"apa kau bercanda!! aku tidak bisa berpedang!! aku hanya seorang gadis pembuat roti!! mengapa aku terjebak bersama pria asing seperti mu!! sungguh merepotkan ku!"
aku sungguh menyesal berjalan mencari sumber suara yang membuat ku penasaran. ternyata suara itu berasal dari pertarungan yang terlihat tidak adil. satu lawan sepuluh bukan kah benar benar tidak adil.
tapi walaupun begitu aku mana bisa membantu nya. aku bukan wanita kuat yang tangguh dan mampu berpedang.
aku hanyalah seorang pembuat roti di salah satu kedai roti yang ada di pusat kota kekaisaran Amberland.
"tidak aku tidak bisa membantu mu!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya seorang pembuat roti
"baiklah aku akan segera pulang"
"hari ini sangat melelahkan"
"yah sangat melelahkan".
Waktu sudah mulai petang dan kedai roti madam Sandra akan segera tutup. Hari ini aku lah yang bertugas untuk menutup kedai, seperti biasa mereka selalu menindas ku dengan memberikan tugas membereskan tempat ini dan mencuci seluruh peralatan yang kami gunakan untuk membuat roti. Selalu saja seperti itu. Karena aku yang paling muda di tempat ini mereka suka menyuruh ku ini dan itu. Padahal madam Sandra memberikan gaji yang sama kepada pekerja nya.
Dengan wajah yang dongkol aku mencuci seluruh peralatan yang sudah di gunakan hati ini. Aku benar-benar ingin keluar dari tempat ini. Namun aku sadar aku terlalu miskin untuk tidak bekerja.
Hahhh
"sudah lah, tidak ada guna nya aku mengeluh seperti ini. Toh pada akhirnya aku tetap si yatim piatu yang miskin"
Setelah selesai dengan semua peralatan membuat roti, sekarang aku menutup seluruh jendela dan juga dinding kaca di kedai ini dan setelah nya aku akan menutup kedai ini dan segera pulang.
Hari juga sudah terlihat mulai gelap. Aku rasa akan turun hujan.
Setelah semua nya selsai aku segera menutup kedai ini dan berjalan ke arah penitipan kuda dimana aku biasanya menitipkan kuda ku.
Yah aku memiliki seekor kuda yang aku gunakan untuk datang dan pergi ke kedai madam Sandra. Kuda ini tidak lah mahal. Kuda tua yang aku beli dari seorang petani yang berada di desa Serin. Kuda yang jalan nya lambat dan sudah tak mampu berlari cepat.
Tapi aku membutuhkan kuda ini agar aku bisa mengurangi pengeluaran ku menuju rumah yang aku sewa di pinggir kota Kazhar. Biasanya aku menaiki kereta kuda yang di sewa untuk pulang dan pergi dengan biaya yang mahal.
Aku tidak sanggup dengan pengeluaran itu.
Petang ini seperti nya akan turun hujan. Jadi aku harus segera sampai di rumah. Mau tak mau aku akan melewati hutan Filent agar aku sampai dengan cepat ke rumah ku yang berada di pinggir kota. jika aku melewati jalan biasa pasti aku akan terguyur hujan dan aku tidak ingin tubuh ku basah.
Di sini lah aku di hutan Filent hutan yang tidak berbahaya dan hutan yang masih dalam lingkup pusat kota walaupun letak nya di pinggiran kota.
Aku menunggangi kuda ku tak terlalu cepat. Bagaimana tidak kuda ini tidak akan berjalan dengan cepat jadi aku tidak akan mengeluh lagi dengan kondisi nya saat ini.
"keping uang ku masih belum cukup untuk menjalankan sebuah bisnis. Kapan lah aku bisa jadi bangsawan kaya raya". Gumamku di atas kuda yang berjalan dia jalan setapak hutan Filent.
"tunggu dulu!" aku memaksa kuda ku ini untuk berhenti. Seperti nya aku mendengar sesuatu seperti suara perkelahian dan juga dentingan pedang.
"apa yang terjadi?" karena rasa penasaran ku yang besar aku mengikuti arah suara tersebut berasal.
setelah suara itu cukup dekat aku turun dari kuda ku dan berjalan lebih dekat untuk memuaskan rasa penasaran ku.
benar saja! ada sebuah pertarungan tak jauh dari tempat ku berdiri saat ini.
Sepuluh orang melawan satu orang. Sungguh pertarungan yang tidak adil. Namun aneh nya aku masih terpaku di tempat ku berdiri dan menonton pertarungan tersebut. Bukan nya pergi dari tempat berbahaya itu dan kembali ke rumah untuk beristirahat.
"tuan!! Di belakang mu!!"
Sial!!! Kenapa aku malah bersuara. Seketika aku menutup mulut ku yang secara tiba-tiba berteriak dan memperingati pria itu yang kini terlihat kewalahan menghadapi sepuluh orang dengan pakaian serba hitam yang tertutup.
Aku harus pergi dari sini!! aku berbalik dan akan pergi dari tempat ini secepatnya. Apalagi saat ini hujan sudah mulai turun.
Bukan nya terhindar dari hujan aku malah kehujanan dan terlibat dalam masalah. Benar-benar hari sial.
Saat aku berlari menjauh tiba-tiba suara teriakan dari pria itu terdengar begitu kuat.
"nona!!! Menunduk lah!!"
Seketika aku menunduk dan berjongkok sambil melindungi kepala ku dengan tangan ku. Dan menutup kedua mata ku.
"oh dewa aku tidak ingin mati!!! Aku tidak ingin mati!! Jika aku mati maka aku tidak bisa menikmati harta yang aku kumpulkan selama ini!".
Aku seperti merapalkan sebuah doa agar dewa memberi ku kesempatan untuk melanjutkan hidup.
Aku mendengar suara kesakitan dan dentingan pedang lagi dan aku seperti berada di tengah-tengah pertarungan ini. Namun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi aku tidak berani. Sungguh aku sangat takut saat ini!
"nona!! Kau bisa membuka mata mu sekarang!"
Mendengar sebuah suara yang terdengar berat dan maskulin aku perlahan membuka mata ku dan masih di posisi berjongkok aku melihat sebujur mayat tergeletak di dekat bawah kaki ku.
Seketika aku terduduk dan menjerit.
"AAAA!!! MAYAT!!!" Habis sudah. Aku benar-benar takut sekarang.
Perlahan aku melihat pria yang masih berdiri di depan ku ini. Rambut coklat dengan garis wajah yang tegas hidung mancung serta bibir yang sedikit tebal dan alis mata yang juga sedikit tebal dengan bulu mata yang lebat dan lentik.
Begitu tampan. Walaupun wajah nya terlihat terluka namun tidak mengurangi ketampanan nya.
"tidak perlu menjerit seperti itu kau sudah selamat! Atau mungkin tidak! Bangkit lah aku tidak bisa terus-terusan melindungi mu. Ini ambil dan lindungi diri mu sendiri!"
Ucapan pria di depan ku ini seketika menghancurkan ekspektasi yang ku buat beberapa detik lalu. Wajah nya datar dan dingin melihat ke arah ku dan meyerahkan sebuah pedang ke tangan ku.
"buat lah dirimu berguna!" ucap nya lagi yang melihat keterdiaman ku saat ini.
tak berapa lama kembali muncul beberapa orang yang berpakaian sama seperti sepuluh orang sebelum nya. Sementara pria itu juga berdiri tak jauh dari tempat ku sambil tersenyum miring.
Seolah-olah dia sudah biasa dengan keadaan berbahaya seperti ini.
Aku kemudian tersadar, menatap heran ke arah tangan kanan ku yang kini menggenggam gagang pedang yang di berikan pria itu.
"apa kau sudah gila!! Aku tidak tau caranya memakai pedang dan aku tidak tau caranya bertarung! Aku hanya gadis pembuat roti. Rakyat biasa tanpa kemampuan mempertahankan diri!" ujar ku dengan nada yang sangat takut memberitahu pria itu.
Apalagi pedang yang ku pegang saat ini sudah bergetar akibat tangan ku yang ketakutan.
seumur hidup aku tidak pernah mengalami hal seperti ini. Terjebak dalam bahaya akibat rasa penasaran ku yang sangat bodoh.
Aku sungguh menyesal mendatangi tempat ini. Apalagi hujan yang tak terlalu deras ini menambah kesialan dalam hidup ku.
saat aku merenungi nasib ku beberapa detik suara dari pria yang memberikan ku pedang ini terdengar seperti sebuah aba-aba sebelum nyawa tercabut.
"itu bukan urusan ku! Aku tidak peduli. Jika kau ingin hidup kau harus membuat dirimu berguna. Aku tidak ingin kau memperlambat gerakan ku!".
Apa!!! Pria ini benar-benar brengsek!!
aneh situ jd org,,
sebar kembar for u..😁