Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Seira
"Tumben telat" ujar Sasya pada Lisya yang baru memasuki kelas
"Telat bangun" jawab Lisya menyengir lalu duduk di bangkunya. Lisya menoleh kanan kiri pada murid yang sibuk dengan urusan masing-masing. Jika bertanya dimana Ara tentunya berada di meja Kalvin
"Gurunya mana?" tanya Lisya pada Sasya
"Jamkos sekarang" jawab Sasya
Lisya menghembuskan nafas lega setidaknya ia akan istirahat sampai jamkos berakhir dan tak perlu menjelaskan pada guru yang mengajar kenapa dia bisa telat
"Lisya kapan sampainya?" pekik Ara dari meja Kalvin
"Baru aja" jawabnya seadanya
"Dihukum guru gak?" tanya Ara
"Iya, disuruh bersihin perpus lama" jawab Lisya
"Wah pasti guru BK soalnya kalau sama dia ngasih hukuman emang gak nanggung nanggung. bisa bersih satu sekolah dia ngasih hukuman"
Lisya mengganguk setuju bayangkan saja membersihkan perpus dan hanya dikerjakan dua orang. Sungguh melelahkan
"Kalvin temenin aku ke toilet" pinta Ara dengan wajah memelas pada Kalvin
"Sama cewek aja Ra" jawab Kalvin dengan nada lembut
Ara hanya memanyunkan bibirnya kemudian mencoba mengerti mungkin Kalvin malas diejek karena menunggu di depan toilet perempuan.
Ara menoleh pada Lisya lalu Sasya "Sasya temenin gue ke toilet" pekik nya
"Sama Lisya sana" ujar Sasya malas
"Ih Sasya, Lisya kan baru dihukum masih capek dianya" ujar Ara kemudian turun dari meja Kalvin dan menarik tangan Sasya. Sasya dengan terpaksa mengikuti Ara
Lisya hanya terkekeh melihat Sasya yang menatapnya dengan ekspresi malas. Ara sangat peka kalau dia masih butuh istirahat usai dihukum
"Lisya" panggil seseorang dari meja sebelah nya, ia Kalvin
"Ya kenapa?" Ucap Lisya
Kalvin yang sedang menyender pada sandaran kursi itu menatap Lisya dengan tatapan yang Lisya benci, tatapan intimidasi
Lisya berdehem "kenapa lo manggil?" tanya nya lagi
Kalvin berdiri dan berjalan ke arah meja Lisya. Ia bersandar pada meja itu lalu sedikit merunduk dan mengelus kepala itu lembut.
Lisya masih mencerna dengan kelakuan pemuda di depannya yang mendadak. Ia hendak menepis tapi tangannya ditahan
Kalvin melepaskan tangannya dari pucuk kepala Lisya. Ia tersenyum tipis saat Lisya mengeluarkan ekspresi singanya
"Jangan marah" ujarnya dengan santai
"Apa maksud lo kayak gitu" ujar Lisya dengan geram dan masih menahan suaranya agar tidak menarik atensi teman sekelasnya
Kalvin terkekeh lalu merunduk lagi "dengerin gue, Deket sama Seira Ara dan Sasya bukan sesuatu yang bagus buat lo" ujarnya di depan wajah Lisya dengan nada pelan lalu mencubit pipi Lisya gemas
Kalvin berjalan kembali ke bangkunya dan Lisya masih bingung sendiri. Lisya tentu kesal dengan Kalvin yang mencubit pipinya tapi ia masih mencerna maksud ucapan Kalvin.
Lisya melirik kembali pada Kalvin yang juga masih menatapnya dengan senyum kecil. Ara bilang Kalvin itu tenang, cuek, dan santai berarti tak mungkin ucapan itu tak bermakna kan? Apa memang dekat dengan Seira bukan ide bagus?
"Hua Kalvin kaki ku keseleo" rengek Ara yang baru memasuki kelas dengan dipapah Alan. Mereka tidak hanya berdua melainkan ada Seira, Sasya, Aren, dan Revan
Kalvin duduk di bangku sebelah nya dan menyuruh Ara duduk di bangkunya. Ia melepaskan sepatu dan kaos kaki gadis itu lalu mengurutnya pelan
"Kok bisa jatuh?" tanya Kalvin
"Kepeleset" ujar Ara dengan air mata yang masih berderai di pipinya
"Bocah SD, jalan aja gak tau" cibir Alan
Kalvin menatap nya tajam membuat Alan dengan cepat mengalihkan pandangannya dan ia melirik pada Lisya yang hanya memperhatikan mereka.
"Lisya cantik lagi ngapain?" tanyanya lalu duduk di kursi depan Lisya mumpung tak ada orang punyanya
"Gak lagi ngapa ngapain" ujar Lisya seadanya
"Kalian gak belajar?" tanya Lisya
"Jamkos juga" ujar Alan
"Alan jangan godain cewek gue" ujar Aren menarik satu kursi ke arah meja Lisya. Begitupun yang lain mengambil kursi untuk diduduki
"Amit amit Lisya mau jadi cewek lo" cibir Alan
Emang amit amit punya cowok buaya tingkat akut
"Boleh ngerokok gak sih?" ujar Alan merogoh sakunya mencari bungkus rokok
"Lanjut aelah, gak ada guru juga. CCTV kan lagi pemeliharaan" ujar Seira santai
Alan mengambil sebuah rokok lalu hendak memantiknya dengan api sebelum itu koreknya sudah direbut seseorang
"Etdah Van sabar kalau mau minjem korek" ujar Alan
Revan tak menyahut malah memasukkan korek itu dalam saku.
"Lah ngapa disimpen" protes Alan tak tetap tidak dihiraukan Revan
Alan berdecak lalu meminta korek di tangan Aren yang sudah menyalakan benda itu dan menghisapnya.
Revan menatap tajam mereka berdua saat dengan santai menghembuskan asap itu dengan tanpa sadar membuat gadis di depan mereka tak nyaman
Lisya menatap tak suka mereka walau asap rokok itu tak menuju padanya tapi tetap saja tercium. Ia menghalau asap asap itu dengan tangannya
Aren sadar lalu dengan cepat membuang rokok itu kelantai "Lo gak nyaman" ujarnya dengan khawatir
Lisya berdehem "gue gak suka asap rokok" ujar Lisya jujur
Alan juga ikut menginjak rokoknya padahal mereka biasa saja merokok di depan para cewek-cewek lain tapi entah kenapa mereka takut Lisya tidak nyaman.
"Kenapa gak bilang dari awal sih, cantik" ujar Alan
Lisya meletakkan sebelah tangannya di tengkuknya "Guenya gak enak" ucapnya
"Kalau lagi sama mereka emang harus kebal sama asap rokok" ujar Seira ketus
"Tenang aja kita usahain kalau ada lo kitanya gak ngerokok" ujar Alan
"Sampahnya dibuang noh" titah Sasya pada Alan dan Aren dan langsung dikerjakan mereka berdua
"Pantesan Revan ngambil korek Alan mungkin Revan tau Lisya gak suka asap rokok" ujar Ara dengan tiba-tiba
"Revan ngambil koreknya karena emang gak bolehin kami ngerokok di tempat umum" ujar Kalvin
Seira terhenyak saat Ara berucap demikian. Lalu ia berpikir positif seperti Kalvin yang entah itu jujur atau cuma alibi Kalvin untuk melindungi Revan
Seira menatap curiga Lisya yang sedang mengobrol dengan Aren dan Alan lalu menatap Revan yang menatap, Lisya?
...****************...
Karena Seira malas dijemput supir jadi ia memilih meminta Revan mengantarnya. Tentu Revan tak akan menolak permintaannya. Mereka berhenti di mansion megah tempat Seira tumbuh. Seira turun dari motor lalu berdiri di depan Revan
"Rambut aku berantakan" rengeknya karena memang tak memakai helm
Revan menghela nafas lalu merapikan rambut gadis itu dengan lembut. Seira tersenyum walau hati Revan bukan untuknya tapi raga Revan akan selalu bersama nya, Seira pastikan itu.
"Van jangan lirik cewek lain" ujarnya dengan lirih
Revan tidak menghiraukan hendak melajukan motornya tapi tangannya dipegang oleh Seira
"Lo gak naksir sama Lisya kan?" tanya Seira mengintimidasi
Revan menatap gadis itu "gak tau" ujarnya lalu melajukan motor itu
Seira terdiam ditempat. Tidak, tidak mungkin kan? Bagaimana bisa Lisya yang biasa saja menjerat laki-laki idamannya. Revan bilang gak tau berarti ada kemungkinan Revan menyukai Lisya atau hanya sembarang bicara untuk menghindari pertanyaan nya
Lisya berjalan masuk ke rumah. Hanya satu orang yang bisa menolongnya jika hubungan nya dengan Revan dalam keadaan sulit tetapi sayangnya orang itu sedang tak bisa ditemui jadi Seira harus bersabar menunggu kepulangan orang itu yang tak lain Ayahnya
Seira hanya berharap Revan tak benar-benar menjatuhkan hati pada Lisya
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan