NovelToon NovelToon
PLAY ON

PLAY ON

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:157.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tris rahmawati

Riga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.

Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.

***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28 Badai Depan Mata

Di sebuah Restoran bintang lima berlokasi di lantai atas sebuah gedung tinggi dengan pemandangan malam kota yang memukau, interior restoran dihiasi dengan lampu gantung kristal yang bersinar indah, dinding berlapis marmer, dan aksen kayu gelap yang memberikan suasana hangat sekaligus elegan.

Meja-meja dihias dengan kain putih bersih, lilin aromaterapi, dan rangkaian bunga segar yang memberikan sentuhan keindahan pada setiap sudut ruangan. Musik klasik mengalun lembut di latar, menambah suasana tenang dan nyaman bagi para tamu yang hadir.

Mahendra telah memesan restoran itu secara khusus untuk merayakan ulang tahun putrinya, Arabella, meski perayaannya sudah lewat lama. Dia ingin tetap merayakannya sebab sebentar lagi putrinya akan pergi jauh darinya.

Pria berusia kepala empat itu kini terlihat lebih tenang setelah insiden lift yang sempat membuatnya khawatir. Ia bahkan sudah melayangkan komplain kepada pihak gedung untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang lagi.

Di tengah suasana yang hangat, Arabella tampak begitu bahagia, senyumnya cerah saat menyambut dua sahabat dekatnya, Claudia dan Tere, yang datang khusus untuk acara itu. Mahendra mengundang kedua sahabat anaknya itu untuk memberikan kejutan untuknya.

"CLAUDIA! TERE!" Teriak Arabella dengan antusias sebelum memeluk keduanya erat.

"Lo kemana kemarin? Gue sampai disuruh Ode bilang ke bokap lo kalau lo di rumah gue, pura-puranya liburan!" bisik Claudia dengan nada setengah bercanda.

Arabella langsung tertawa kecil, "Nanti gue ceritain, makasih ya udah jauh-jauh dateng."

Tere malah sibuk memandangi sekeliling, tiba-tiba berbisik dengan nada penuh kekaguman, "Abel, ada om-om ganteng banget, tadi gue lihat. Ya ampun siapa dia, teman Papa?”

Arabella mengangkat alis, berpura-pura tidak peduli, "Ni anak, sempat-sempatnya lihat cowok," Umpat Abel, membuat Tere terkikik.

"Ganteng tau!" sahut Tere dengan senyum geli, tatapannya jelas mengarah pada Auriga, yang saat itu tengah berbincang dengan Mahendra di dekat pintu.

“Yang itu? Iya teman papa, Bel?” Claudia ikut menambahkan.

Arabella menelan ludah, mendadak merasa canggung. Ia tahu siapa yang dimaksud Tere. Tidak lain adalah Auriga, pria yang membuatnya ingin menghindar sejauh mungkin. Namun, tak ingin memperpanjang obrolan, Arabella memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh.

Sementara itu, Mahendra melangkah ke tengah ruangan, menepuk tangannya untuk menarik perhatian semua orang.

"Terima kasih sudah datang malam ini. Saya tahu acara ini mendadak, tapi ini untuk putri kesayangan saya, Arabella," ucapnya dengan senyum lebar. "Mari kita nikmati malam ini bersama-sama!"

Semua tamu bertepuk tangan, dan suasana semakin hangat. Namun di sudut hati Arabella, rasa was-was terhadap Auriga belum sepenuhnya hilang. Tere dan Claudia mungkin menganggapnya hanya pria ganteng mempesona, tapi bagi Arabella, Auriga adalah sosok yang terlalu berbahaya untuk didekati.

Mahendra sengaja menata meja panjang untuk makan malam itu, membuat semua tamu duduk bersama dalam satu barisan agar suasana lebih akrab dan hangat. Di tengah meja, Arabella duduk sebagai bintang malam itu, menjadi pusat perhatian sekaligus pembicaraan utama.

Mahendra membuka malam dengan cerita-cerita tentang perjuangannya membesarkan Arabella seorang diri. Dengan suara penuh kehangatan, ia bercerita, “Saya harus jadi ayah sekaligus ibu untuk Abel. Dia saya bawa ke mana-mana, bahkan ke kantor. Ada satu malam yang tidak pernah saya lupakan, ketika Abel kecil menangis tersedu-sedu setelah menonton seorang anak dipeluk ibunya. Malam itu, demi menenangkannya, saya sampai memakai baju daster untuk memeluknya.”

Tawa kecil terdengar dari tamu-tamu yang hadir, namun diikuti oleh suasana haru. Arabella, yang mendengar cerita itu untuk kesekian kalinya, tetap tidak mampu menahan air matanya. Meski cerita itu sudah diceritakan sang papa mungkin ratusan kali, setiap kali Mahendra mengisahkannya, air mata tetap jatuh tanpa bisa dibendung.

Dengan penuh emosi, Arabella bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri sang papa. Tanpa ragu, ia memeluk Mahendra erat.

“Papa,” suaranya bergetar. “Makasih sudah ada di hidup Abel. Tuhan, makasih Kau tidak ambil papa dari anak nakal ini. Tuhan, sekarang Abel sudah besar, sudah waktunya papa bahagia. Kirimkan papa jodoh yang baik, saatnya papa melanjutkan kebahagiaannya yang hilang karena membesarkan Abel.”

Mahendra tak kuasa menahan tangis. Ia memeluk putrinya erat, mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih. “Abel, kamu adalah hadiah terbaik yang pernah Papa miliki. Terima kasih sudah tumbuh menjadi anak yang luar biasa.”

Suasana di meja makan berubah haru. Semua orang di sana ikut berkaca-kaca mendengar percakapan tulus antara ayah dan anak itu. Bahkan Auriga, yang duduk di ujung meja, tampak termenung, seolah memikirkan sesuatu.

Percakapan kemudian berlanjut dengan cerita-cerita tentang Arabella dari orang-orang terdekatnya. Bu Eni dan Bibi Rapiah, pembantu rumah tangga yang telah lama bekerja untuk keluarga Mahendra, tersenyum mengenang kelakuan Arabella kecil.

“Abel itu usil, tapi perhatian,” kata Bu Eni. “Dia sering ikut makan bareng kami di dapur, bahkan tidur di kamar saya kalau takut sendiri. Kalau tamasya, dia maunya kita semua ikut, nggak ada yang ditinggal.”

Bibi Rapiah menambahkan, “Dulu dia suka bercanda, suka bikin kaget, tapi habis itu dia bantu-bantu, nyapu lah, beresin meja, pokoknya anak yang manis.”

Para paman Arabella juga ikut berbagi cerita. “Dulu Abel itu ya selalu seperti saat ini baik banget, kalau main sepeda sama temannya, temannya pinjam sepeda malah disuruh bawa pulang aja,” ucap salah satu pamannya sambil tertawa.

Tak ketinggalan, Claudia dan Tere, sahabat dekat Arabella, turut berbagi kisah. “Abel itu teman yang selalu ada buat kita,” kata Claudia. “Dia nggak Cuma peduli, tapi juga seru banget diajak ngobrol. Ketawa terus kalau bareng dia.”

“Benar,” sambung Tere. “Tapi ada satu hal yang nggak berubah dari dia, sampai sekarang masih suka bikin orang gagal fokus. moodian parah astaga..”

Arabella hanya menggeleng pelan mendengar ucapan Tere.

Di sudut meja, Auriga mendengarkan semua cerita dengan tenang, sesekali tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia berbicara pada dirinya sendiri, Jadi, ini Arabella di mata mereka... Anak yang menyenangkan, penuh kasih sayang. Pantas oma menyukainya.

Auriga menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap ke arah Arabella. Dia memang menyenangkan anaknya.

Pernah Auriga melihat dia bisa diam saja, menikmati lolipopnya tanpa peduli siapa pun di sekitarnya,bisa diam dengan tatapan kosong di rumah sakit saat semua orang panik, mana Auriga juga pernah melihat dia menangis di balkon padahal katanya dia tidak ingat apa-apa, dia itu unik dan misterius sampai saat ini.

Tapi, hey, mau dengar versiku secara langsung tentang dia saat menjadi Ana? Auriga hanya mengulas senyuman dia sudah yakin ini benar-benar Ana melihat wajah paniknya Ode, dia membiarkan pikiran-pikirannya tersimpan rapat di dalam dirinya.

Biarkan bukti yang berbicara nanti!

Namun, di tengah suasana hangat perayaan, Ode justru tidak tampak di meja makan. Padahal, ia adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Arabella, selain Mahendra. Tak ada yang menyadari ke mana Ode pergi—ia ternyata sedang berada di kamar mandi, menghindari situasi yang membuatnya tidak nyaman.

Beberapa saat sebelumnya, Ode sempat didatangi Auriga di dekat bar area restoran. Saat itu, Ode sedang duduk santai di kursi bartender, mencoba mengatur suasana hatinya sambil berpura-pura sibuk.

“Hay, Pak Auriga,” sapa Ode dengan senyuman lebar, mencoba terlihat santai.

Auriga mendekat, matanya tajam. “Hay, asisten setia Pak Mahendra. Sepertinya ada yang ingin saya tanyakan.”

Ode meneguk ludah, tapi masih berusaha terlihat tenang. “Oh? Ada apa, Pak? Bapak butuh sesuatu?”

Auriga menyilangkan lengannya, mengabaikan basa-basi. “Saya langsung saja. Saya tidak suka membuang waktu. Kamu nggak mabuk, kan, saat itu? Mengatakan tidak kenal, atau bahkan tidak melihat wanita yang pingsan di Lounge and bar saat itu? Kamu bilang dia tidak mirip Arabella?”

Wajah Ode mulai kaku, tapi ia tetap berusaha tersenyum. “Pak... maksud Bapak apa? Saya nggak ngerti.”

Auriga menghela napas kecil, namun senyum sinisnya tetap ada. “Berhenti berakting, Ode. Kamu mau masalah ini diperpanjang? Atau kamu mau saya ceritakan semuanya ke Pak Mahendra?”

Ode mencoba mempertahankan ketenangannya, meski keringat dingin mulai muncul di pelipisnya. “Pak... Bapak bicara apa? Saya nggak paham maksudnya.”

Auriga kemudian mengangkat sebuah kantong plastik kecil berisi sampel, menunjukkannya di depan Ode. “Saya punya bukti. Kalau hasil dari sampel ini cocok dengan Ana wanita yang pingsan saat itu—saya akan pastikan kamu dan Arabella bertanggung jawab atas semuanya. Jangan main-main saya bisa bertindak lebih.”

Wajah Ode berubah pucat. “Pak... astaga. Itu... itu apa? Bagaimana Bapak bisa bilang itu Arabella? Wanita yang pingsan waktu itu jelas wanita dewasa, seksi, nggak mirip Arabella sama sekali.”

“Benar atau tidak, biarkan bukti yang bicara,” tegas Auriga tanpa memberi ruang untuk penolakan dia segera melangkah pergi meninggalkan Ode.

Ode panik. Dalam hatinya ia tahu, jika ini sampai terbongkar, Mahendra pasti akan sangat marah. Auriga jelas tidak main-main, dan Ode merasa terpojok tanpa tahu harus berkata apa. “Arabella... lo bener-bener bikin masalah besar kali ini,” pikir Ode sambil menahan napas panjang.

Kini, ia hanya bisa berharap apa pun yang Auriga bawa sebagai bukti tidak akan memperburuk situasi. "Mampuss deh gue!" Ode memilih menghindar ke kamar mandi, mencoba menenangkan pikirannya meski hati kecilnya tahu, badai sudah di depan mata.

"Abel, lo itu bener-bener salah bermain-main! lo salah orang di ajak main ginian!"

1
Yuliasih
jangan bilang itu ulahnya si rieke,,, tunjukkan saja ga sesayang itu kamu sama bela
Aluna Senja
waduh kenapa tuh abell sampe Riga replek panggil sayang gitu awas aja jangan sampe ulah c nenek sihir
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
ara kenapa thor?? akhirnya kata keramat keluat didepan publik 😂
Andriani
Ode + Cicil.. wkwkwkkkk
🥵🥵🥵
setelah ini apa hubungan mereka akan terbongkar ya sekalian Biar Sahara sadar kalau si om sudah memiliki hati yang harus dia jaga
ah gak sabar nunggu part berikutnya
🥵🥵🥵
woooow ko bisa Ara terjatuh tapi lebih fokus ke panggilan si om untuk Abel sih sayaaang sampe di capslock sama othtor nya 🤭🤭🤭
azalea_lea
aaahhh " sayang" kamu ketahuan... 🤣

tapi ada apa dengan bella kok tiba2 jatuh 😭
Ana💞
akhirnya keceplosan manggil sayang 😍😍😍
Lela
tuh kan jadi keceplosan manggil sayang,,,,apa semuah nya akan ketahuan sekarang gimana reaksi pak mahen kalo tau anaknya pacaran sama rekan bisnisnya,,,,huaaaaa ka tris nambah up untuk hari ini
likerain_1308
mb triss, nambah laah...penasaran nii....
likerain_1308
aw...aw....kamu ketahuuan...panggil2 sayang...sama Arabella 🤣🤣🤣.....Abell knp lagi 🤦‍♀️🤦‍♀️...si jendes mudah2an tau klo Riga panggil2 sayang ke Abell, biar tau diri, pk minta Riga gendong Jevas segala lagii, siapa eloo mba, gedeg bgt sm sahara....dah lah mb tris, ketahuan aja lah si Abell sm Riga 🤭🤭
reerin03
smg ga terjadi apa² sama arabela 😭😭
Yuli a
sweet..sweet...sweet....🥰
🌜melody 🌛
dengan senang hati mas riga pangku kmu bel,😘😘
yanti auliamom
Udah, mending cepet bikin pengumuman aja.
Sama sama single, setara juga... kalian terutama Abel cuma ketakutan aja , udah overthinking takut ga di restuin .
yanti auliamom
Pak pak, saran menyesatkan.
sehebat apa Sahara sampai Auriga di suruh balikan , kecuali emang benar benar baik orangnya.
Rozzy Haris
kenapa suka baper sama semua karya ka Tris yg di noveltoon ya /Kiss/
Latifah Seneng
yg boleh bobok dipangkuan om
Vafajia
ayolah kak... up donk...
udah gk sabar iniehhh...🥺🥺🥺🥺
Rina
abel abel aku rindu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!