Kebangkitan Sang Jenderal Di Dunia Modern

Beberapa hari kemudian, suasana di apartemen Ethan dan Evelyn mendadak berubah tegang. Beberapa mobil hitam berderet rapi di depan gedung, masing-masing dijaga ketat oleh pria berbadan kekar berseragam hitam. Mata mereka waspada, siap menghadapi segala kemungkinan.

Di tengah iring-iringan itu, seorang pria tua dengan aura berwibawa turun dari salah satu mobil utama. Wajahnya penuh garis ketegasan, namun sorot matanya menyiratkan harapan dan kebanggaan yang tertahan. Dialah Tuan Besar Long, patriark keluarga Long yang terkenal kaya raya dan berkuasa.

Seorang pengawal membukakan pintu apartemen dengan hati-hati. Di dalam, Ethan sedang duduk santai di sofa sambil membaca laporan dari Keira, sementara Mei ibu dari Ethan berdiri di dapur, menuangkan secangkir kopi.

Ketukan pintu yang berat membuat keduanya menoleh. Mei berjalan mendahului untuk membukakan pintu. Betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang berdiri di sana.

"Papa?" Suara Mei bergetar.

Tuan Besar Long tersenyum tipis, meskipun wajahnya tetap menunjukkan wibawa yang tak tergoyahkan. "Mei, akhirnya Papa menemukanmu."

Ethan yang mendengar suara itu berdiri dari sofa, langkahnya mantap namun penuh tanda tanya. Saat dia melihat pria tua itu, ada sesuatu yang aneh terasa — mungkin karena pria ini terlihat sangat mirip dengan ibunya.

"Ethan Zhao," panggil Tuan Besar Long dengan nada tegas namun penuh kebanggaan. "Cucu laki-laki dari keluarga Long. Kau mewarisi darahku."

Ethan tetap tenang, meskipun dalam hatinya ada gelombang besar yang tiba-tiba menyeruak. Dia tidak menyangka bahwa keluarga ibunya ternyata mendatanginya lebih cepat dari perkiraannya.

Sementara itu, Mei mencoba menahan emosi yang berkecamuk dalam dirinya. "Papa ... kenapa kau baru mencariku sekarang?"

Tuan Long menghela napas panjang. "Aku telah mencarimu selama bertahun-tahun. Sekarang aku tidak akan membiarkan kalian berdua lepas dari keluarga Long lagi."

Ethan menyipitkan mata, suaranya dingin namun tajam. "Jadi, kau datang ke sini untuk mengklaim kami? Atau ada rencana lain yang belum kau sebutkan?"

Tuan Long tersenyum tipis mendengar keberanian cucunya. "Kau tidak seperti yang kudengar tentang Ethan Zhao sebelumnya. Aku menyukainya."

Ethan tetap waspada, meskipun dalam benaknya mulai terpikir bahwa pertemuan ini bisa membuka jalan baru untuk rencana besarnya. Keluarga Long adalah kekuatan besar yang dapat mempercepat kehancuran Felix dan semua musuhnya.

Tapi Ethan belum bisa percaya pada keluarga Long sepenuhnya, apalagi dia juga mendengar jika persaingan dingin antara keluarga cabang dan utama semakin memanas.

****

Hari itu, suasana di sebuah mall besar di pusat kota begitu ramai. Cahaya dari etalase toko yang gemerlap menyatu dengan hiruk-pikuk orang-orang yang berlalu-lalang. Di tengah keramaian tersebut, sosok Ethan Zhao yang kini tampil dengan penuh percaya diri berjalan beriringan bersama Keira Yan, wanita cerdas yang kini menjadi salah satu anggota penting timnya.

Dengan blazer hitam yang pas di tubuh atletisnya serta wajah yang semakin tampan setelah perubahan drastis penampilan, Ethan berhasil menarik perhatian banyak orang di sekitar mereka. Di sisi lain, Keira yang mengenakan gaun simpel namun elegan dengan rambut terurai anggun, tampak tak kalah memikat.

Mereka sengaja datang ke mall itu setelah percakapan serius dengan Tuan Besar Long beberapa hari sebelumnya. Ethan akhirnya setuju untuk kembali ke keluarga Long dan bersedia diperkenalkan secara resmi di depan publik sebagai pewaris keluarga terhormat tersebut.

Keira yang berjalan di sampingnya melirik Ethan dengan senyum kecil. "Jadi bagaimana rasanya menjadi calon pewaris keluarga aristokrat besar?" tanyanya sambil bercanda.

Ethan tersenyum tipis. "Aku hanya memanfaatkan kesempatan yang ada. Mereka yang menindasku dulu harus bersiap menghadapi konsekuensinya." Nada suaranya dingin, mengingat penghinaan keluarga Zhao dan Felix.

Keira terkekeh ringan. "Kau benar-benar berbeda dari Ethan yang dulu dikenal lemah dan culun, ya? Aku hampir tidak percaya."

Ethan berhenti di depan salah satu butik mewah. "Perubahan itu perlu, Keira. Kalau kita tidak berubah, dunia yang akan menghancurkan kita."

Keira mengangguk, mengerti sepenuhnya maksud Ethan.

Saat mereka melanjutkan langkah, tiba-tiba sekelompok orang terlihat berkerumun di depan mereka. Dari tengah kerumunan itu, muncul sosok familiar yang membuat senyum tipis di wajah Ethan. Itu adalah Felix Zhao, yang tampak berbicara dengan seorang wanita cantik yang tak lain adalah Clara. Keduanya terlihat mesra, tertawa seolah dunia milik mereka berdua.**

Keira mendekatkan diri ke Ethan. "Mau kubuat sedikit keramaian?" bisiknya dengan nada licik.

Ethan tersenyum penuh arti. "Tidak sekarang. Waktunya belum tepat. Tapi sebentar lagi mereka akan tahu siapa yang benar-benar memegang kendali."

Mereka pun ingin mengambil langkah dengan tenang, meninggalkan bayangan rencana besar yang sudah menunggu untuk dieksekusi. Ethan Zhao yang baru siap menunjukkan pada dunia bahwa tidak ada lagi tempat bagi mereka yang berani menginjak harga dirinya.

Saat Ethan dan Keira hendak beranjak pergi, suara nyaring dan menyebalkan yang sudah sangat dikenalnya terdengar di belakang mereka.

"Ethan? Astaga, aku tidak percaya kau benar-benar berani keluar ke tempat umum seperti ini," cemooh Clara sambil berjalan mendekat bersama Felix. Wajah wanita itu menyiratkan kesombongan seperti biasa, meski matanya sempat terpaku sejenak pada tubuh kekar Ethan yang terlihat jauh berbeda dari pria lemah yang pernah menjadi suaminya.

Felix, dengan senyum sinis di wajahnya, menimpali, "Sepertinya kamu tidak belajar apa-apa dari semua penghinaan yang kau alami, ya? Oh tunggu, mungkin kau sedang menikmati masa-masa menjadi pecundang profesional?"

Keira yang berdiri di samping Ethan menatap keduanya dengan tatapan dingin. "Lucu sekali. Orang yang terancam bangkrut masih punya waktu untuk menghina orang lain," sindir Keira tajam, membuat wajah Felix sedikit memerah karena malu.

Namun Ethan tetap tenang. Wajahnya tanpa ekspresi, seperti seorang jenderal yang terbiasa menghadapi musuh di medan perang. Dia melirik sekilas ke arah Clara yang berusaha mempertahankan sikap sombongnya meski matanya tak bisa berhenti menilai perubahan besar pada Ethan.

"Felix," ujar Ethan dengan suara rendah namun penuh kekuatan, "Kalau aku jadi kau, aku akan lebih sibuk memperbaiki proyek gagal daripada menghabiskan waktu menghina orang yang jelas jauh lebih baik darimu."

Felix mendengus marah, "Apa maksudmu? Kau cuma sampah yang dibuang keluarga Zhao. Tidak peduli seberapa tampan atau besar ototmu, kau tetap pecundang."

Clara tertawa kecil, meski suara tawanya terdengar sedikit gugup. "Kau pikir dengan tubuh seperti itu kau bisa mengubah nasibmu? Jangan mimpi, Ethan."

Ethan tidak bereaksi. Dia hanya memberikan senyum dingin yang membuat Felix dan Clara tanpa sadar merasa tidak nyaman. "Kita lihat saja siapa yang tertawa terakhir," ucap Ethan dengan nada mengancam yang halus namun menusuk.

Keira menyeringai, menikmati ketegangan yang terasa di udara. "Ayo, Ethan. Tidak perlu membuang waktu dengan orang-orang yang hidupnya sebentar lagi ambruk."

Tanpa menunggu jawaban, Ethan berjalan pergi bersama Keira, meninggalkan Felix yang semakin murka dan Clara yang tampak gelisah meski berusaha menyembunyikannya.

Di dalam hati mereka, baik Felix maupun Clara tahu — Ethan yang dulu tidak ada lagi. Tapi mereka belum tahu, sejauh mana Ethan telah berubah.