“15 menit, lakukan semuanya untuk membuatmu hamil dalam kurun waktu itu! Saya tidak menerima waktu lebih dari itu” Suara dingin dari seorang pria berhasil membuat wanita yang tengah berdiri gugup dengan pakaian renda tipis itu mematung.
Bau alkohol yang sangat keras menyeruak di indra penciumannya. Tidak pernah Layla sangka hidupnya akan berakhir seperti ini.
Menikahi siri dengan suami orang hanya untuk menyewakan rahimnya karena pasangan ini tidak bisa memiliki keturunan.
Tapi, apa katanya tadi? 15 menit untuk melakukan semuanya? Bagaimana bisa?
Melihat tak ada sahutan sama sekali dari wanita ini membuat pria itu menghela napas panjang dan hendak berbalik pergi, namun Layla, wanita itu menahan tangan pria itu.
“P-pak Saka…saya akan berusaha melakukannya dalam waktu 15 menit, asalkan Pak Saka bisa memberikan saya 300 juta setelah ini,” ujar Layla dengan suara yang bergetar, bahkan matanya tak berani menatap mata tajam nan dingin milik pria berkuasa yang ada di depannya ini.
Adisaka Tahta Hirawan, mendengar namanya saja sudah membuat Layla tertohok. Bagaimana tidak? Pria ini adalah salah satu pebisnis paling sukses yang diberkati dengan wajah tampan bak malaikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon serena fawke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 20
”APA? La, kamu gak lagi bercanda ka,?” Jena berteriak sangat keras hingga membuat Layla memelototinya dengan tajam. Padahal sebelum Layla menceritakan apa yang terjadi dia sudah mewanti wanti Jena untuk tetap tenang dan diapun sudah berjanji untuk tetap tenang.
Jena masih tetap dengan wajah syoknya. Bahkan, makanannya yang ada di depannya tidak berharga lagi karena berita panas tentang kehidupan temannya ini jauh lebih menarik.
Jena membenarkan posisi duduknya sehingga dia bisa mendekatkan wajahnya. ”Jadi maksud kamu Farrel bukan anak Tama?” tanya Jena, seakan ini salah paham terbesar yang pernah dia lakukan seumur hidupnya.
Layla mengangguk. Dia memang sudah berjanji untuk memberitahu Jena semuanya karena sejujurnya ini sangat berat untuk ia ceritakan bahkan Layla belum bisa menceritakan semuanya secara jelas kepada Ibunya sendiri.
”7 tahun lalu setelah ayah meninggal Ibuku sakit kau tau itukan? Saat itu kau masih diluar negeri jadi aku tidak bisa menceritakannya pada siapapun. Aku sangat memerlukan uang untuk operasi Ibu dan posisinya saat itu aku sudah cerai dengannya lalu tiba tiba ada wanita yang datang menawari untuk menjadi ibu pengganti karena dia tidak bisa punya anak.”
Jena bahkan sampai menutup mulutnya saking syoknya mendengar itu. Dari wajahnya sepertinya dia sudah bisa menebak apa yang terjadi sehingga bisa ada Farrel sekarang.
”Terus?” tanyanya dengan nada yang frustasi. Dia berpikir heran kenapa sahabatnya ini bisa merahasiakan ini selama ini? Bisa bisanya Jena berpikir selama ini Farrel adalah anak Tama, ya walaupun sangat tidak mirip dengan pria itu.
Layla menghela napasnya. ”Aku menerimanya, mereka mereka menjanjikan uang 500 juta jika aku bisa hamil dan memberikan 2 miliar jika aku bisa menyelesaikan semuanya sampai akhir, tapi...” Layla menghentikan ucapannya.
Perkataan Tama kemarin kembali berputar dikepalanya tentang perbuatan Nyonya Meira yang bahkan dia sendiri baru tahu.
Jena memegang tangan Layla yang terlihat cukup sedih saat menceritakannya. Jena tahu betul bagaimana menderitanya Layla saat itu akan tetapi sata itu Jena juga tidka dalam posisi yang bisa membantunya banyak tetapi Jena sering mengiriminya uang dari hasil kerjanya dulu karena papanya menghukumnya sangat lama karena tidak mau menikah waktu itu.
Jena tidak menyangka Layla akan menghadapi masalah yang sebesar ini. ”Kalau aku denger denger, kok persis kayak cerita sinetron. Emang ada wanita yang rela suaminya melakukan hal itu? Sungguh gila!” Jena menghembuskan napasnya kasar.
Layla kembali menatap Jena. ”Kau pasti sudah tau sisanya. Aku diusir karena Tama datang tiba tiba dan menuduhku selingkuh dan aku langsung diusir saat itu juga tanpa tahu aku sudah hamil.”
Jena kembali ternganga, sungguh dia tidak menyangka kenyataan bisa semengejutkan ini. ”Tunggu! Jadi orang itu bahkan tidak tahu kau sudah hamil? Aku mengira mereka menuduhmu hamil anak Tama. Jadi mereka sama sekali tidak tahu sampai sekarang?” tanya Jena bertubi tubi.
Layla hanya bisa mengeleng. Sementara Jena seketika melemas. Lalu sebuah pertanyaan besar muncul di kepalanya. ”Siapa? Siapa pasangan suami istri itu? Pasti mereka orang kaya, aku sangat penasaran.”
Layla terdiam. Saat dia memutuskan untuk menceritakan ini dia seharusnya sudah siap untuk memberitahu Jena siapa ayah kandung Farrel tetapi dia tidak yakin Jena bisa menerimanya bahkan Layla sendiripun sekarang masih tidak menyangka dia berakhir menjadi sekretaris ayah dari putranya itu.
Jena menaikkan alisnya dia terlihat sangat penasaran, ”Apa dia tidak dari kota ini? Itu bisa dipahami kau pasti ingin kabur saj—
”Tidak!” Layla memotong cepat. ”Saat aku mengatakannya aku memohon kau jangan berteriak, paham?” Layla kembali memperingati mengingat mereka berdua sedang makan siang di kantin perusahaan.
Jena mengangguk serius karena melihat ekspresi Layla sepertinya memang sangat serius masalah ini. Kebetulan sekali saat bibir Layla kelu untuk menyebut nama pria itu, Saka muncul di sebuah TV besar yang ada di sekeliling kantin.
Disana pria itu mengenakan jas yang sangat rapi tengah menjawab sebuah wawancara ekslusif di sebuah saluran televisi yang sepertinya direkam jauh sebelum pelantikannya menjadi CEO baru. Karena tidak ingin menyebutnya Layla mengarahkan tangannya menunjuk Saka di layar itu.
Jena yang kebingungan langusng menoleh ke arah Layla menunjuknya. ”Hah? Pegawai kantin itu?”
Layla menggeram kesal. ”Pria yang ada di TV itu.” Saat Layla mengucapkan itulah Jena terdiam cukup lama, sebelum akhirnya dia menatap Layla dengan wajah horonya.
”La! Gak lucu kalau kamu bercanda sejauh ini.”
Layla menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sangat serius hingga Jena kembali melihat ke layar itu untuk memastikan pria yang dia lihat adalah Adisaka Tahta Hirawan, CEP Hirawan Corp, bos perusahaan mereka.
”HAHH PAK SAKA?” teriak Jena membuat Layla membekap mulutnya dan tersenyum kikuk ke arah pegawai yang menatapnya dengan tatapan tidak nyaman.
”LAYLA! Jadi.....F-farel itu anak kandung Pak Saka? J-jadi dia suami kamu dan...ahhh ini benar benar gila!” Jena bahkan sampai mengacak rambutnya syok. Sementara Layla sudah terbiasa menerima jalan hidupnya seperti ini adanya.
”Kau yang menawariku pekerjaan disini saat itu masih kakeknya yang menjadi CEO siapa sangka itu dia? Aku benar benar syok saat itu,” lirih Layla.
Jena sekarang paham semuanya. ”Jadi kemarin itu kamu bersikap aneh karena menghindari Pak Saka? Ah, pantas saja kau sampai dimarahi Bu Pamela. Layla kenapa bisa seperti ini? Aku sampai tidak bisa berkata kata.”
Belum sempat Layla menjawab, ponsel Layla berdering menunjukkan nama pemanggil yang terpampang jelas, Pak Saka. ”Baru aja diomongin, dia sepertinya sudah datang aku harus ke sana sekarang.”
”La....” Jena hendak mencegah sahabatnya itu. ”Kita bicara lagi nanti,” lanjutnya karena tidak ingin mengganggu pekerjaan Layla.
Wanita cantik itu berjalan cepat ke arah menuju ke lantai 10 melewati lobi yang biasanya menjadi tempat paling ramai di perusahaan ini. Layla berjalan cepat karena dia tahu bagaimana semua orang membencinya disini karena dia mejadi bahan bualan semua orang.
Akan tetapi, saat dia berjalan sama sekali tidak ada yang berani menatapnya bahkan membiacarakannya secara terang terangan seperti biasanya. Layla baru menyadarinya sekarang kalau dipikir pikir belakangan ini memang sama sekali tidak ada yang berani mengganggunya lagi.
”Apa mungkin mereka tahu aku tidak menggoda Pak Saka sama sekalu? Tapi tetap saja ini aneh,” gumamnya tapi jika dipikir pikir bukankah bagus? Layla bisa bekerja dengan tenang sekarang.
Namun, saat Layla tengah berjalan melewati lobi di lantai 1 hendak menuju lift, Saka datang dengan rombongan antek anteknya di belakang. Pria itu seepertinya telat karena dia sama sekali tidak ada kabar dari pagi tanpa memberitahu siapapun.
Layla berjalan mendekat saat langkah mereka bertemu. Mata tajam Saka tepat bertemu dengan mata Layla dan entah kenapa saat itu juga Layla bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres, tatapan Saka jauh lebih dingin dari biasanya.
”Selamat Pagi Pak Saka,” sapa Layla namun tidak dibalas pria itu. Layla hany diam mengikuti dan mereka masuk ke lift bersama.
Selama di lift semuanya diam tak berani berbicara begitu pula Layla yang merasakan aura dingin Saka yang berkali kali lipat lebih dari biasanya. ’Apa ada masalah?’ Layla menerka nerka.
Hingga pintu lift terbuka dan Layla hanya bisa mengekor di belakang pria itu mengikutinya ke dalam ruangannya. Jantungnya berdebar kencang memikirkan apa Saka marah karena tatapannya yang setajam burung elang itu terlihat ditunjukkan ke arahnya.
Apa salahnya sebenarnya?
Brak!
Saka bahkan tidak repot repot untuk membuka pintu dengan lembut tapi dia malah mendorongnya kasar. Layla dapat merasakan aura kemarah pria itu.
”A-apa ada yang bisa lakukan Pak Saka? Semua file yang anda minta sudah saya kirim melalui email,” ucap Layla pelan.
Saka melempar asal jasnya dan melipat lengan bajunya sepertinya dia bersiap untuk lembur karena jika ada pertemuan penting Saka tidak akan melepas jasnya. Namun, saat Saka bergerak Layla secara tak sadar memperhatikan telapak tangan Saka yang mengeluarkan darah segar.
Layla terlihat sangat syok saat melihatnya hingga dia langsung berlari untuk melihatnya dengan wajah kahwatir. ”Pak Saka! Tangan anda berdarah.” Layla berteriak histeris sambil memegang tangan kanan pria itu bekas pertengkarannya kemarin dengan istrinya.
Saka terdiam sangat lama karena melihat wajah khawatir wanita itu. Tidak pernah sekalipun Saka melihat seseorang mengkhawatirkannya tapi kenapa wanita ini melakukannya?
”Pak Saka tunggu disini saya akan mengambil kotak obat jangan begerak.” Layla langsung berlari keluar untuk mencari kotak obat.
Saka yang hendak mengatakan tidak perlu sudah terlambat karena wanita itu sudah berlari cepat. ”Ah! Wanita itu selalu bisa membuatku merasa terganggu seperti ini. Memangnya apa yang sangat bagus darinya hingga kau bisa memikirkannya segila ini Saka?” Pria itu memukul mejanya dengan tangan terkepal.
Dia benci dirinya yang tidak terkendali saat ada di dekat wanita itu. Padahal dia berniat marah karena kejadian kemarin di rumah sakit tapi ujung ujungnya dia sendiri yang melembut.