Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Kakinya terus melangkah cepat menuruni tangga, bahkan terkadang ia melompati dua anak tangga sekaligus. Suara piano terus mengalun dari lantai dasar , Lisa mempercepat jalannya bahkan sekarang ia berlari dan dalam waktu singkat ia tiba di lantai dasar.
Mendadak suara alunan piano berhenti, menyisakan kesunyian aneh di lantai satu. Lisa tidak mendengar suara apapun terkecuali semilir angin diluar yang menggerakkan ranting pohon di dekat jendela, menabrakkan dirinya pada teralis jendela hingga menimbulkan suara berisik.
"Vanya!"panggil Lisa, bola matanya bergerak kesana-kemari, mengandalkan cahaya bulan yang menembus masuk melalui kaca jendela Lisa terus bergerak.
"Vanya!" Lisa memperlambat jalannya. Tidak ada sahutan, tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia lain selain dirinya.
Cahaya yang berasal dari ruangan Clarissa terbaring kaku membuat Lisa membawa tungkainya kesana. Tadinya, ruang itu lampunya tidak menyala,namun sekarang ada seberkas cahaya yang datang dari sana.
Sampai akhirnya Lisa berdiri di depan pintu yang terbuka setengah.
"Vanya!"Panggilnya lagi seraya membuka lebar pintu. Matanya kembali menangkap tubuh bersimbah darah Clarissa, terbaring kaki diatas ranjang sama seperti saat tadi ia memasuki ruangan itu.
Barangkali Lisa salah dengar, suara piano itu tidak berasal dari sini. Suara Vanya yang ia dengar apa mungkin hanya halusinasi semata karena terlalu mengkhawatirkan kondisi nya?
"Selamat datang Lisa."Satu suara berat menyapa Lisa dari belakang membuat gadis itu sontak berbalik. Dan,
Orang bertopeng yang ia lihat tadi siang berdiri disana beberapa langkah darinya. Orang itu memegang sesuatu di tangannya, sebuah kapak. Astaga! apa kapak itu yang digunakan untuk membunuh Clarissa? Lisa menggeleng, tidak mungkin. Luka di tubuh Clarissa berupa sayatan pisau dan bukan bacokan kapak.
"Si-siapa?"Lisa tersurut ke belakang hingga tanpa sadar sudah masuk kedalam ruangan di belakangnya. Ia terus melangkah mundur dengan mata yang terus menatap orang itu, takut.
Tap...
Tap...
"Selamat datang di Anyelir, Lisa. Selamat bergabung dalam bloody game, permainan yang sebenarnya akan dimulai besok pagi. Pastikan kamu menangkap dalangnya untuk menyelamatkan semua orang."
"A-apa maksudmu? Aku tidak di Anyelir sekarang."Lisa mengawasi sekitar,matanya meredup takut saat tak sengaja melihat sosok bersimbah darah Clarissa yang masih terbaring di ranjang, posisinya belum berubah." Kamu dalangnya kan?"suara Lisa bergetar saat bertanya.
Tapi, lisa seratus persen yakin bahwa rumah ini bukanlah apartemen Anyelir. Ia masih ingat betul Anyelir penuh kemewahan, sementara tempat ini tidak bisa dikatakan mewah.
Tatanan perabotan nya yang hanya di letakkan asal. Lukisan aneh yang menggantung di dinding yang menambah kesan berantakan nya.
"Ya, ini adalah rumah Anyelir yang sebenarnya."Orang bertopeng melipat dua tangan di dada, pelan dan tegas ia berucap," Aku adalah sang dalang, tugasmu menangkap ku."
Lisa mengepalkan tangan, menguatkan tekad perlahan ia mendekati orang bertopeng. Kalau memang orang di depannya ini adalah dalang permainan itu, ia akan menangkapnya sekarang. Tidak perlu menunggu besok. Tapi, kapak itu, membuat Lisa ragu dan takut.
"Hohoho...kamu tidak bisa menangkap ku sekarang. Permainan yang sebenarnya dimulai besok, ingat kamu harus menangkap sang dalang karena akan ada kematian setiap malamnya jika sang dalang masih belum tertangkap."ucapnya saat melihat Lisa berjalan kearahnya.
"Dimana Vanya?"
Orang bertopeng tidak menjawab, sebagai gantinya ia masuk ke ruangan lain. Lisa mengepalkan tangan kesal. Ia benci situasi ini, situasi dimana ia tidak bisa melakukan apapun, situasi dimana titik keberanian nya dilumpuhkan. Ia seharusnya sekarang berlari masuk menyusul orang itu, tapi, kakinya gemetar, ia tidak bisa masuk kesana karena segala kemungkinan buruk silih berganti mengusik kepalanya.
Lisa bisa saja menerobos masuk menyusul orang itu,tapi, ia tidak punya keberanian. Bagiamana kalau orang itu sengaja memancingnya kesana untuk dibunuh? Bagaimana kalau dia memang sengaja memprovokasinya untuk pergi kesana.
Lisa menggeleng, ia harus mencari Vanya alih-alih menangkap orang bertopeng. Setelah menemukan Vanya ia bisa mencari jalan keluar dan pergi bersama adiknya
"Lisa!"panggil Rafan dari tangga, Pria tampan itu melompat turun lalu buru-buru mendekat.
"Apa yang terjadi?"tanya Rafan setelah tiba di dekat Lisa.
Lisa menggeleng, di pandangi nya wajah Rafan yang kelelahan, bersyukur masih ada yang peduli padanya di saat seperti ini. Untuk kepedulian memang keluarga Farrow tidak diragukan lagi, mereka bahkan mendirikan yayasan perlindungan anak dan panti jompo dengan pengeluaran yang tidak sedikit.
"Ayo kita kembali ke ruangan tadi,sa,"Ajak Rafan,
"Kamu bisa kembali dulu, aku mau menyelidiki sesuatu."kata Lisa, jika perkataan orang tadi benar malam ini tidak berbahaya sama sekali. Lisa ingin memastikan sesuatu serta mencari Vanya, barangkali adiknya itu terkurung di ruangan lain di rumah ini.
"Sebenarnya apa yang kamu dengar hingga nekad keluar? Kamu tahu bahwa orang itu masih di rumah ini, dia bisa saja menyakiti mu."kata Rafan tidak mengerti.
"Aku baik-baik saja, Raf,"ucap Lisa sembari melangkah lebar ke pintu utama,
"Kamu mau kemana?"Rafan menyamai langkah Lisa, mengikuti gadis itu bahkan saat sekarang mereka berdua sudah tepat berada di depan pintu. Hanya tinggal membuka pintu tersebut dan mereka akan langsung melihat halaman luas.
"Kamu mau keluar?"
Lisa meneguk saliva gugup. Ia memang ingin membuka pintu itu, lantas sambil menghela nafas berat Lisa mulai menarik gagang pintu. Tidak terkunci.
Pintu utamanya tidak terkunci. Bagaimana bisa? Lisa dan Rafan saling bertatapan, kemudian tersenyum lega. Sepertinya mereka bisa pergi dari rumah ini,
"Raf, kita bisa pergi."Lisa tersenyum lebar, senang sekali rasanya mengingat sebentar lagi akan pulang.
Tapi tak lama kemudian senyum Lisa luntur. Ia teringat suara Vanya yang meminta tolong tadi, ia tidak bisa pergi tanpa Vanya. Ia harus menemukan adiknya.
"Ada apa?"Dengan bantuan cahaya bulan yang menembus kaca jendela Rafan dapat melihat wajah murung Lisa, "kenapa kamu terlihat sedih?"
"Tidak apa-apa,"Lisa enggan memberitahu Rafan. Ia tidak mau merepotkan pria itu lagi, biarlah ia akan mencari Vanya sendirian.
"Aku akan memanggil Tiara dan Hugo, kamu tunggu disini."kata Rafan bersemangat. Ia melirik Lisa sekilas,"atau kamu ingin memanggil mereka?"
Lisa menggeleng, "aku akan menunggu disini."
Rafan tersenyum lebar kemudian dengan cepat naik kembali ke lantai dua. Sepeninggalnya Rafan, Lisa membuka pintu, ia melangkah pelan dari pintu itu.
Ia berdiri di teras memandangi halaman yang cukup luas itu, tembok tinggi di ujung halaman menjadi batas pandangnya. Lisa berdiri di tengah-tengah halaman, kepalanya mendongak keatas.
Rumah ini ternyata terdiri dari tiga lantai, bangunan Eropa klasik yang menimbulkan kesan suram. Tembok menjulang tinggi mengelilingi rumah tersebut. lisa menatap sekelilingnya, ia tidak melihat gerbang sama, hanya tembok tanpa pintu yang ia lihat.
Dimana jalan keluar nya?
Mereka bisa sampai disini, artinya ada jalan masuk, ada gerbang untuk masuk kesini. Tapi, dimana?
Apa dibelakang rumah ini?
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa