zahrana atau zahra nadhifa , di dunia maya ia adalah seorang penulis novel daring yg cukup terkenal namun di dunia nyata ia adalah istri seorang ceo perusahaan perfilman terkenal zayn aditya alfatih .
Terlahir dari anak pembantu, tiga tahun zahra diperlakukan layaknya asisten rumah tangga. Namun, tiga tahun yang seharusnya berakhir justru masih berlanjut.
Kisah cinta dimasa lalu dan strata sosial yang berbeda membuat hubungan keduanya semakin di uji. yang menjadi alasan mereka bertahan atau berpisah.
Bagaimana kisah mereka ?
Akankah zayn melepaskan zahra atau mengikatnya erat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali trending.
Beberapa hari berlalu ...
Zahra bangun saat matahari sudah setinggi tombak. Wanita itu segera bangun saat menyadari bahwa ia kesiangan. Ia masuk kamar mandi hanya untuk membersihkan muka dan menggosok gigi saja.
Setelah keluar dari kamar mandi, ia melihat zayn sudah rapi dengan setelah jasnya. zahra mendekat, lalu menundukkan kepalanya.
" Maaf! Saya terlambat bangun, harusnya tuan membangunkan saya" ucap wanita itu merasa bersalah.
" Tidurlah! Jika kau masih mengantuk. Aku ada rapat pagi ini" ucap zayn, lalu menarik tengkuk sang istri dan mengecup keningnya.
" za aku berangkat!" ucap zayn pamit.
Zahra hanya mematung melihat tuannya yang semakin hari semakin manis tak seperti dulu. Tangannya menyentuh keningnya yang bersentuhan dengan bibir lelaki itu.
Ada gelenyar aneh yang menenangkan hati wanita itu. Bibir zahra tersenyum, baru semalam ia membayangkan sikap zayn seperti di novelnya malah menjadi kenyataan.
" Huh kok deg-degan sih" ucapnya salah tingkah.
Ia hendak berlari kekamar mandi untuk membersihkan diri, namun suara ponselnya berbunyi nyaring. Zahra meraih benda pipih itu, tertulis nama eva dilayar atas persegi itu.
" Hallo!" sapa zahra, setelah menempelkan benda pipih itu ke daun telinganya.
" Za lo udah lihat berita belom, gila ini rame banget za" ujr eva disebrang sana dengan begitu heboh.
" Belom, aku baru bangun" jawab zahra dengan alis mengkerut.
" Lo lihat deh sekarang, berita itu mengenai misteri kematian cewe SMA yang lo cari waktu itu" mata zahra membulat mendengar penuturan sahabatnya itu.
" Apa!" gumamnya yang langsung mengambil remote tv yang ada dikamar itu.
Ia menekan tombol remote menyala dan mencari berita yang dimaksud. Matanya melebar melihat berita yang sudah tranding topik itu.
Dari semua sumber cerita semua menyudutkan zayn sebagai pelakunya, padahal waktu ia bertanya pada mereka semuanya bungkam. Penjaga sekolah baru itu juga muncul seolah menjadi saksi kebiadaban zayn.
" Ini tidak benar, pasti ada yang salah" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya.
"Misteri kematian gadis SMA yang hamil dan bun** diri itu menjadi tranding, kala seorang memposting tentang ketidak tenangan siswa yang bersekolah di SMA tersebut" suara yang terdengar di layar persegi tersebut.
Zahra mematikan kembali tv nya dan bergegas mandi.
...****************...
Sementara di perusahaan, tangan zayn gemetar membaca berita yang tranding itu. Masa lalu itu seakan dijadikan mesin uang sekaligus menjadi hantaman yang merusak citranya.
Namanya bahkan tertera begitu jelas seakan ia lah pelakunya, laki-laki penyebab korban melakukan hal yang dianggap buruk itu.
Sekretaris zayn datang dan menghadap padanya.
" Ada apa?" tanya zayn dengan datar.
" Ada wartawan yang meminta anda sebagai narasumber tuan" jawab bima dengan gugup.
" Tolak saja" ucap zayn dengan cepat.
" Tapi tuan ini akan menjadi kan anda_" perkataan bima terpotong kala wajah bosnya berubah menyala.
" Aku bilang tolak" ujar zayn dengan nada meninggi.
"Baiklah tuan" ucap bima membungkuk, lalu pergi.
Zayn melempar tablet yang dipegangnya sedari tadi. Hatinya gusar, ketika ia sudah bisa melupakan dan hidup dengan tenang bayang-bayang elsa kembali menghantuinya.
Ponselnya berdering, nama penjaga rumah yang menghubunginya. Ia menggeser tombol hijau sebagai tanda menerima panggilan tersebut.
"Hallo! Ada apa?" sapa zayn.
" Hallo tuan! Ada dokter nathan yang ingin bertemu dengan nona apakah harus saya ijinkan masuk atau tidak" ucap sekuriti dirumahnya.
Deg
Dada zayn bergemuruh, mendengar dokter yang menjadi cinta pertama istrinya itu menemui zahra. Tangannya terkepal, namun segera ia regangkan.
" Ijinkan " titah zayn yang akhirnya memutuskan panggilan tersebut setelahnya.
Lelaki itu menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya. Dengan mata terpejam ia menjambak rambutnya sendiri. Frustasi.
...****************...
Zahra tak mengira zayn akan mengijinkan nathan masuk ke rumahnya. Sebelumnya, ia sempat berfikir tuannya itu akan menolak kedatangan pria itu untuk menemuinya.
Jemari zahra saling bertautan, melihat lelaki yang pernah ada dihatinya itu berada dihadapannya kini. Meski ia berusaha agar tak menerima panggilannya dan membalas pesannya lagi, ia tak mengira lelaki itu berani menemuinya dirumah yang menjadi penjara baginya.
" Ada apa? Tak biasanya kamu datang kemari?" tanya zahra memulai percakapan mereka.
" Sudah lama gak ketemu, kamu dikurung sama tuan zayn. Za!" sahut nathan dengan suara tenang.
" Ti-dak, aku hanya malas keluar saja" jawab zahra yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
" Tak perlu bohong, aku sudah tahu semuanya. Tapi za, aku mohon dengarkan aku. Berita diluar sana itu benar adanya. Tuan zayn memang belum tentu pelakunya, tapi mereka pacaran cukup lama" papar nathan, lalu menghela nafas panjang.
"Kau fikir dia menyukaimu, jangan terlalu percaya! Bisa saja itu hanya pelariannya karena merasa bersalah" papar nathan lagi.
" Sudah bicaranya, sekarang kamu boleh pergi" ucap zahra menghalau nathan dengan halus.
"Za!" sergah nathan menolak pengusirannya.
"CUKUP!" bentak zahra.
" Aku tahu kamu ingin keadilan untuk kakakmu" nathan mengerutkan alisnya dan menatap zahra yang duduk dihadapannya dengan intens.
" Zahra!" gumam nathan, lalu menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya dengan rahang mengetat.
" Aku tahu! Aku juga paham, tapi nathan bukan seperti ini yang seharusnya kamu lakukan. Dia juga tertekan dengan kematian elsa. Cukup sampai disini nathan, jangan terlalu dalam kamu menggali kasus itu" ujar zahra beranjak dari tempat duduknya.
" Silahkan tinggalkan rumah ini!" ucap zahra menghalaunya.
" Kau fikir aku juga bisa tenang! kakaku tidak bun*h diri, tapi dia dibun*h. Dia didorong dan aku ingin tahu pelakunya" ujar nathan dengan nada meninggi, lalu berseringai.
Lelaki itu beranjak dari tempat duduknya, mendekati zahra dan menatap manik mata wanita itu dengan lekat. Namun, tatapannya berubah menjadi mencolok.
" Kau membelanya za, apa kamu sudah menyukainya?" tanya nathan seolah bisa membaca mata dan hati wanita itu.
Zahra hanya diam tak menjawab dan hanya mengerutkan alisnya. Inikah nathan yang asli? Fikirnya.
Wanita itu seakan melihat mata yang dipenuhi dengan kebencian dan balas dendam yang mungkin saja akan lelaki itu lakukan.
" Kamu akan tahu siapa pelakunya, kita lihat saja nanti " ucap nathan seolah memberi sebuah peringatan, lalu pergi.
Zahra menghempaskan tubuhnya ke kursi sofa. Dadanya yang sesak sejak tadi akhirnya merasakan kelegaan. Namun, mengingat ucapan nathan membuatnya takut.
Dengan alis yang miring, ia melihat ke arah nathan yang berjalan keluar dari rumahnya.
...****************...
Disisi lain bu sophi melebarkan matanya melihat berita yang kembali tranding. Sudah lama ia berusaha untuk menutup kasus itu, kini seolah kembali kepermukaannya kasus itu menjadi buah bibir.
Wanita paruh baya itu mengerutkan dahinya, kala nama sang anak menjadi satu-satunya orang yang dianggap penyebab kematian siswi tersebut.
" Bagaimana bisa semua ini terjadi" ucapnya dengan bibir bergetar.
Prang
Ia melempar ponsel mahalnya yang berlogo apel tergigit itu hingga terbelah dua.