"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 11
Sherina mengangguk, merasa lega karena Mama dan Papa mau menasihatinya. "Ya, Ma. Aku paham maksud Mama."
Citra tersenyum dan memeluk Sherina erat. "Bagus, Sayang. Mama percaya kamu bisa membuat keputusan yang tepat."
Sherina merasa lega dan berterima kasih kepada Mama dan Papa karena telah menasihatinya. Dia mulai memikirkan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Citra melepas pelukan lalu tersenyum lembut. "Mama pikir kamu harus mencoba berbicara dengan Vega lagi. Tapi kali ini, kamu harus siap untuk mendengarkan apa yang dia katakan dan memahami perasaannya."
Sherina mengangguk, merasa lega karena Mama dan Papa mau membantunya. "Ya, Ma. Aku akan mencoba."
Citra dan suaminya saling menatap dengan senyum. Mereka merasa lega karena Sherina telah kembali ceria.
"Sekarang, kamu hubungi Vega," kata Citra, memerintah.
Sherina mengangguk. "Ya, Ma. Aku akan mencoba menghubungi dia lagi."
Sherina segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Vega lagi. Kali ini, Vega menjawab panggilannya.
"Hm," suara Vega terdengar sedih.
"Vega, kamu ada di mana? Kenapa pergi tidak pamit? Aku minta maaf," kata Sherina, suaranya terdengar bergetar karena merasa senang Vega mau menjawab panggilannya.
Vega terdiam sejenak. "Aku ada di hatimu, Sherina. Aku tidak pergi. Tapi maaf aku masih perlu waktu untuk memikirkan apa yang terjadi."
Sherina memejam, tersenyum tipis, walaupun sedang marah, Vega tetap melontarkan kata romantis padanya. Sherina mengangguk, meskipun Vega tidak bisa melihatnya. "Aku paham, Vega. Aku akan memberi kamu waktu."
Vega terdiam lagi.
Sherina penasaran. "Sebenarnya kamu ada di mana? Aku mengkhawatirkan dirimu, Veg," tanya Sherina.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, yang perlu kamu khawatirkan adalah hubungan kita." kata Vega masih kecewa dengan Sherina.
Sherina merasa sedikit terpukul oleh kata-kata Vega, tapi dia juga merasa lega karena Vega masih mau berbicara dengannya. "Aku paham, Vega," kata Sherina, suaranya terdengar lembut. "Aku akan memberi kamu waktu untuk memikirkan apa yang terjadi. Tapi aku ingin bertemu dengan kamu, Vega. Aku ingin membicarakan tentang apa yang terjadi dan bagaimana kita bisa memperbaiki hubungan kita."
Vega terdiam sejenak, lalu dia menjawab. "Baik, Sherina. Aku setuju untuk bertemu dengan kamu. Tapi tidak untuk sekarang ini aku masih membutuhkan waktu jika ingin bertemu dengan kamu."
Sherina merasa sedikit kecewa karena Vega masih membutuhkan waktu, tapi dia juga merasa lega karena Vega masih mau bertemu dengannya. "Baik, Vega," kata Sherina, suaranya terdengar lembut. "Aku akan memberi kamu waktu. Aku akan menunggu kamu sampai kamu siap untuk bertemu dengan aku."
Vega terdiam sejenak, lalu dia menjawab. "Terima kasih, Sherina. Aku akan menghubungi kamu saat aku siap."
Sherina mengangguk, meskipun Vega tidak bisa melihatnya. "Baik, Vega. Aku akan menunggu kamu." kata Sherina, lalu Vega mengakhiri panggilan.
Dan begitulah, Sherina dan Vega berpisah lagi, tapi kali ini dengan jarak lebih dekat, Sherina berharap bahwa mereka akan bertemu lagi saat Vega siap. Sherina merasa lega karena dia telah melakukan yang terbaik untuk memperbaiki hubungan mereka, dan sekarang dia hanya perlu menunggu Vega untuk menghubunginya kembali.
"Bagaimana, Sayang?" tanya Citra menatap wajah Sherina tertekuk lesu.
Sherina menunduk kembali menitikan air mata. "Vega, masih membutuhkan waktu untuk bertemu denganku, Ma," kata Sherina lalu mengangkat kepala dan menatap Mama. "Aku kecewa karena Vega masih membutuhkan waktu."
Citra mengangguk dan memeluk Sherina erat. "Mama paham, Sayang. Tapi kamu harus sabar dan memberi Vega waktu untuk memikirkan apa yang terjadi. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk memperbaiki hubungan kalian, dan sekarang kamu hanya perlu menunggu Vega untuk menghubungi kamu kembali."
Sherina mengangguk, menghapus air mata yang sempat terjatuh dipipinya dan membalas pelukan Citra. "Aku paham, Ma. Aku akan sabar dan menunggu Vega."
Citra melepas pelukan dan tersenyum lembut. "Mama percaya kamu bisa melakukannya, Sayang. Kamu kuat dan bisa menghadapi apa pun yang terjadi."
Sherina tersenyum kembali dan merasa lega karena Mama memberinya semangat.
Sementara itu, Vega yang tengah berada dikamar temannya merasa sedih dan juga bingung harus melakukan apa. Sebenarnya, Vega tidak ingin berjauhan dengan Sherina mengingat dia masih sangat merindukan Sherina yang baru berapa hari pulang dari Singapura.
Apalagi, mengingat waktu libur semester Sherina yang hanya dua minggu saja, Vega sangatlah ingin menghabiskan waktu bersama dia, mengukir hal-hal kecil yang indah dan berkesan dengan Sherina, sebelum tiba waktunya dia kembali terbang ke Singapura dan kembali disibukan dengan pendidikannya.
Tapi, impian itu gagal. Kedatangan sosok Ari teman masa SMA Sherina membuat rencana yang Vega siapkan sejak beberapa minggu lalu berantakan dan tidak sesuai keinginan.
Kali ini Vega benar-benar dilema entah harus bersikap bagaimana. Vega merasa, Sherina tidak benar-benar mencintainya. Jika Sherina benar mencintainya, dia pasti akan menuruti perintahnya untuk tidak bertemu dengan Ari lagi tapi, tadi Sherina menolaknya.
Vega memandang ke arah jendela, melihat langit yang gelap karena waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Dia merasa sedih dan semakin bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Sherina.
Tiba-tiba, teman Vega, Vario, masuk ke dalam kamar. "Veg, Kamu masih sedih?" tanya Vario, melihat wajah Vega yang murung.
Vega mengangguk. "Ya, aku masih sedih. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hubunganku dengan Sherina."
Vario duduk di sebelah Vega. "Kamu harus berbicara dengan Sherina, Vega. Kamu harus menjelaskan apa yang terjadi dan meminta maaf jika kamu telah melakukan kesalahan."
Vega menggeleng. "Aku tidak melakukan kesalahan, Var. Sherina lah yang telah melakukan kesalahan. Dia berani pergi dengan teman cowok lamanya tanpa izin dariku." kata Vega menggebu.
Vario tersenyum. "Jika permasalahannya seperti itu aku rasa Sherina tidak bersalah Veg, dia hanya pergi dengan temannya. Apa yang perlu dipermasalahkan?" tanya Vario menatap Vega yang terlihat kecewa.
Vega menatap Vario tajam. "Kamu berbicara seperti itu karena masih jomblo!" Vega menyanggah perkataan Vario dan kembali menatap langit yang gelap.
Vario terkekeh. "Ya, kamu memanglah benar Veg, maka dari itu jangan bercerita padaku, percuma." jawab Vario, tertawa kecil dan memilih memainkan ponselnya bermain game.
Vega terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-kata Vario. Dia mulai menyadari bahwa mungkin dia telah bereaksi berlebihan terhadap Sherina.
"Tapi kamu benar, Var," kata Vega, suaranya terdengar lebih tenang. "Mungkin aku telah bereaksi berlebihan. Tapi aku masih merasa sakit karena Sherina tidak memahami perasaanku."
Vario mengangguk. "Aku paham, Veg. Tapi kamu harus mencoba untuk memahami perspektif Sherina juga. Mungkin dia tidak menyadari bahwa tindakannya akan menyakitimu."