***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
***
Tentu saja Rea memiliki tanggung jawab terhadap apa yang sudah ia lakukan. Mereka memang bermain permainan itu bertiga, tapi disini dia yang menjerumuskan temannya itu ke dalam lubang tersebut. Jadi, Rea pasti akan bertanggung jawab dengan hal itu.
Grace memang sudah memintanya untuk tidak menemui Atlas dan biarkan saja semua masalah ini berjalan seperti ini saja. Toh dia juga sudah menandatangi perjanjian itu. Jadi rasanya tidak ada gunanya Rea menemui Atlas dan meminta dia untuk membatalkan perjanjian itu. Bukan bermaksud tidak percaya dengan usaha yang akan dilakukan oleh Rea, tapi disini Grace hanya takut Rea kenapa-napa. Sekesal apapun dia pada gadis ini, dia tetap temannya. Biarkan Grace saja yang tercebur sendirian.
Tapi ya apa mau dikata, Rea dengan kekeuh akan tetap melakukan hal itu. Jadi sepertinya ucapan Grace juga tidak akan didengar olehnya.
Sepulang kedua temannya tadi, Grace kembali beristirahat. Dia memang lebih suka banyak tidur dari pada diam dan scrolling sosial medianya. Apalagi nanti sore dia juga akan dijemput oleh orang suruhan Atlas. Ya mau tidak mau dia tetap harus pergi.
Satu hal juga yang mengganjal di pikirannya, sampai saat ini beliau belum menghubunginya. Apa dia belum tahu tentang apa yang terjadi pada Grace beberapa hari terakhir? Padahal biasanya beliau paling gerak cepat soal ini. Grace jadi takut jika beliau tiba-tiba saja bertindak tanpa memberitahunya dulu.
Tapi sudah lah. Grace juga tidak bisa menahan tindakan beliau. Tindakan yang akan beliau lakukan merupakan tindakan yang paten dan tidak bisa diganggu begitu saja. Jangankan diganggu, sekedar dinasehati untuk tidak melakukan pembalasan pun tidak akan diterima.
Sekitar dua jam lamanya Grace tertidur, akhirnya dia terbangun karena suara dering di ponselnya. Panggilan itu berasal dari Atlas yang mengatakan pada Grace jika Daren sedang dalam perjalanan menjemputnya. Ya mau tak mau Grace harus bangkit dan bersiap pergi. Awalnya dia bingung harus ijin pada pada ibunya. Tapi untungnya sang ibu langsung mengijinkannya pergi. Memang agak mencurigakan, karena beliau tidak menahan Grace. Karena biasanya seperti itu. Grace juga ijin untuk tidak pulang ke rumah, dia akan pulang ke rumah dinas. Padahal aslinya dia tidak diberi fasilitas rumah dinas. Atlas saja yang berbohong pada ibunya.
Dalam perjalanan menuju ke tujuan yang entah kemana, Grace hanya diam saja. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Daren. Sedangkan Daren, dia tidak akan berbincang jika tidak ditanya. Makanya dia juga hanya fokus pada jalanan saja.
Tetapi sejak tadi, Grace sudah berbalas pesan dengan beliau. Sesuai dugaannya, beliau mengetahui hal itu dan sudah bertindak. Bahkan tindakan beliau ini langsung diberikan pada wartawan untuk disebarkan. Memang benar-benar beliau ini.
"Tuan meminta anda ke psikiater. Apa anda mau pergi?" tanya Daren.
"Tidak usah, aku baik-baik saja. Langsung ke tujuan saja, aku tidak mau pergi kemana-mana lagi," ucap Grace.
"Baiklah, nona."
"Oh iya, apa keluarga Collin memang benar-benar sedang mendesak Atlas untuk segera memiliki kekasih?"
Selama ini Grace hanya diam dan menuruti perintah Atlas saja. Selebihnya dia tidak tahu apa. Dia hanya malas mencari. Tapi kali ini dia kepo, sebab kan dia mau bertemu dengan keluarga Collin.
"Betul, nona. Sudah sejak lama nyonya besar meminta tuan muda untuk segera membawa calon. Tapi sayangnya sampai kemarin tuan belum mengenalkan calonnya. Mungkin malam ini dia baru akan mengenalkannya."
"Lalu kenapa dia tidak menikah dengan wanita pilihan keluarganya?"
"Setahu saya, tuan memang akan dijodohkan dengan satu wanita jika sampai detik ini tuan tidak membawa calonnya. Calon yang dipilih oleh keluarga tuan hanya menjadikan wanita iut cadangan sepertinya, takut-takut tuan tidak bisa membawa calonnya malam ini."
"Acara malam ini hanya makan malam biasa kan? Tidak banyak orang?"
"Hanya orang tua tuan Atlas saja, nona."
Grace menghembuskan nafas leganya. Setidaknya dia tidak perlu bertemu banyak orang malam ini. Dia tidak suka wajahnya terekspos banyak orang.
***
Atlas melirik jam yang melingkar ditangannya. Sudah satu tiga puluh menit berlalu, tapi Grace belum juga keluar dari kamar tamu. Apa harus selama itu untuk berdandan dan bersiap? Bahkan Atlas menghadirkan dua fashion styles untuk merias wajah gadis itu. Tapi kenapa mereka lelet sekali?
"Panggilkan Gracellina. Kenapa dia lama sekali, kita bisa terlambat datang," titah Lucas pada salah seorang maid yang ada dirumahnya.
Yup, Grace dibawa ke rumah Atlas untuk didandani sebelum ia pergi ke rumah orang tuanya.
"Baik tuan."
"Tidak perlu, aku sudah disini."
Atlas memutar tubuhnya dan melihat ke sumber suara. Tatapannya seketika terkunci pada salah satu objek di depannya. Disana, Grace sudah siap dan sedang berjalan ke arahnya.
Grace tampil menggunakan dress berwarna putih lengan panjang. Bentuk dress itu mengikuti bentuk tubuhnya. Dress yang Atlas pilih secara random ternyata cocok juga di tubuh gadis ini. Dressnya terlihat biasa saja tapi kenapa bisa terlihat mewah ketika dia memakainya?
Gadis itu juga menggerai rambut coklatnya yang sudah distyles oleh orang suruhan Atlas.
"Kenapa hanya diam? Terpesona?" sindir Grace saat melihat Atlas hanya diam menatap ke arahnya.
Atlas berdehem pelan lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia pun mengkode ke arah Grace agar gadis itu mengikutinya keluar rumah. Di depan sana, mobil sudah terparkir rapi lengkap dengan Daren di sebelahnya. Begitu sampai di dekat mobil, Atlas langsung masuk begitu saja. Untungnya ada Daren yang membantu Grace membuka pintu. Benar-benar menyebalkan pria ini.
Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, mobil pun langsung melaju menuju ke tempat tujuan. Entah berapa lama pastinya, yang jelas tak berselang lama mereka tiba di sebuah rumah besar. Tidak, bukan. Ini seperti mansion.
Grace berdiri disamping Atlas. Sebelum masuk ke dalam bangunan besar di depannya, Atlas lebih dulu menarik lengan Grace agar mengait ke tangannya. Grace sempat terkejut, namun pada akhirnya ia kembali biasa karena kan memang perannya malam ini jadi pacar bohongan pria ini.
"Tuan muda," sapa seorang pria yang sepertinya umurnya lebih tua dari Atlas.
"Mom dan dad dimana?"
"Ada di dalam. Tuan dan nyonya sudah menunggu kedatangan anda dan kekasih anda."
Atlas mengangguk pelan. Ia pun melanjutkan langkahnya masuk lebih dalam. Grace sendiri hanya diam. Dia tidak tahu harus berbicara apa. Jadi dia memilih diam saja.
"Nervous?" Tanya Atlas.
"Tidak. Biasa saja."
"Baguslah. Bersikap biasa saja, lagi pula ini bukan pertemuan khusus."
"Lebih tepatnya hubungan kita hanya pura-pura. Jadi untuk apa aku nervous?"
Benar juga. Tidak ada gunanya Grace nervous.
Tbc.
typo thor
lanjut thor makasihhh up nya kayak minum obat 1x3 tapi berasa cepet bacanya
#InYourDream 😁