Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 21
"Surat pengunduran diri Dania sudah ada padaku."
Pram terdiam sesaat. Reyhan menatap tak percaya pada saudaranya itu.
" Dania resign? Kenapa?"
Kali ini Reyhan yang bertanya. Karena setau dirinya, almarhum Papinya Pram selalu saja memuji kinerja sekretaris nya.
" Tanya pada saudaramu itu, dia yang tau pasti. Semoga kau lekas sembuh Sea. Aku pamit."
Riko pergi meninggalkan ruang perawatan Sea. Sea menatap Pram yang masih mematung di tempatnya. Reyhan pun menatap nya penuh tanya.
" Pram, apa kalian ada masalah?"
Chelsea bertanya, namun Pram hanya diam. Lalu melanjutkan aktifitasnya mencuci tangan nya. Melihat situasi yang sedang tidak kondusif. Reyhan memilih untuk bertanya langsung pada Dania. Namun semua pesan yang di kirimnya hanya bercentang satu. Ponsel Dania tidak aktif juga.
" Pulanglah, Pram. Kamu sudah seharian disini. Biar aku saja, yang menemani Chelsea disini."
Reyhan meminta Pram pulang, karena dirinya merasa ada masalah yang harus segera di selesaikan oleh Dania dan juga Pram.
" Aku titip Chelsea."
Pram pergi meninggalkan ruangan itu. Kini hanya tinggal Reyhan dan juga Chelsea disana.
" Apa kamu tau sesuatu, Rey. Aku merasa Pram menyembunyikan sesuatu dariku.,"
Reyhan menghela nafasnya. Lalu menatap langit kamar Chelsea. Reyhan yang sudah mendengar insiden yang terjadi di saat makan siang itu, dan juga ucapan Pram pada Dania, hanya bisa terdiam.
" Sebaiknya kau istirahat, sudah larut. Aku akan tidur di sofa. Istirahat lah Sea, atau penyakitmu akan lebih parah nanti."
Chelsea hanya bisa menghela nafasnya, mereka semua sama. Tak pernah ingin melihat Chelsea memikirkan masalah mereka. Chelsea akan tau, apabila masalah itu sudah menemukan titik terang.
Reyhan menatap ponselnya. Belum ada jawaban dari Dania. Tak bisa di pungkiri, Reyhan jatuh hati pada wanita itu. Namun Pamannya sudah lebih dulu, meminta anaknya untuk menikahinya.
" Kalau kamu tidak bahagia, aku akan merebut mu dari Pram, Dania. Aku tidak akan pernah memaafkan Pram, kalau sampai kau terluka."
Reyhan. dan Chelsea. pun memasuki alam mimpinya. Sementara di apartemen Lena, kini mereka semua berkumpul.
Tari, Selly dan Lena, masih setia mendengarkan cerita Dania.
" Jadi Lo udah sebulan menyandang gelar Nyonya Pramudya? Gilaaa...."
Selly dengan suara tinggi menatap tajam ke arah Dania. Dania hanya mengangguk lemah.
"Tapi gue gak tau, sampe kapan pernikahan ini akan berlangsung, Gue gak pernah di anggap sama Pak Pram. "
Ucap Dania di iringi des*ah nafas dari bibirnya.
" Lo harus kuat, jangan cengeng. Gue yakin, lama-kelamaan laki-laki kulkas itu akan luluh. Sekarang yang gue pertanyakan, perasaan Lo ke pak Pram gimana?"
"Gue belum tau, kita jarang bicara. Tapi yang Gue beratin itu Mami nya, dan Cilla. Mami baik banget sama gue, dan Gue sayang banget ke Cilla. Gue ngerasain apa yang Cilla rasakan saat ini."
Ketiga sahabat Dania saling pandang. Lalu mereka memeluk Dania.
" Apaan sih, nanti gue nangis. Udah gue gak mau nangis."
Ketiga sahabatnya itu hanya tertawa, karena mereka tau, Dania orang yang paling bisa menahan air mata. Kalau Dania sudah sampai menangis, berarti itu sudah sangat menyakiti nya.
" Sekarang Lo udah gak di Hdn lagi, kita gak bisa ngumpul lagi dong."
" Tetap bisa. Gue berencana mau buka cafe. Ntar kalian bisa nongkrong disana,plus makan siang. Tapi inget...bayar ya.."
Ketiga sahabatnya itu kompak menyoraki Dania. Namun Dania hanya tertawa. Beginilah mereka setiap seseorang diantara mereka ada masalah, kalau pun tidak bisa membantu jalan keluarnya, namun mereka akan membuat diantara mereka bisa tersenyum atau tertawa.
Pram tiba di kediamannya hampir mendekati tengah malam, Pram berjalan menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara ibunya.
" Dimana Dania, Pram?"
Fatma yang tau sifat Pram, bertanya tanpa melihat ke arahnya. Fatma menatap lurus ke depan. Pram pun membalikkan tubuhnya, dan mendekati wanita yang telah melahirkannya itu.
" Pram gak tau, Mi. Pram udah cari, tapi gak ketemu."
Ucap Pram sambil memijit pangkal hidungnya.
" Mami tau, persahabatan antara kamu dan Chelsea sudah berlangsung lama. Sedangkan pernikahan kamu dan Dania baru berjalan satu bulan. Tapi bukan berarti sahabat kamu itu, lebih utama dari istri kamu. Apa ada seorang suami meninggalkan istrinya di depan pintu apartemen hanya karena sahabat suaminya itu sakit?"
" Mi..."
" Pram, mami tau, kamu tidak mencintai Dania. Tapi bisakan kamu menghargainya sebagai seorang perempuan. Dania baru saja mengalami hal tidak mengenakkan, dan itu terjadi di depan mata kamu. Tapi kamu lebih memilih pergi dan meninggalkannya. Dania baru saja mengalami pelecehan, Pram. Dimana hati kamu? Dia istri kamu Pram. "
Pram menghela nafasnya. Tak ingin berdebat dengan sang Ibu. Tapi dalam hati, Pram sangat marah pada Dania. Kenapa semua yabg terjadi diantara mereka bisa ibunya tau.
" Kau semakin ngelunjak Dania. Berani-beraninya kau mengadu pada Mami. Lihat saja, aku akan beri pelajaran untukmu." Batin Pram.
" Mi, sebaiknya mami istirahat. Pram juga mau istirahat, Mi."
Fatma pun meninggalkan putranya. Namun saat berdiri, dan ingin melangkah. Fatma kembali berkata.
" Suatu saat, kalau Dania sudah tidak sanggup untuk bertahan, Mami sendiri yang akan membawanya pergi dari kamu."
Pram terdiam. Sesayang itu kah, maminya pada Dania. Bahkan pada Almarhumah Sabina pun, maminya tak sesayang itu.
Pram melangkahkan kakinya menuju kamar, dan menghempaskan diri di ranjangnya. Kini pikirannya di penuhi rasa kebencian pada Dania.
Dania yang berada di apartemen Lena, pun tak dapat memejamkan matanya. Pikirannya masih berkelana.
" Duh...kenapa mesti di pikirin sich, ucapan dari es balok. Kan emang dia dari dulu begitu."
Dania mengacak-acak rambutnya. Rasa frustasinya karena ucapan Pram masih terngiang di telinganya.Dan hasilnya semalaman Dania tidak bisa tidur. Dan itu semua karena Pram.
Malam pun berganti menjadi pagi. Pukul tujuh pagi, teman-teman Dania sudah repot dengan kegiatan mereka. Karena pagi ini mereka akan ke kantor, sementara Dania sudah tidak.
Dania menatap mereka satu persatu. Lalu Tari yang melihat Dania menatap mereka pun menghentikan kegiatannya yang sedang memoles wajahnya.
" Lo gak apa-apa kan, Dan?"
" Kok Gue jadi kangen ya, pingin repot juga pagi-pagi. Kayak kalian gini. Padahal baru sehari gue resign."
Tari pun mendekati lalu membelai tangan Dania.
" Gue yakin, besok -besok Lo pasti lebih repot dari pada kita. Jangan sedih ya."
" Yyyeeeeeaaayyy....siapa yang sedih. Lo kebanyakan nonton Drakor, jadi gini. Dikit-dikit Lo baper."
Dania berkata sambil melepas tangannya dari tangan Tari. Dan sebuah pukulan pun mendarat di lengan atas nya.
" Sialan, Lo."
Kedua teman yang lainnya hanya tersenyum menyaksikan kejadian itu.
" Dan, ntar jangan lupa ya. Kalau Lo mau pulang. Lo kunciin semua. Ok ."
"Siap, Boss."
Baru dapat novelnya..
Hhhmmm ada hati kah Dok sm Dania?