Fading Stitches
I don't design clothes, I design dreams.
Secuil kalimat dari Ralph Lauren, menghiasi sampul buku berwarna biru pirus. Di balik sampulnya—di halaman belakang sampul buku tersebut—ada sebuah kalimat yang ditulis tangan. Berikut isi dari catatan itu:
17 Januari 2020.
Untuk pertama kalinya, aku ingat bahwa sedari kecil, aku selalu bermimpi untuk menjelajahi dunia dan mendapatkan banyak pengalaman berharga. Sejak hari itu, aku berjanji apabila suatu hari nanti aku mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan mimpi itu, aku akan melakukan semuanya dengan sepenuh hati.
Sejujurnya, aku ingin menjadi seseorang yang memiliki kehidupan normal. Seseorang yang bisa sukses, seperti Margin, yang sekarang sudah bisa membuktikan kesuksesannya dengan mendirikan butik sendiri dan menjual baju-baju rancangannya. Seperti Margin juga, aku berkeinginan untuk mendirikan perusahaanku sendiri. Aku ingin menjadi seorang perancang busana yang sukses. Bisa diterima di lingkungan masyarakat. Bisa beradaptasi baik dengan klien maupun semua orang, dan masih banyak hal lainnya yang aku harapkan di masa depan.
Aku selalu ingin hidup seperti Margin yang sejak kecil sudah memiliki banyak teman, mendapatkan banyak pengalaman setiap kali ia pergi ke luar kota hingga ke luar negeri. Margin, ia wanita yang setiap hari tidak pernah mengeluh meskipun memiliki banyak kegiatan di luar dan di dalam ruangan. Margin adalah sosok inspiratif wanita yang tidak pernah mengenal lelah, ia selalu sabar menghadapi aku meskipun setiap hari ia harus selalu membaca buku-buku tebal yang bertumpuk-tumpuk di ruangannya, dan ia juga masih harus menggambar beberapa sketsa pakaian yang dipesan kliennya dan mencocokkan kain-kain penuh warna dan menjahitnya sendiri. Melihat Margin yang seperti itu benar-benar membuatku kagum. Margin sudah banyak menyihir penglihatanku. Sebagai seorang perancang busana, Margin benar-benar terlihat berkarisma. Ia sangat keren. Aku sungguh-sungguh terinspirasi dan jatuh cinta pada pekerjaannya. Aku berharap, aku juga bisa berkarier seperti Margin. Tidak. Aku ingin berkarier seperti Margin bukan karena aku mengagumi sosok Margin di sini. Melainkan, aku sungguh-sungguh ingin menjadi perancang busana itu karena aku memang menyukai pekerjaan ini. Aku menyukai sketsa, warna, kain, aksesori, pakaian, dan semua yang berkaitan dengan pekerjaan ini.
Tapi ... sejauh ini, aku tidak yakin dengan masa depan yang aku harapkan itu. Aku merasa seperti, itu adalah sesuatu yang akan membuatku semakin pesimis. Apalagi setelah mengingat betapa bodohnya aku, sampai-sampai aku harus melibatkan Margin dalam bermacam-macam hal termasuk mengurus masalah sekolah dan pertemananku. Mengingat betapa tidak diharapkannya aku di dunia ini sampai-sampai aku tidak memiliki orang tua yang mencintaiku. Betapa menyedihkannya kehidupanku yang bahkan tidak bisa dikatakan normal.
Bahkan hingga detik ini, aku tidak yakin akan ada seseorang yang mau membantuku untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpiku. Aku ragu, apakah suatu hari nanti aku bisa memiliki teman atau tidak? Aku ragu, apakah aku bisa masuk ke perguruan tinggi atau tidak? Mengingat usiaku sekarang, apakah aku masih bisa melakukannya? Apakah masih ada universitas atau yayasan swasta yang mau dan bersedia menerimaku sebagai mahasiswa baru?
Meskipun aku pesimis karena kondisiku, tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa, sampai hari ini aku masih penasaran dengan masa depanku. Apa yang akan terjadi padaku 5 tahun dari sekarang? Apakah aku masih akan menjadi seorang gadis yang hanya bisa bersembunyi di balik punggung kecil Margin? Ataukah aku dapat berubah seperti seekor kupu-kupu yang berhasil keluar dari kepompongnya dan mendapatkan sayap terindah, lalu akhirnya bisa terbang tinggi menjelajahi dunia baru?
Aku tidak pernah tahu.
Bagaimana aku akan hidup di masa depan?
Hanya ada satu hal yang pasti, aku tidak akan menyerah.
Aku akan belajar lebih giat lagi. Aku akan meminta Margin agar ia tidak pernah bosan untuk mengajariku. Pokoknya aku akan melakukan apa pun agar aku bisa mewujudkan karierku. Harus. Karena itu, mulai hari ini, aku akan selalu mengatakan kepada diriku untuk terus realistis dan tidak boleh membiarkan imajinasi menghalangi kenyataan.
Aku tahu ini terkesan sedikit aneh dan egois, tapi ... aku tidak ingin mematahkan semangatku sendiri. Seperti apa yang selalu dikatakan oleh Dokterku, “Semua manusia pantas mendapatkan kebahagiaan.”
Benar.
Sebagai seorang manusia, bukankah aku juga berhak mendapatkan kehidupan normal yang aku dambakan?
Bukankah aku juga pantas untuk bahagia dan meraih impianku?
Maka dari itu, aku tidak akan menyerahkan hidupku pada kegagalan. Jika aku gagal nanti, aku akan terus melangkah maju dan akan selalu begitu.
Ini janjiku, yang kutulis dan ditandatangani oleh diriku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Eurydice
gabole gitu ih, coba dengear lagunya aviwkila yg mantra jiwa
aku layak pantas aku bahagia
aku layak pantas aku berharga
sehat dan penuh senyuman
penuh keberuntungan
percaya diri dan sungguh menawan
2024-12-12
1
Eurydice
bunga mekar digurun pasir aja bisa
2024-12-12
1
Eurydice
pembaca jga pasti hilang gtu
2024-12-12
1