Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Decklan menoleh kebelakang mencari-cari seseorang yang menyapanya tadi namun orang itu sudah tidak kelihatan lagi.
Perasaannya sedikit gusar, entah kenapa ia merasa sedikit keterlaluan. Harusnya ia membalas sapaan itu. Tidak, tidak. Cowok itu menggeleng-geleng meyakinkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh membiarkan dirinya menjadi dekat dengan gadis itu. Pria itu kembali berjalan lurus kedepan.
"Lo ikut kegiatan bentar malam kan?" tanya Pika setelah pak Duda, guru matematika yang mengajar di jam pertama itu keluar kelas. Chaby menoleh ke samping, menatap Pika dengan dahi berkerut bingung. Pika berdecak pelan karena ekspresi bodoh sahabatnya itu. Ia tahu gadis itu pasti tidak tahu apa-apa. Bukannya mau menjelekkan sahabatnya sendiri, tapi menurutnya sih Chaby ini memang tidak pintar dan gampang dibodohi.
"Biarpun lo nggak mau, lo tetap harus ikut, kalo nggak pengen dihukum." katanya dengan nada menakut-nakuti. Sementara Chaby yang mendengar kata-kata dihukum itu bergidik ngeri. Ih..
"Kegiatan apaan memangnya Pik?" tanyanya membuka suara. Ia kan memang tidak tahu kegiatan apa yang Pika maksud.
"Api unggun." sahut Pika cepat.
"Tiap tahun memang biasanya sekolah kita buat acara api unggun diawal semester masuk sekolah." tambahnya menjelaskan.
Chaby mengangguk-angguk mengerti. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dari saku dan menelpon seseorang. Pika hanya mengamati pembicaraan gadis itu ditelpon.
"Kakak jemputnya entar malem aja. Aku mau ikut kegiatan sekolah dulu." lapornya setelah memastikan kakaknya sudah mengangkat telpon dan bisa mendengarnya.
"Kamu yakin mau ikut?" tanya Danzel diseberang. Pria itu yang tidak yakin.
"Mm." Chaby mengangguk meski hanya Pika yang melihatnya.
"Ya sudah, jangan lupa telpon kakak kalo kegiatannya udah hampir selesai."
Chaby mengangguk lagi untuk kedua kalinya dan memutuskan telponnya.
"Lo deket banget sama kakak lo yah?" tanya Pika salut. Chaby mengangguk sedang Pika malah memasang wajah masam.
"Kakak lo juga keliatan sayang banget sama lo, beda sama kakak gue yang nyebelin itu." tuturnya, ia merasa iri melihat kedekatan Chaby dan kakaknya. Jauh banget bedanya dibandingin kak Decklan dan dirinya.
Chaby menatapnya kasihan, ia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi karena seseorang tiba-tiba memanggil Pika dari depan pintu kelas.
"Pik, lo disuruh ke ruangan osis sekarang" seru Damar salah satu anggota osis dari depan pintu kelas.
"Iya-iya." balas Pika kemudian melirik Chaby sebentar.
"By, gue tinggal bentar ya. Entar istirahat kita ke kantin bareng." ucapnya, Chaby hanya mengangguk.
***
Seperti yang dikatakan Pika, ia balik ke kelas di jam istirahat dan mengajak Chaby ke kantin bareng. Mereka berdua pergi ke kantin kelas dua belas dilantai dua karena kantin kelas sepuluh sudah penuh.
"Maaf ya, gara-gara gue kelamaan kantinnya udah penuh. Kita makan di kantin ini aja" sesal Pika menatap Chaby. Mereka sudah didepan pintu masuk kantin kelas dua belas. Bodoh amat kalau ada kakak kelas yang tidak suka, lagian dia punya beberapa teman kakak kelas juga. Kakaknya juga kelas dua belas. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi dan dia tidak mau mati kelaparan.
"Lo juga pasti udah laparkan?" tanyanya ke Chaby yang di balas dengan anggukan pasti dari cewek itu. Pika terkekeh. Chaby sepertinya memang suka sekali makan, ekpresinya tidak bisa bohong kalau sudah mendengar kata makanan.
"Ya udah ayo!" Pika cepat-cepat menarik tangan Chaby, mencari-cari tempat duduk yang masih kosong. Pandangannya berhenti di sebuah sudut ruangan yang kebetulan masih ada kursi kosongnya. Ada tiga cowok yang menempati tempat itu dan ia kenal mereka. Tentu saja mereka adalah Decklan dan dua sahabatnya. Tak ada pilihan lain, hanya itu tempat tersisa yang kosong, tanpa aba-aba ia lagi-lagi menarik tangan Chaby berjalan cepat ke tempat para cowok itu. Beberapa cewek didalam kantin menatap mereka dengan wajah tidak senang tapi bodoh amat, Pika tidak peduli. Sekali lagi, ia hanya peduli pada perutnya yang sudah keroncongan dan minta di isi ini.
"Ngapain lo disini?" itu suara Decklan. Nada bicaranya ketus, Tidak peduli sekalipun Pika adik kandungnya. Pandangannya berpindah ke Chaby yang masih berdiri disebelah Pika. Cewek itu lagi. Ia mendengus kesal. Entah berjodoh atau apa, mereka terus bertemu.
"Liat tuh udah nggak ada bangku kosong." tunjuk Pika ke seisi ruangan kantin.
"Kantin kelas sepuluh udah penuh, aku dan Chaby udah kelaparan banget makanya dateng kesini." tambahnya panjang lebar dan tidak kalah ketus. Kakaknya pikir hanya dia apa yang bisa bicara kasar, dia juga bisa kali. Untung posisi mereka ada di paling sudut dan suara besar Pika tertutupi oleh keributan orang-orang dalam kantin itu. Bisa-bisa Dekclan yang di buat malu karena beradu mulut sama cewek bar-bar seperti adiknya itu.
"Terserah lo." balas cowok itu malas. Ia kembali sibuk dengan mainannya memutar-mutar gelas yang masih berisi air didepannya.
Pika tersenyum puas tak lupa mengajak Chaby duduk.
"Lo tunggu disini aja, biar gue yang pesen. Gue pesanin lo sup aja ya biar sehat."
Chaby ingin membuka suara bermaksud mengganti menu yang mau dipesan Pika tapi cewek itu cepat sekali perginya. Ya sudah, ia hanya bisa mendesah pasrah. Malah harus duduk ditengah-tengah para kakak kelasnya itu lagi.
Gadis itu mengangkat wajah dan melihat tiga cowok didepannya yang tengah menatapnya. Ia kembali menunduk malu dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal. Kok keadaannya jadi awkward kayak gini sih, setidaknya ia harus menyapa mereka. Gadis itu kembali memberanikan diri dan mengangkat kepalanya, pandangannya bertemu dengan Bara. Ia berusaha keras tersenyum manis ke cowok itu.
"H..hai kak Bara." sapanya namun tak ada balasan. Ia melihat cowok itu malah menatapnya tajam penuh permusuhan membuatnya nyalinya seketika hilang.
"Cewek kayak lo nggak usah ngomong sama gue." tukas Bara tidak bersahabat. Kata-katanya kasar dan amat menusuk hingga membuat Andra dan Decklan menatapnya seolah tidak menyangka kalau ucapan seperti itu akan keluar dari mulut seorang Bara.
Nanti Chaby sama siapa 😭😭😭😭
aku nggak rela Thor 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭