Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.28
"Hai... Widuri? Aku Thomas, Nyonya Martha baru saja menghubungiku agar aku menemuimu, kau Widuri bukan?"
Tiba-tiba seorang pria menghampiri mereka yang tengah beradu emosi.
Widuri menolehkan kepala ke arah suara, begitu juga dengan Marcel yang langsung menghujamnya dengan tatapan tajam siap menerkam.
"Thomas?" ujar Widuri.
Pria gagah yang sebelumnya Widuri lihat di foto mengangguk, lantas mengulurkan tangan ke arahnya. Begitu juga dengan Widuri dengan tangan yang terulur menyambut tangannya.
"Senang bertemu denganmu!"
Namun belum juga kedua tangan itu saling menyentuh, secepat kilat Marcel menarik tangan Widuri, ia mendengus ke arahnya dan langsung tersenyum ke arah Thomas.
"Maaf Th---, Hey kau gila, aku mau berkencan!" pekik Widuri saat Marcel kembali menarik pergelangan tangannya dan mengabaikan Thomas yang masih mematung.
Marcel membuka pintu mobil dan menyuruh Widuri masuk. Thomas menyusul, ia menarik Widuri agar tidak masuk.
"Kau mau bawa dia kemana?"
Merasa dihalangi orang, Marcel mendorong Thomas, lalu menggenggam tangan Widuri. Membuat gadis itu diam-diam tersenyum dalam hati. Rasakan kau.
"Minggir!"
"Hey, tidak perlu kasar. Aku datang baik-baik untuk bertemu Widuri! Kau siapa?" tanya Thomas dengan suara keras.
"Bukan urusanmu. Minggir!" kata Marcel kembali dia dorong pria bernama Thomas itu. Setelahnya ia mendorong Widuri masuk dan bergegas ke arah lain guna melajukan kendaraan.
Beruntung Ferdy datang dan berhasil mencegah Thomas agar tidak mengikutinya.
"Biarkan mereka pergi."
Thomas menolehkan kepala pada Ferdy, "Aku sudah mengirimkan nomor rekeningku padanya!" katanya sambil berlalu pergi.
Ferdy hanya mengangguk, sesungguhnya ia hanya menunggu perintah Widuri saja.
Mobil melaju begitu cepat, Widuri berkali-kali berdecak kesal karena cara menyetir Marcel yang tidak biasa.
"Kau benar-benar gila! Ada apa denganmu?"
"Kau yang gila! Ada apa denganmu sampai kau melakukan hal itu!?" jawab Marcel kesal.
"Lho. Memangnya tidak boleh? Aku bebas melakukan apapun. Lihat sekarang, kau merusak acara kencan butaku!"
"Murahan! Kau benar-benar murahan! Sudah berapa pria yang kau ajak menikah selain aku!?" ujar Marcel, kekesalannya tampak jelas dari wajahnya.
Widuri diam, sejenak berfikir apa yang terjadi pada Marcel. Tak lama ia pun mengulum senyuman melihat kemarahan pria itu, terlihat menggemaskan.
"Thomas menarik, wajahnya imut dan terkesan awet muda, rambutnya hitam dengan wanginya itu...," Widuri menghirup nafas panjang melalui hidungnya, "Wangi yang khas, kau juga mencium aroma tubuhnya kan tadi? sepertinya dia sangat cocok aku ajak menikah dan bekerja sama!" ujar Widuri memanas-manasi.
"Asal kau tahu pria bernama Thomas itu...,"
"Sudahlah, tidak perlu mencampuri urusanku! Dia pilihan terbaik dari 10 kandidat," seru Widuri dengan kesepuluh jari yang dia tunjukan ke arah Marcel yang fokus mengemudi.
"Luar biasa, kau terlihat bangga dengan hal itu?"
"Tentu saja, aku punya banyak pilihan meskipun pernah satu kali ditolak!" jawabnya menyindir.
"Dengar Widuri! Pria itu adalah asisten sutradara yang membuat film porno! Kau harus tahu itu, pria itu tidak baik!" terang Marcel lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari arah jalan.
Widuri tidak kaget, ia justru semakin tersenyum melihat kecemburuan Marcel yang tiba-tiba terlihat. "Tidak masalah... Toh aku dan dia hanya akan berkencan lalu menikah sesuai aturan yang aku buat, lagi pula sudah tidak ada pria baik di dunia ini, semua hanya penipu. Contohnya kau...." "Widuri! Cukup...!"
"Kenapa kau marah saat aku membahasmu, bukankah itu benar? Kau fikir kau ini pria baik karena memberitahuku soal Thomas?"
"Cukup. Jangan memancing kemarahanku Widuri!"
Widuri mengernyit, "Kenapa juga kau marah. Bukankah kau yang menolakku kemarin? Lupa....?"
Beberapa kali Marcel menghela nafas berat, entah apa yang dia rasakan saat ini yang jelas dirinya ingin marah sekali setelah melihat dan mendengar apa yang dibicarakan Widuri tadi.
"Dia hanya akan memanfaatkanmu saja!" Suara Marcel sedikit turun, susah payah dirinya mengontrol emosi.
"Tidak apa-apa, toh aku juga memanfaatkannya bukan?" tukas Widuri dengan enteng dan keras kepala.
Marcel kali ini diam, ia tak bisa menjawab, secara tiba-tiba ia kehilangan akal sehatnya mendengar jawaban Widuri.
Gadis itu memicingkan kedua mata ke arahnya.
"Apa kau sengaja menguping pembicaraanku dan Tante Martha tadi sampai-sampai kau tahu semua! Ku fikir aku peduli sekalipun kau marah tanpa alasan setelah menolakku kemarin," kata Widuri yang semakin mengulum senyuman.
Lucu sekali melihat Expresi wajah Marcel saat ini yang terlihat bak anak kecil yang tengah merajuk saat mendapat sindiran demi sindiran yang dilakukannya.
"Kau memang tidak harus peduli!"
"Lantas apa yang kau lakukan sekarang ini, Marcel?" kata Widuri penuh penekanan.
"Pokoknya aku tidak setuju kau dengannya! Titik...,"
Gadis itu mengerdikkan bahu, "Ya sudah, masih ada 9 kandidat kok! Lagipula aku tidak perlu mendengar apa pendapatmu!"
"Kau harus dengarkan aku Widuri! Jangan membantah terus menerus!?" sentak Marcel membelokkan arah kendaraannya ke jalan yang asing. Kali ini emosinya tidak tertahankan lagi.
"Hey... Semua ini urusanku bukan urusanmu! Bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku bukan tipemu.. Jadi untuk apa kau melarangku bertemu pria lain. Mau menikah kek, mau tidak kek, tidur bersama pun bukan urusanmu!" sentak Widuri kesal walaupun kenyataannya dia justru tengah penasaran apa yang dikatakan Ferdy semalam.
Menyadari jalanan yang dilewati berbeda dari biasanya, Widuri menoleh ke arah Marcel.
"Mau kau bawa aku kemana! Jangan macam-macam atau aku teriak!"
"Teriak saja, mereka hanya akan menganggap kau orang gila,"
Widuri sedikit ketakutan, jalanan semakin asing dengan memasuki area hutan.
"Kau mau menculikku?!"
Ujung bibir Marcel terangkat sedikit, membentuk senyuman sinis sekaligus manis. "Apa untungnya aku menculikmu,"
"Kalau begitu turunkan aku disini!" Widuri bersiap dengan tangan memegang handle pintu, jikalau ada apa-apa ia mungkin nekat akan melompat.
"Marcel turunkan aku disini!"
"Marcel!!"
Marcel menghentikan kendaraannya karena merasa Widuri histeris seperti saat melihatnya ditengah jalan tempo hari, sejurus kemudian Widuri keluar dari mobil dan berlari dengan panik.
"Widuri!"
Marcel mengejarnya, mencekal lengannya erat agar tidak terus memberontak.
"Lepas... Kau gila!"
"Aku tidak akan menyakitimu, Widuri ... aku hanya ingin mengajakmu kesuatu tempat! Itu saja... Tenanglah!"
Widuri menatapnya, kedua manik Marcel begitu berbeda dari sebelumnya. Ada semacam ketakutan dan juga kesedihan disana. Dan membuat Widuri sedikit tenang.
"Aku hanya akan menunjukan sesuatu padamu. Maafkan aku.... karena bertindak gila!"
Widuri masih menatap tanpa berkedip. Pria itu tidak juga mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
"Lalu....?"
Marcel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tidak tahu apa yang akan dia katakan selanjutnya.
"Lalu ... Carilah pria baik-baik,"
Widuri hampir tidak percaya apa yang dikatakan Marcel, alih-alih mengakui pria justru kembali berkelit. Widuri menghentakkan kedua tangan milik Marcel yang terus memeganginya erat.
"Tidak perlu kau ajari. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Pergilah, aku tidak mau melihatmu lagi!"