yang sudah selesai difoto oleh Asna.

"Kita makan bareng yuk, ajak David sama Asna juga", ucap Rayyan pelan pada Eun-mi.

Eun-mi melihat pada mereka sebentar.

"Oke, kutunggu di bawah ya. Aku belum beres-beres, kukira Asna masih lama", Eun-mi kemudian turun ke bawah.

"Dave, Asna, aku mau mengajak kalian makan di luar. Eun-mi juga ikut", ucap Rayyan seraya berdiri menuju ke atas.

"Oke, tolong ambilkan jaketku sekalian ya", pinta David.

Rayyan hanya mengangguk.

Kini tinggal Asna dan David di sana. Menyadari itu Asna segera membereskan kamera dan peralatan lainnya. Sementara David hanya membantu sedikit karena sepertinya Asna merasa kurang nyaman. Akhirnya ia hanya bisa mengamatinya sampai Asna selesai lalu beranjak menuju lantai bawah tanpa kata-kata.

Ada perasaan mengganjal di hati David, sepertinya Asna akhir-akhir ini sering menghindarinya. Hanya karena ada proyek penyiapan pamflet toko, mau tak mau interaksi mereka jadi lebih sering.

Rasa percaya diri David kembali turun, Asna seolah begitu susah diraih. Sepertinya ada berlapis-lapis dinding yang harus dia runtuh sebelum bisa mencapai ruang hati Asna.

Tidak! David tak ingin menyerah. Semakin Asna menghindar, semakin ia merasa tertantang untuk bisa merebut hati Asna sebelum orang lain. Apalagi orang lain itu adalah calon suami Eun-mi. David kembali merasa kesal mengingatnya.

Sementara Asna, jantungnya berdetak kencang. Tak sanggup rasanya lebih lama lagi bila hanya berdua dengan David.

Ya! Asna kini sudah kalah. Ia terpaksa menghindar untuk mempertahankan hatinya yang kini seluruh dindingnya telah runtuh oleh David.

Sikapnya yang ramah, tak pernah menganggapnya berbeda dari orang lain sedikit banyak sudah membuat Asna merasa nyaman dengannya. Setiap katanya yang hanya ditanggapi Asna dengan diam dan datar, tak membuat David enggan untuk tetap berbincang dengannya. Walaupun lebih terkesan kalau David sedang bermonolog. Tapi sepertinya ia tak keberatan, dan tetap bersikap sebagaimana ia tengah mengobrol dengan yang lain. Asna merasa lebih dihargai.

Namun ia tak punya kepercayaan diri untuk bisa dekat dengan David. Ia pernah hancur, dan bekasnya belum hilang sampai sekarang. Ia merasa tak pantas bahkan untuk sekedar berangan-angan tentang David.

"Mana Rayyan sama David?", Eun-mi keluar dari ruangannya dan mendapati Asna tengah duduk di dapur.

"Ya! kami sudah hadir", sahut Rayyan sambil tersenyum menuruni tangga bersama David.

"Ayo berangkat, kita makan bakso...", ucapnya lagi, disambut senyum cerah dari Eun-mi.

Mereka berempat kemudian berangkat menuju rumah makan yang dimiliki oleh salah seorang warga negara Indonesia yang menetap di Seoul. Mereka ke sana menggunakan mobil Eun-mi, Rayyan yang menyetir. David duduk di sampingnya sementara Eun-mi dan Asna di belakang.

Setelah makan malam, Eun-mi mengantar David dan Rayyan kembali ke toko.

"Kami pergi dulu, kalian siapkan saja bahan untuk sisa pemotretan tadi. Besok aku agak sibuk, jadi mungkin cuma sebentar bisa datang ke toko. Kalau perlu apa-apa, hubungi Wina aja", pesan Eun-mi.

"Tentu, tak usah khawatir. Hati-hati di jalan", sahut Rayyan sambil melambai.

David ikut melambaikan tangannya, namun matanya jelas hanya tertuju pada Asna. Kembali Asna berpaling dari tatapan David, tak sanggup bila harus melihat matanya. Sepertinya ia sudah jatuh cinta, dan itu membuatnya gundah.

Mobil Eun-mi melaju membelah jalanan kota Seoul menuju ke rumah paman Asna, tempat ia tinggal selama ini. Dia seorang guru bahasa Mandarin yang menikah dengan wanita Korea dan akhirnya menetap di Seoul.

"Kamu baik-baik aja?", tanya Eun-mi.

Asna menatapnya, kemudian mengangguk.

"Wajah kamu kelihatan capek gitu, sebaiknya kamu langsung tidur aja malam ini. Kalau besok masih capek, gak usah kerja dulu. Masalah pemotretan biar kita tunda aja", ucap Eun-mi.

"Jangan!", sahut Asna tiba-tiba, Eun-mi sampai kaget dibuatnya.

"A.. aku gak papa", ucapnya lagi, tapi kali ini dengan pelan.

Ia kemudian kembali menatap lurus ke arah jalan di depan, takut kalau-kalau Eun-mi menangkap sesuatu lewat wajahnya.

"Oke, terserah kamu aja. Kamu memang keras kepala", sahut Eun-mi terkekeh.

Asna memang kesusahan menahan rasa saat bertemu David. Tapi dia lebih tak tahan lagi kalau tak melihatnya walau hanya sehari. Sepertinya dia sudah kecanduan..

1
Tutupet
baca sampai sini dulu
Puspa Indah: Makasih 😃
total 1 replies
Puspa Indah
Kritik sangat diharapkan. Sekeras dan setajam apapun dipersilahkan asal disertai penjelasan supaya bisa jadi pembelajaran demi perbaikan kualitas. Pisau kalau gak di asah sampai klenger mana bisa tajam, jadinya malah gak guna. Jadikan saya pisau, dan anda semua adalah batu asahannya. Thanks✌️😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!