NovelToon NovelToon
Married By Accident

Married By Accident

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Riin tak pernah menyangka kesalahan fatal di tempat kerjanya akan membawanya ke dalam masalah yang lebih besar yang merugikan perusahaan. Ia pun dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kehilangan pekerjaannya, atau menerima tawaran pernikahan kontrak dari CEO dingin dan perfeksionis, Cho Jae Hyun.

Jae Hyun, pewaris perusahaan penerbitan ternama, tengah dikejar-kejar keluarganya untuk segera menikah. Alih-alih menerima perjodohan yang telah diatur, ia memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan Riin. Dengan menikah secara kontrak, Jae Hyun bisa menghindari tekanan keluarganya, dan Riin dapat melunasi kesalahannya.

Namun, hidup bersama sebagai suami istri palsu tidaklah mudah. Perbedaan sifat mereka—Riin yang ceria dan ceroboh, serta Jae Hyun yang tegas dan penuh perhitungan—memicu konflik sekaligus momen-momen tak terduga. Tapi, ketika masa kontrak berakhir, apakah hubungan mereka akan tetap sekedar kesepakatan bisnis, atau ada sesuatu yang lebih dalam diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A Sign of Affection (1)

Langit malam telah sepenuhnya gelap, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang menggantung redup di atas atap rumah besar keluarga Cho. Lampu-lampu taman yang bersinar keemasan menerangi jalur batu menuju halaman depan, tempat sebuah mobil sedan hitam berkilau terparkir dengan sopan di bawah naungan pohon plum yang mulai berbunga.

Pak Kang, sopir pribadi Jae Hyun, berdiri tegap di dekat mobil, sesekali memeriksa jam tangannya dengan ekspresi tenang namun penuh perhatian. Di sisi lain, Ny. Hana sibuk memastikan bahwa beberapa kotak makanan yang ia siapkan dibawa dengan aman ke bagasi mobil.

Riin berdiri di ambang pintu rumah, sedikit kikuk namun tetap sopan. Tangannya menggenggam tali tas kecil, sementara wajahnya memperlihatkan perpaduan antara rasa terima kasih dan canggung. Ny. Hana, yang menyadari ekspresi itu, tersenyum hangat.

“Eommonim, sebenarnya tidak perlu repot-repot membawakan semua ini untukku,” ujar Riin dengan nada sungkan, mencoba menolak dengan halus.

Ny. Hana, dengan senyum keibuannya yang tulus, menggeleng ringan. “Repot apanya, sayang? Aku justru senang bisa menyiapkan semua ini untukmu. Kudengar kau tinggal bersama Ah Ri, kan? Nanti kalian bisa berbagi. Aku tahu kalian gadis-gadis muda yang sibuk bekerja, pasti jarang punya waktu untuk memasak. Jadi, anggap saja ini bantuanku agar kalian tidak kelaparan selama beberapa hari ke depan.”

Riin hanya bisa tersenyum kecil, merasa hangat namun sedikit bersalah. Perlakuan Ny. Hana yang begitu ramah seakan membuat kebohongan antara dirinya dan Jae Hyun semakin memberatkan. Ia mengikuti langkah Ny. Hana menuju mobil, di mana Jae Hyun sedang sibuk membantu Pak Kang mengangkat kotak makanan ke bagasi.

Di bawah remang lampu teras, Ny. Hana tiba-tiba berhenti dan menggenggam kedua tangan Riin. Tatapan matanya serius namun penuh kasih, seperti seorang ibu yang ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

“Riin~a,” panggilnya lembut, “bolehkah aku meminta tolong padamu?”

Riin menatap Ny. Hana, bingung namun penuh perhatian. “Jika aku bisa, pasti aku akan membantu. Memangnya ada apa, Eommonim?”

Ny. Hana menarik napas panjang sebelum berbicara. “Kau akan menjadi menantuku. Aku mohon, bantu aku untuk menjaganya.” Suaranya sedikit bergetar, menunjukkan betapa tulusnya permintaan itu. “Meskipun Jae Hyun keras kepala dan sering terlihat dingin, dia sebenarnya rapuh. Aku harap kau bisa cukup sabar menghadapinya.”

Riin merasa terkejut mendengar kata-kata itu. Namun sebelum ia sempat merespons, Ny. Hana melanjutkan dengan nada berbisik, seolah ingin menyampaikan sebuah rahasia. “Sebenarnya, dia juga cukup manja. Jika kau perhatikan nanti, dia pasti akan sangat bergantung padamu.”

Riin tidak bisa menahan ekspresi herannya. Sulit baginya membayangkan Jae Hyun, yang selalu tampil dingin dan tegas, memiliki sisi manja seperti yang dikatakan Ny. Hana. “Aku akan berusaha sebaik mungkin, Eommonim,” jawabnya akhirnya, meskipun suara hatinya penuh keraguan dan rasa bersalah.

“Baiklah,” jawab Ny. Hana, senyumnya kembali mengembang. “Aku percaya padamu.”

Percakapan mereka terputus oleh kehadiran Jae Hyun yang tiba-tiba muncul. Dengan alis sedikit terangkat, ia menatap keduanya bergantian. “Apa yang kalian bicarakan?” tanyanya, nada suaranya setengah penasaran, setengah curiga.

Sebelum Riin sempat menjawab, Ah Ra, yang muncul dari dalam rumah, menyela dengan tawa kecil. “Eomma sedang meminta Riin untuk berpikir ulang menikah dengan pria dingin sepertimu,” katanya sambil melipat tangan di dada, tatapannya penuh ledekan.

Seluruh keluarga tertawa kecil mendengar candaan itu. Namun Jae Hyun hanya menghela napas panjang, lalu berkata dengan penuh percaya diri, “Dia tidak perlu berpikir ulang karena dia akan mendapatkan pria terbaik.”

“Tentu saja,” jawab Ny. Hana sambil menggoda.

“Tapi sebelum kalian mulai saling memuji, lebih baik kalian segera pulang. Jangan membuat gadis berharga ini pulang terlalu larut.” kali ini Tn. Cho, yang berdiri di dekat pintu juga turut angkat bicara.

“Benar. Jae Hyun, jangan lupa minum obatmu setelah sampai di rumah.” Ny. Hana pun menimpali ucapan suaminya.

“Baiklah,” jawab Jae Hyun, menundukkan kepala sedikit untuk menunjukkan rasa hormat. “Kami pamit dulu.”

Tanpa ragu, Jae Hyun menggenggam tangan Riin, membuat gadis itu sedikit terkejut namun tidak menolak. Mereka berjalan berdampingan menuju mobil, melintasi jalan berbatu yang diterangi lampu-lampu taman. Keheningan di antara mereka terasa nyaman, meskipun hati Riin terusik oleh pikiran tentang kebohongan ini.

***

Malam semakin larut, suasana di dalam mobil yang membawa Jae Hyun dan Riin menuju apartemen mereka dipenuhi keheningan.

Riin duduk di kursinya dengan punggung tegak, sesekali mencuri pandang ke arah Jae Hyun yang bersandar lemah di sampingnya. Wajah pria itu terlihat pucat, kelopak matanya sedikit memerah, dan napasnya terdengar lebih berat dari biasanya. Kekhawatiran mulai merayap di hatinya, semakin kuat setiap kali ia meliriknya.

"Apa tidak sebaiknya kita pergi ke dokter? Sepertinya demammu semakin tinggi," tanya Riin akhirnya, suaranya lembut namun jelas mengandung nada cemas.

Jae Hyun membuka matanya perlahan, menoleh ke arah Riin dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. “Tidak perlu,” jawabnya pelan namun tegas. “Aku hanya butuh tidur. Besok pagi pasti sudah membaik.”

Riin memandangnya dengan ragu, ingin membantah namun enggan memaksakan kehendaknya. Ia tahu betul sifat keras kepala Jae Hyun. Sekalipun tubuhnya terasa rapuh, ia tak akan mengakui bahwa dirinya butuh bantuan.

Suasana kembali hening. Jae Hyun memejamkan matanya, kali ini lebih lama, hingga akhirnya napasnya terdengar teratur. Ia telah terlelap, meskipun sesekali tubuhnya sedikit bergeser, seolah mencari posisi yang lebih nyaman.

***

Mobil berhenti perlahan di depan apartemen Jae Hyun, sebuah gedung megah dengan desain modern minimalis yang berdiri menjulang di tengah keremangan malam.

Pak Kang mematikan mesin dan menoleh ke kursi belakang. "Tuan Jae Hyun, kita sudah sampai," katanya sambil sedikit menggoyangkan pundak pria yang masih terlelap itu.

Jae Hyun perlahan membuka matanya, mengerjap untuk menyesuaikan diri dengan cahaya di luar. Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya lelah, tetapi kesadarannya segera kembali saat ia melihat ke samping. Kursi di sebelahnya kosong.

“Pak Kang,” katanya dengan suara serak, “apa tadi kita sudah mengantar Riin pulang?”

Pak Kang mengangguk dengan sopan. “Iya, Tuan. Nona Riin melarang saya membangunkan Anda. Dia hanya meminta saya menyerahkan ini kepada Anda.”

Pak Kang kemudian mengulurkan sebuah paper bag kecil, Jae Hyun mengambilnya dengan ragu. Di dalamnya terdapat beberapa kemasan obat. Tangannya sedikit gemetar saat membuka lipatan kertas itu.

Sebuah senyum kecil muncul di wajahnya, tetapi ia buru-buru menghapusnya, seolah tak ingin terlihat luluh, bahkan pada dirinya sendiri. "Lalu bagaimana dengan barang bawaannya? Kau membantunya kan?" tanyanya dengan nada datar, mencoba mengalihkan perhatian dari perasaannya sendiri.

“Soal itu, Nona Ah Ri yang membantunya. Setelah itu, saya diminta segera mengantarkan Anda pulang,” jawab Pak Kang.

Jae Hyun mengangguk pelan, melemparkan pandangan ke luar jendela. Setelah beberapa detik hening, ia berkata, "Baiklah, terima kasih."

Ia turun dari mobil dengan langkah sedikit gontai, membawa paper bag di tangannya. Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi ia tak terburu-buru masuk ke gedung. Ia berhenti sejenak di depan pintu masuk, menatap paper bag itu lagi.

Obat-obatan sederhana itu terasa lebih dari sekadar barang biasa. Bagi Jae Hyun, itu adalah bentuk perhatian yang tulus, sesuatu yang jarang ia terima dari orang lain. Ia menghela napas panjang, sebuah emosi aneh menyeruak di dalam hatinya.

Langkah kakinya kembali terdengar saat ia menuju lift. Lobi apartemen yang dihiasi dengan marmer mengkilap dan lampu gantung kristal terlihat sepi. Hanya suara langkah sepatunya yang menggema di sana. Di dalam lift, ia menatap pantulan dirinya pada dinding kaca.

“Kenapa aku jadi seperti ini?” gumamnya pelan. Ia tersenyum tipis pada bayangannya sendiri, tetapi ada kilatan kejujuran dalam matanya—sebuah pengakuan yang ia belum siap untuk terima sepenuhnya.

***

1
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!